Pemerintah Perbanyak Alat Deteksi Gempa di Jatim

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati berkordinasi dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa untuk penambahan alat deteksi gempa di Jatim.

BMKG Pastikan Tidak Ada Sesuatu yang Genting
Pemprov, Bhirawa
Pemerintah tahun ini akan segera menambah alat pendeteksi bencana gempa bumi di Jatim. Penambahan tersebut akan menyasar beberapa daerah, di antaranya Malang, Ponorogo, Sumenep, Pamekasan dan Surabaya. Penambahan dilakukan untuk mempererat jaringan agar ketepatan dan kecepatan informasi dapat dijangkau.
Empat daerah selain Surabaya, masing-masing akan ditambah satu sesimograf. Sementara Surabaya, akan dipasang dua akselerograf sekaligus. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan, penambahan alat deteksi bencana ini bukan karena ada sesuatu yang genting. Sebaliknya, pemerintah ingin memperkuat jaringan dalam menghasilkan informasi yang akurat dan cepat.
“Pada 2018 sistem yang kita gunakan untuk peringatan dini tsunami itu baru dapat menyampaikan informasi lima menit setelah gempa. Ternyata di Palu, tsunami itu terjadi dua menit setelah gempa,” tutur Korita saat menemui Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Senin (24/2).
Dengan adanya penambahan seismograf di empat titik tersebut, maka BMKG memiliki 32 titik sesimograf di Jatim. Sementara Akeselerograf saat ini berjumlah 24 titik. Menurut Korita, layanan informasi cuaca, iklim, gempa bumi dan potensi tsunami harus terus ditingkatkan. Terutama dalam aspek kecepatan, ketepatan dan akurasi. Karena itu, pihaknya bertemu Gubernur Jatim dalam rangka pemasangan peralatan tambahan terutama untuk deteksi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.
Selain alat deteksi gempa dan peringatan dini tsunami, BMKG perlu melakukan pemetaan microzonasi gempa bumi untuk mengetahui zona-zona mana paling rentan mengalami getaran saat gempa bumi. Hal ini terutama di Surabaya yang hasilnya dapat diterapkan untuk menyempurnakan tata ruang dan standar bangunan tahan gempa bumi.
Dalam kesempatan itu, Korita juga menjelaskan terkait tingkat curah hujan di Jatim yang akan terus tinggi hingga Maret mendatang. Tercatat ada 24 daerah yang memiliki intensitas curah hujan tinggi antara 301 – 400 milimeter dan 401 – 500 milimeter.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menuturkan, koneksitas informasi dari BMKG ke Pusdalop BPBD Jatim telah bisa diakses. Namun, pihaknya juga selalu update langsung dari Ketua BMKG. “Kalau sudah ada update dari Bu Korita (Ketua BMKG) saya pasti deg-degan ada apa lagi ini. Karena beliau antisipasinya di sini putting beliung di sini intensitas hujannya lebih lebat,” tutur Khofifah.
Dengan adanya tambahan peralatan baru untuk deteksi dini tsunami maupun gempa bumi, Khofifah berharap ada upaya untuk bersama meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana. “Memang di Indonesia ini baru 10 tahun terakhir agak aware dengan cuaca ekstrem yang harus diwaspadai. Kalau dulu, kita hanya mengenal dua iklim saja. Tapi diantara musim hujan dan kemarau atau sebaliknya, ada angin kencang dan putting beliung,” tutur Khofifah,” ungkap dia.
Terkait pemasangan alat tersebut, Pemprov akan mengordinasikan titik yang lebih aman seperti daerah bebatuan atau daerah yang cadas. Tidak susah untuk mencari tempatnya seperti itu. Namun, kata Khofifah, yang terpenting adalah pemeliharaan supaya sistem yang dioperasikan menggunakan solar panel dapat berfungsi optimal.
“Kalau misal ada batrai saja yang jahil diambil sistem ini gak akan bekerja dengan baik. Karena itu relawan menjadi penting untuk sustainability dari peralatan yang dipasang BMKG,” ungkap mantan Menteri Sosial RI ini.
Saat ini, lanjut Khofifah, telah ada 21 WRS (Warning Receiver System) sebagai upaya untuk menignkatkan kewaspadaan tentang apa yang harus dilakukan menghadapi bencana. Misalnya titik putting beliung berapa presisisinya dan posisinya baru diketahui tiga jam sebelumnya. Artinya, untuk daerah-daerah yang sering mengalami putting beliung seperti di Sidoarjo , Pamekasan atau Bojonegoro sudah tahu apa yang harus dilakukan
“Sehingga WRS harus ada penjaga yang terus melakukan update potensi putting beliung di antara musim hujan dan musim kemarau atau sebaliknya. Saya rasa ini semua perlu dilakukan proses edukasi lebih luas dan apakah di sekolah maupun kepada ASN,” pungkas Khofifah. [tam]

Tags: