Pemerintah Kabupaten Probolinggo Berencana Bor Lautan Pasir Bromo

Petugas memastikan ketersediaan air bersih di tandon-tandon air masih tercukupi.

(Cari Air Bersih Warga Tengger)

Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Kekurangan pasokan air bersih masih melanda Kabupaten Probolinggo. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat pun berencana melakukan pengeboran di Gunung Bromo. Hal ini diungkapkan Kepala Bappeda Kabupaten Probolinggo, Tutug Edi Utomo, Selasa 15/10.
Rencana itu masih sebatas kajian. Kondisi topografi kawasan Gunung Bromo seperti cawan, diperkirakan dapat menjadi sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan warga sekitar. Itu terlihat, ketika pada saat hujan, acapkali terjadi limpasan air. Air limpasan hujan ini, akan menyusut setelah 2-3 jam pasca turun hujan, katanya.
“Kami menduga ada sungai bawah tanah di sekitar lautan pasir. Di mana air hujan yang turun akan hilang atau terserap dengan sendirinya. Kondisi itu, membuat kami berasumsi ada sungai bawah tanah yang bisa dimanfaatkan,” ujar Tutug.
Asumsi itu, kata Tutug, ditindaklanjuti oleh Bappeda dengan berkirim surat ke Bageol (Badan Geologi) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Dalam surat itu, Pemkab Probolinggo meminta bantuan Bageol, intuk melakukan penelitian potensi sumber air di lautan pasir Bromo. “Kami sudah berkirim surat ke Bageol. Belum ada jawaban dari pihak sana,” ungkapnya.
Tutug menjelaskan, penelitian itu bertujuan mengetahui potensi sumber air bawah tanah di lautan pasir Bromo. Bilamana terdapat potensi sebagaimana yang diperkirakan, pihaknya juga bakal berhitung, berapa besar debit air yang bisa diambil. Kajian juga diharapkan dapat mengukur, sampai sejauh mana dampak pengeboran air tersebut pada lingkungan sekitar. Apalagi Gunung Bromo termasuk gunung api aktif.
“Kalau hasil penelitian dari Bageol oke, maka akan kami tindaklanjuti dengan menyusun studi Kelayakan (Feasibility Study). Yang hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan suatu proyek dijalankan, ditunda, atau tidak dijalankan,” terang mantan Kadiskominfo itu.
Jika rencana pengeboran sumber air di lautan pasir Bromo terlaksana, maka airnya akan dimanfaatkan bagi warga di sekitar. Saat ini, warga memanfaatkan sumber air yang terdapat di Lereng Pegunungan Tengger. Di saat musim kemarau, mereka kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.
Suplai air bersih untuk permukiman di kawasan Bromo masih aman kendati abu vulkanik terus mengguyur lebih sepekan terakhir ini. Ada dua kecamatan yang masih terdampak guyuran abu vulkanik yakni Kecamatan Sumber dan Sukapura, tuturnya.
Ketersediaan air bersih di daerah setempat masih terpantau normal dan tercukupi. Warga masih bisa mendapatkan air bersih, yang diperoleh dari tandon-tandon air yang tersedia. “Persediaan air bersih masih aman, hanya saja yang dikhawatirkan pipa-pipa penyalur air bersih rusak tertimpa pohon tumbang,” kilahnya.
Karena itu, untuk menyiasati hal yang tidak diinginkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Probolinggo untuk menyiagakan kendaraan-kendaraan tangki pengangkut air bersih di Kecamatan Sukapura.
Kondisi itu dibenarkan Rahmawati, Warga Desa Ngadirejo. Ia mengatakan ketersediaan air bersih baik untuk mandi, minum dan mencuci masih tercukupi. Warga masih mudah mendapatkan air bersih, dari tandon-tandon yang sudah tersedia di wilayah setempat. “Syukur air bersih masih ada disini, meski turun abu vulkanik persediaan masih normal,” kata Rinawati.
Karena dana desa, 500 keluarga di dua desa Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, kini tidak lagi kesulitan air bersih. Padahal, sebelumnya warga Desa Ngadas dan Desa Jetak yang berada di bawah kaki Gunung Bromo bila ingin mendapatkan air bersih harus berjalan kaki sepanjang 2-3 kilometer, ungkapnya.
Kepala Desa Ngadas, Kastaman, mengaku bersyukur karena warga telah mendapatkan sumber mata air dari bukit savana yang berada di areal Gunung Bromo. Padahal, di bukit berbatu itu sulit ditemukan air bersih.
Berawal dari kebingungan untuk bisa memenuhi air bersih warga, pada 2015 akhirnya melalui pertapaan kami menemukan sumber mata air. Supaya air bersih tersebut bisa dimanfaatkan warga, melalui musyawarah desa dan musyawarah antara Desa Ngadas dan Desa Cetak pada tahun 2016 disepakatilah air tersebut untuk dikelola dengan cara pemipaan. “Dari dana desa sebesar Rp 350 juta, maka kita bangun air ini dengan cara padat karya melalui gotong royong warga dari dua desa,” katanya.
Kepala Desa Jetak Keramat mengungkapkan, dana desa untuk keberlangsungan warga desa besar manfaatnya. Salah satunya dana desa di wilayah kerjanya di manfaatkan untuk pipanisasi air bersih warga.
“Dana desa kita juga gunakan untuk perbaikan infrastruktur baik jalan, irigasi, dan pemipaan air manfaatnya sangat besar,” tandasnya.
Dian, warga Desa Jetak mengaku bangga bawa dirinya bersama warganya tidak lagi kesulitan air bersih sebab sebelum ada pemipaan air bersih ia harus berjalan sepanjang 2 kilometer guna mendapatkan air bersih. “Pemipaan air bersih dari dana desa ini sangat membantu kami,” tambahnya.(Wap)

Tags: