Pemerintah Gandeng Perguruan Tinggi Dampingi Desa

Rektor UPN Veteran Jatim Teguh menunjukkan salah satu teknologi tepat guna kepada Direktur Pengembangan Daerah Rawan Pangan Kementeria Desa, PDT dan Transmigrasi Supriadi, Rabu (25/8). [adit hananta utama]

Rektor UPN Veteran Jatim Teguh menunjukkan salah satu teknologi tepat guna kepada Direktur Pengembangan Daerah Rawan Pangan Kementeria Desa, PDT dan Transmigrasi Supriadi, Rabu (25/8). [adit hananta utama]

Optimalkan Anggaran Lewat Teknologi Tepat Guna
Surabaya, Bhirawa
Pemberian dana desa oleh pemerintah pusat masih menjadi kajian menarik di lingkungan perguruan tinggi.  Program ini diharapkan dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang selama ini banyak dilahirkan oleh para peneliti di kampus.
Untuk mencapai target itu, Kementeri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT ) membangun kerjasama dengan sejumlah PTN yang tergabung dalam Forum Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides). Direktur Pengembangan Daerah Rawan Pangan Kemendes PDTT Supriadi mengatakan, program ini menjadi salah satu upaya untuk mengurangi permasalahan pembangunan desa di Indonesia.
“Pemanfaatan dana desa akan lebih nyata  lewat teknologi tepat guna,” kata Supriadi usai diskusi konsep program bersama 11 anggota Pertides di Gedung Technopark Kampus UPN Veteran, Rabu (24/8).
Ke-11 PTN yang tergabung dalam forum tersebut antara lain, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pembangunan Nasional (UPN)  Veteran Jatim, Universitas gadjah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas  Mataram NTB, Universitas Haluoleo Kendari, Universitas Andalas Kalimantan, Universitas Borneo Tarakan, Universitas Cendrawasih Papua, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten dan Universitas Trunojoyo Madura.
“Kita berharap dari 5 ribu desa tertinggal itu sebanyak 2.000 desa di antaranya bisa menjadi mandiri dengan didampingi oleh PTN-PTN tersebut. Road mapnya bisa berjalan sampai 2019,” tutur Supriadi.
Koordinator Pertides dari ITB Prof Budi Sulistianto menambahkan,  program ini merupakan salah satu usaha hilirisasi TTG dari kampus ke masyarakat. “Sistemnya mudah. Satu perguruan tinggi akan memiliki desa binaan,” kata Wakil Ketua LPPM ITB itu.
Melalui program ini, Pertides menargetkan setiap kampus dapat memiliki lima desa binaan yang didampingi dalam tempo tertentu. Targetnya, ada peningkatan status desa setelah dilakukan pendampingan. “Misalkan dari status desa sangat tertinggal menjadi tertinggal. Atau Desa tertinggal menjadi desa mandiri,” kata dia. Dengan program ini, lanjut dia, Pertides setidaknya akan membina 55 desa di Indonesia.
Rektor UPN Veteran Jatim Prof Teguh Soedarto menambahkan, selama ini beberapa perguruan tinggi sudah memiliki desa binaan untuk hilirisasi teknologinya. Hal ini karena setiap kampus memiliki kewajiban melaksanakan tri dharma perguruan  tinggi.  Langkah pertama yang harus dilakukan perguruan tinggi dalam program ini adalah pemetaan potensi lokal di tiap desa. Selanjutnya, menentukan prioritas desa mana yang akan dididampingi. “Kita berusaha mengisi program desa membangun yang diluncurkan kementerian. Apakah itu dengan mendirikan BUMDes atau yang lainnya. Yang jelas kita punya teknologinya dan pemerintah yang punya anggaran,” pungkas Teguh. [tam]

Tags: