Pemerintah Kabupaten Sidoarjo Diimbau Seriusi ”Pulau Lusi”

Wabup Sidoarjo, Nur Achmad Syaifudin saat kunjungi Pulau Lusi

Sidoarjo, Bhirawa
Keluarga Ny Elmi (25 tahun) benar – benar pejuang. Dia bersama suami dan ibunya meninggalkan dunia luar dengan menjadi penunggu Pulau Lusi (Lumpur Sidoarjo), Kecamatan Jabon.
Pulau seluas 40 hektar merupakan hasil sedimentasi (endapan) dari luapan lumpur Lapindo, Porong. Awalnya hanya berupa permukaan air di hilir Sungai Porong yang akan menuju kelaut. Sejak 2006, setelah Lumpur Lapindo, lumpur terbawa hanyut air sungai dan mengendap di tempat yang jaraknya sekitar 15 km dari pusat semburan lumpur.
Jadi lahan dapan itu pulau baru. Sebagai pulau kosong, siapa yang mau tinggal di tempat terisolasi seperti itu. Apalagi berdekatan dengan Pulau Dem yang konon jadi sarang dedemit. Pulau Lusi benar – benar sangat terisolasi, untuk menuju daratan harus dengan perahu menempuh perjalanan 30 menit.
”Saya hanya sedia beras, untuk lauk dari menjala ikan,” ujar warga Desa Kedung Pandan ini. Selama 2 tahun bermukim di pulau terasing ditemani anjing yang setia. Anjing ini selalu sensitive dengan pendatang baru.
Untungnya Pulau Lusi yang di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai berbenah. Membuat rumah ibadah, jalan cor. Namun tidak ada sepeda, apalagi motor. Masih sangat alami, cocok untuk bumi perkemahan. Tapi bagi yang jenuh melihat pemandangan gunung dan pantai, perlu mencoba wisata unik ini.
Wisata ini tidak hanya menjual potensi pulau seluas 40 hektar tetapi juga menjual suasana dalam perjalanan. Wisatawan bisa menggunakan speed boat berkapasitas lima penumpang atau perahu motor berkapasitas 24 penumpang.
Dalam perjalanan dari dermaga Tlocor, perjalanan hanya memakan waktu 30 menit menuju pulau yang berasaldari sedimentasi (endapan) Lumpur Lapindo.
Wabup Sidoarjo, Nur Achmad, dengan perjalanan perahu motor yang tanpa ombak bisa disuguhkan makanan sea food di atas perahu. Sensasinya akan lebih menarik yaitu melewati Sungai Porong yang sangat lebar dengan mangrove di sebelah kanan dan kiri. Burung Blekok, Bangau yang berterbangan di bibir sungai dengan semilir angin laut akan menambah kenyamanan berwisata.
Suasana seperti ini memang tidak dinikmati di tempat lain. Sungai akan menjadi jalur wisata yang melengkapi keunikkan Pulau Lusi. 2 perahu besar dari fiberglass yang terlihat masih baru selalu bersandar di dermaga. Tiga speed boat juga siap melayani tamu VIP dan tamu biasa.
Pemkab Sidoarjo mulai serius menggarap Lusi. Sudah dibangun dermaga layak dan jembatan yang mengantarkan penumpang masuk menuju perahu. Dermaga Pulau Lusi juga sudah dibuat aman untuk para penumpang. Perjalanan sungai jauh lebih aman dari sebelumnya. Tidak lama lagi Pulau Lusi menjadi kinclong rumah makan sea food mulai bertebaran di Desa Kalisogo dan Tlocor, Jabon.
Maspion sudah membebaskan 290 hektar lahan untuk kawasan industry, arahnya mendekati sungai untuk jalur distribusi kapal. Pelabuhan besar segera dibangun. PDAM juga membagun tendon besar untuk jadi penampung Air Umbulan, Pasuruan di Desa Kalisogo.
Dirut PDAM Sidoarjo, Basit Lao, menyatakan, sudah mendapat hibah tanah dari Maspion untuk tempat sumur penampung. Akhir tahun ini bisa segera dioperasikan, setelah Umbulan juga siap mendistribusikan air Umbulan.
Sihabudin, wisatawan dari Tanggulangin, adalah titik nol pembangunan Sidoarjo. Selama ini tidak banyak yang dirasakan masyarakat Sidoarjo dari pembangunan yang dibiayai APBD. Inilah saatnya Pemkab member kebanggaan dengan mengembangkan Pulau Lusi.
“Jangan tanggung, Pemkab harus serius eman bila potensi ini dicampakkan,” pintanya.
Menilik sejarahnya, daratan pulau ini sangat unik dan mungkin baru pertama di dunia, ada gugusan pulau yang terbentuk melalui endapan lumpur. Peristiwa luapan Lumpur Lapindo sudah sangat jadi perhatian dunia, ditambah terbentuknya daratan dari lumpur. Karena sifat lumpur, maka yang bisa tumbuh adalah tanaman liar. Tanahnya tidak cocok untuk tanaman padi, atau bahkan tidak difungsikan sebagai tambak.
Kini endapan sudah tidak tampak lagi karena lumpur yang dikeluarkan oleh gas alam sudah jauh berkurang.
Rohid, warga setempat mengatakan, Lusi bertetangga dengan Pulau Dem. Dulu orang tidak berani berperahu atau memasuki Pulau Dem, karena seperti mendengar suara jeritan yang entah dari mana. Tapi kini Pulau Dem sudah dipenuhi tambak. [hds]

Tags: