Pemerintah Awasi Eksploitasi Energi Panas Bumi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Kediri, Bhirawa
Pemprov Jatim mengawasi proses eksploitasi sumber energi berupa panas bumi atau “Geothermal” yang dilakukan di dua lokasi wilayah Jatim yaitu di Ponorogo dan Bondowoso.
“Ini sudah memasuki tahun kedua. Kami terus mengawasi proses eksploitasi itu, walaupun untuk pelaksanaan dilakukan pihak ketiga,” kata Kepala Seksi Pengawasan Bidang Energi dan Kelistrikan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim Wahyudi di Kediri, Rabu (12/8).
Wahyudi yang menghadiri kegiatan sosialisasi penghematan energi di Kabupaten Kediri mengatakan potensi energi yang dihasilkan dari “Geothermal” di Jatim cukup tinggi.
Secara total, ada 13 lokasi yang terdapat kandungan “Geothermal”, namun untuk saat ini masih fokus eksploitasi di dua daerah tersebut. Lokasi itu terdapat di Kabupaten Ponorogo dan Bondowoso.
Potensi kandungan Geothermal di Ngebel, Kabupaten Ponorogo, cukup menggiurkan. Diprediksi panas bumi di daerah itu mampu menghasilkan daya listrik sekitar 165 megawatt atau mampu memenuhi kebutuhan listrik sampai 330 ribu sambungan rumah. Kegiatan eksploitasi tersebut dilakukan pihak ketiga, Bakrie Group.
Sementara itu kandungan panas bumi di Kabupaten Bondowoso juga cukup besar. Kawasan ekplorasi dan eksploitasi panas bumi itu seluas 62.000 hektare yang meliputi kawasan hutan lindung dan cagar alam. Untuk kegiatan eksploitasi di daerah itu dilakukan oleh PT Medco Energy.
PT Medco Power Indonesia telah memenangi lelang proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ijen untuk II tahap masing-masing berkapasitas 55 Mega Watt. Harga jual Geothermal di PLTP Ijen sebesar US$ 8,55 sen per khw.
Walaupun diperkirakan mengandung 250 Mega Watt bila dikonversikan menjadi energy listrik, untuk mengawalinya perusahaan itu mengeksplorasi baru 110 Mega Watt.
Wahyudi berharap dengan adanya eksplorasi serta eksploitasi energi panas bumi tersebut ke depannya bisa menjadi sumber energi lain, menggantikan sumber energi dari fosil yang semakin lama semakin berkurang.
Di Jatim, tercatat sejumlah daerah belum ada jaringan listrik. Diharapkan, dengan adanya sumber energi terbarukan itu, dapat diolah dan menerangi sejumlah daerah yang belum ada sambungan listriknya.
“Harapannya nanti bisa menggantikan sumber energi fosil yang makin lama makin berkurang. Di daerah pelosok, pegunungan masih ada yang belum terjangkau (energi listrik),” ujarnya.
Ia berharap, pada 2017-2018 seluruh daerah yang belum ada saluran listrik bisa terjangkau semuanya. Selain berencana memanfaatkan sumber panas bumi, juga menggunakan berbagai macam sumber energi alternatif lain.
Walaupun masih ada daerah yang belum teraliri listrik, Wahyudi mengatakan Jatim tidak mengalami krisis energi. Bahkan, Jatim surplus energi, dan itu telah diakui secara nasional.
Ia mengatakan, Jatim selama dua tahun berturut-turut pada 2013-2014 mendapatkan penghargaan secara nasional di bidang listrik. Jatim dapat surplus energi listrik dan berhasil menerapkan program untuk penghematan energi.
Meski surplus, ia tetap berharap masyarakat akan semakin meningkatkan kesadaran untuk berhemat energi listrik, dengan tidak menggunakan energi listrik secara berlebihan. Misalnya, mematikan lampu ataupun barang elektronik pada jam-jam tertentu. [van,ant]

Tags: