Pemenang Quick-count Pileg

hasil-quick-countCoblosan Pileg (pemilihan umum legislatif) baru saja berlalu. Hasil pemilu secara real-count masih belum selesai dihitung oleh KPU (Komisi Pemilhan Umum). Namun sejak malam hari H coblosan perhitungan cepat (quick-count) sudah dipapar hampir di seluruh stasiun televisi. Beberapa parpol mengalami kenaikan cukup signifikan, misalnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), serta Gerindra. Ada juga yang melorot tajam, antaralain Partai Demokrat. Ada yang stabil (Golkar).
Hasil hitung cepat berbagai lembaga survei menempatkan PDIP sebagai peraih dukungan suara terbanyak, hampir menembus 20 persen. Perolehan suara PDIP naik sekitar 26 persen dibanding pileg tahun 2009. Begitu juga PKB naik sampai 192 persen. Tetapi yang paling spektakuler adalah kenaikan Gerindra mencapai 266%. Agaknya, kenaikan parpol yang “beruntung” disebabkan efek dari pencapres-an. Diantaranya, PKB yang terdongkrak oleh pencapres-an Mahfud MD, yang keliling berkampanye pada podium PKB.
Begitu juga pencapresan Prabowo Subianto yang masif di berbagai media masa, sangat mendongkrak suara Gerindra. Selain itu, juga faktor pengiklanan Prabowo Subianto yang masif dan inovatif di berbagai media masa. Sedangkan pen-capres-an Jokowi nyata-nyata telah “menyelamatkan” PDIP dari kebangkrutan. Dengan berbagai kasus pilkada yang kalah (karena salah memberikan rekomendasi) diperkirakan PDIP akan jeblok sampai tersisa sekitar 10 persen.
Beruntung, Megawati selaku Ketua Umum PDIP mempertimbangkan berbagai hasil survei capres. Hampir seluruh survei independen (selama setahun terakhir) memenangkan Jokowi sebagai capres. Ujung-ujungnya, Megawati merespons “keinginan publik.” Karena itu Megawati (dan Jokowi sebagai calon presiden-nya) sudah menerima ucapan selamat dari kolega. SBY selaku Ketua Umum Partai Demokrat, maupun Aburizal Bakrie juga telah menyampaikan ucapan selamat kepada Megawati.
Selain ucapan selamat kepada PDIP, Gerindra dan PKB, terdapat situasi lain di berbagai KPUD Kabupaten dan kota di Jawa Timur. Yakni, prakiraan awal beberapa caleg yang akan menjadi anggota DPRD Propinsi maupun DPRD Kabupaten dan Kota. Bahkan caleg yang sudah merasa menang bahkan sudah banyak yang diberi ucapan selamat dan menggelar jamuan tasyukuran.
Berdasarkan laporan tim sukses, beberapa calon anggota DPRD Propinsi Jawa Timur yang bakal dilantik sudah bisa diketahui. Yakni, yang telah memperoleh dukungan suara sebanyak 170 ribu sudah bisa dipastikan akan berkantor di Indrapura Surabaya. Tidak hanya itu, yang memperoleh suara 100 ribu-an pun juga sudah berpengharapan besar.
Tidak mudah untuk memperoleh suara sampai 100 ribu lebih. Lebih lagi pemilu saat ini tidak banyak yang golput, hanya sekitar 25%. Selain itu juga harus memastikan bahwa penyebaran alat peraga kampanye cukup efektif, sampai ke rumah-rumah warga. Terutama uang saku (money politics) benar-benar diterima konstituen tanpa potongan.
Suka atau tidak suka, money politics masih mewarnai pileg tahun ini. Agaknya, sangat sulit menghindari money politics yang sudah terlanjur menjadi racun demokrasi. Altar demokrasi yang lain: pilkades dan pilkada “lebih gila” dalam hal politik uang. Bukan hanya permintaan makelar konstituen kepada calon. Melainkan permintaan penyelenggara pemilu (mulai PPS sampai KPUD) kepada Caleg.
Sehingga pada hari-hari ini, caleg sangat mewaspadai pergerakan personel penyelenggara pemilu. Tujuannya, agar tidak terjadi jual-beli suara. Formulir C-1 hasil perhitungan suara di TPS mestilah didata dan dikumpulkan dari saksi-saksi. Tak cukup, bahkan harus dikawal sampai di KPU Propinsi. Konon harga suara pada hari Senin (14 April 2014) sudah mencapai Rp 20.000,- per-vote.
Tetapi problem pileg bukan hanya kejujuran dan fair play (Caleg, konstituen dan penyelenggara pemilu). Melainkan juga distribusi surat suara. Faktanya, banyak yang tertukar antar-dapil se-kabupaten dan kota, serta salah kirim antar-kota. Semestinya, harus ada yang bertanggungjawab dan dihukum.
—— 000 ——

Rate this article!
Tags: