Pemilihan Bahan dan Kebersihan Jadi Penilaian Utama

Suasana penjurian dalam lomba jamu gendong tingkat propinsi, dan kesibukan para peserta dalam membuat dan meracik jamu.

Suasana penjurian dalam lomba jamu gendong tingkat propinsi, dan kesibukan para peserta dalam membuat dan meracik jamu.

Batu,Bhirawa
Praktisi obat herbal bersaing menjadi yang terbaik di Jawa Timur. Hal ini terjadi dalam Lomba Jamu Gendong tingkat Propinsi Jawa Timur yang digelar di UPT.Metria Medica Kota Batu, Kamis (6/11). Lomba ini diikuti oleh 32 peserta dari 10 Kota/Kabupaten yang ada di Jatim.
Para peserta ini berasal dari berbagai latar belakang pembuat dan penjual obat herbal atau biasa disebut jamu. Mulai dari penjual jamu gendong, jamu gerobak, hingga pemilik kios jamu herbal. Bahkan para mahasiswa dari jurusan farmasi dan siswa SMK Farmasi juga tak ketinggalan ikut menjadi peserta. Adapun lomba kali ini merupakan pelaksanaan yang ketiga di Jawa Timur. Diharapkan akan ada perbaikan kualitas dari jamu atau obat herbal yang ada.
“Hal ini juga menjadi ajang pembinaan bagi para pemilik jamu sehingga mutu produk yang mereka jual menjadi semakin baik,”ujar Kasie Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan di Dinas Kesehatan Propinsi Jatim, Muhammad Arif Zaidi, yang juga menjadi juri dalam lomba kali ini.
Untuk itu, katanya, masalah higienitas atau kebersihan selama proses pembuatan produk jamu menjadi penilaian utama dalam lomba kali ini. Selain itu pemilihan bahan yang tepat dari tanaman herbal dan penggunaan bahan tambahan juga menjadi penilaian dewan juri.
“Bahan tambahan ini misalnya, penggunaan pemanis yang tidak mengandung bahan kimia. Contoh lain adalah penggunaan aroma dan rasa jambu untuk lebih menarik pembeli,”papar Arif.
Dengan penggunaan bahan tambahan ini diharapkan keberadaan jamu herbal ini semakin menarik perhatian masyarakat. Tentu saja bahan tambahan itu tetap berasal dari alam atau tidak mengandung zat kimia.
Sementara, dari pihak Dinas Kesehatan Kota Batu sendiri di tahun depan akan menyediakan/membuka divisi pengobatan herbal pada puskemas yang ada. Dikatakan Kepala Dinkes Kota Batu, Endang Triningsih, untuk merealisasikan rencana itu, saat ini pihaknya telah mengirimkan beberapa dokternya untuk mengikuti pelatihan obat herbal di Tawangmangu.
“Kita terus berupaya untuk mengembangkan obat tradisional. Saat ini masih dalam tahap persiapan dan pelatihan. Kedepannya bakal ada divisi di puskesmas untuk pengobatan herbal,” kata Endang.
Pengobatan herbal tersebut, tambahnya, sudah diatur dalam Permenkes tahun 2009 mengenai jamu tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan pengobatan dengan bahan dari alam ini dari sisi medis sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
Jika divisi ini terbentuk, maka Dinkes Kota Batu akan membutuhkan ketersediaan bahan obat-obatan herbal. Untuk itu Dinkes akan menggandeng UPT Metria Medica dalam penyediaan atau pasokan bahan herbal.
“Untuk pasokan obat herbal kita bisa menggandeng UPT Metria Medica. Dan jika mendapatkan respon yang baik dari masyarakat, bukan tidak mungkin kita akan menggandeng perusahaan herbal yang sudah ternama,”tambah Endang.
Ditambahkan kepala UPT Metria Medica, Husin Rayesh Mallaleng, saat ini UPT yang dipimpinnya telah memiliki sekitar 500 simplicia dengan jumlah tumbuhan obat yang beragam. Pihaknya juga memiliki laboratorium untuk meneliti kegunaan dari tanaman herbal yang banyak terdapat di halaman UPT ini.
“Walau belum dianggap mencukupi namun jumlah itu bisa untuk memenuhi kebutuhan obat herbal di kota Batu,” kata Husin. Ke depan, pihaknya akan mengembangkanUPT ini sehingga bisa memberikan pelayanan satu pintu. Maksudnya, di UPT ini terdapat dokter yang akan mendiagnosa penyakit pasien, kemudian diikuti dengan pemberian obat herbal, dan UPT ini pula yang akan menyediakan dan memproduksi obat herbal tersebut. [nas]

Tags: