Pemikiran Islam Eksklusif, Inklusif dan Pluralis

Judul Buku : Kontestasi Merebut Kebenaran Islam
Penulis : Dr. Aksin Wijaya
Penerbit : IRCiSod
Cetakan : Pertama, September 2019
Tebal : 228 halaman
ISBN : 978-623-7378-01-3
Peresensi : Bagis Syarof, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Masyarakat mengenal, Islam datang pada masa Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia. Sebelum Nabi lahir, terjadi banyak sekali kekejian, wanita dijadikan sebagai pemuas nafsu, perbudakan dimana-mana, anak wanita dikubur hidup-hidup, dan lainnya. Karena kejadian tersebut oleh sebagian orang, dimaknai, Islam pada masa Nabi Muhammad sebagai penerang bagi seluruh alam.
Padahal sebelum Nabi Muhammad datang, Islam sudah ada di bumi. Tapi masih jarang orang mengetahuinya. Adalah keyakinan yang dianut oleh Nabi Ibrahim, Islam Ibrahim. Oleh karena itu, Islam yang dianut oleh manusia hari ini, Islam Nabi Muhammad, adalah turunnan dari Islam Nabi Ibrahim.
Seiring berkembangnya zaman, manusia semakin jauh berpikir tentang kebenaran Islam, apakah Islam Muhammad memang dari Islam Ibrahim atau memang Islam Muhammad ada sejak Nabi Muhammad hadir ke bumi. Buku Kontestasi Merebut Kebenaran Islam ini membedah tentang beberapa klaim kebenaran Islam.
Ada tiga pemikiran yang mempunyai alur berbeda dalam memaknai Islam, pemikiran Islam eksklusif, inklusif dan pluralis. Ketiga pemikiran tersebut dibedah oleh buku ini secara spesifik agar pembaca bisa menemukan Islam yang benar.
Pemikiran Islam eksklusif adalah hasil dari retorika manusia yang mengklaim bahwa, agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad merupakan jalan keselamatan yang paling benar. Dan bagi orang-orang yang berada di luar agama Islam Nabi Muhammad, akan menjadi celaka (hal. 40).
Pemikiran tersebut tidak mengakui agama lain selain agama Islam Nabi Muhammad. Bahkan mereka pun tidak mengakui mengakui agama Islam Ibrahim, Islam Isa (Nasrani) dan Islam Musa (Yahudi). Klaim pemikiran eksklusif ini yang sering kali mendatangkan konflik agama. Pasalnya, orang-orang dalam yang menggunakan pemikiran ini menggunakan metode kritis-apresiatif.
Secara susunan teori sudah benar cara berpikir mereka, melakukan kritik, lalu melakukan apresiasi. Namun, karena keinginan untuk benar, maka mereka hanya cenderung mengkritik saja dan melupakan apresiasi terhadap agama lain, yang masih dalam satu rumpun.
Selanjutnya, yaitu pemikiran Islam inklusif. Mengacu terhadap pendapat Muhammad Khalil, bahwa agama mereka (Islam Muhammad) adalah benar dan menawarkan jalan keselamatan menuju surga abadi, tetapi mereka yang juga beragama lain dengan ikhlas akan menadapatkan keselamatan dan menuju surga ( hal. 78).
Metode berpikir islam inklusif ini menggunakan cara dikotomis-inklusif. Orang-orang yang menganut pemikiran Islam inklusif ini dikatakan dikotomis karena mereka masih memetakkan agama menjadi dua, Islam dan non-Islam. Dan juga dikatakan inklusif karena mereka masih mengakui agama Islam yang dibawa oleh Nabi Musa (Yahudi) dan mereka tidak menafikan agama Islam Isa (Nasrani). Mereka meyakini bahwa Islam Muhammad, Islam Isa, da Islam Musa, masih dalam satu rumpun yaitu berasal dari Islam Ibrahim.
Dua pemikiran di atas masih potensial untuk menimbulkan perpecahan, karena masih ada klaim benar, dan yang paling benar. Masih ada pengelompokan Islam dan non-Islam. Ini sangat rentan untuk dijadikan bahan perpecahan.
Ketiga, yaitu pemikiran Islam pluralis, hasil evolusi dari pemikiran Islam inklusif. Ada titik persamaan dan perbedaan dalam pemikiran Islam inklusif dan pemikiran Islam pluralis. Dua pemikiran tersebut sama-sama mengakui kebenaran agama lain. Bedanya, pemikiran Islam inklusif tidak berpartisipasi aktif terhadap agama lain, pemikiran Islam pluralis, ikut nimbrung dalam agama lain untuk menghargai perbedaan, namun hati tetap yakin terhadap keyakinan sendiri.
Cara berpikir Islam pluralis, yaitu menganggap benar semua agama yang ada. Analogi logisnya seperti ini. Ada penghapus yang berbentuk persegi. Ketika dilihat dari atas penghapus itu bermerek. Jika dilihat dari sisi kiri, penghapus tersebut tidak ada mereknya. Ketika dilihat dari bawah, penghapus tersebut ada sponsnya.
Sama saja dengan agama. Semua agama mempunyai keyakinan adanya Tuhan. Namun, dalam ekspresi, mereka berbeda. Pada intinya, mereka sama-sama meyakini bahwa, Tuhan itu ada, dan harus disembah. Dalam pemikiran Islam pluralis, manusia hidup dalam dunia ini tidak perlu berselisih dan saling menklaim salah terhadap agama lain. Pembaca yang budiman, diajak oleh penulis untuk saling berdamai dan berkawan dengan siapa saja tanpa harus memandang agama apa pun. Semoga bermanfaat!
———- *** ———–

Tags: