Pemilu, Baliho dan Sampah Plastik

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya

Setidaknya terdapat dua isu besar saat ini yakni pemilu dan sampah plastik. Isu tersebut mengemuka menjelang pesta demokrasi terbesar di tanah air yakni pemilihan umum 17 April mendatang dimana merupakan pemilu pertama yang menggabungkan dua pilihan presiden dan wakil presiden serta wakil rakyat baik di level DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD secara bersamaan. Di sisi lain ancaman sampah plastik merupakan problem lingkungan terbesar abad ini tentu juga mengancam eksistensi masyarakat saat ini terutama aspek kesehatan masyarakat atas dampak yang ditimbulkan. Ada sisi lain yang patut diwaspadai terkait aktivitas pemilu baik pemilihan presiden (pilpres) maupun pemilihan legislatif (pileg) selain kerentanan gejolak keamanan negara, gesekan massa maupun potensi problem sosial lainnya, yaitu masifnya ancaman sampah plastik pasca pemilu nanti.
Sebanyak 7.968 orang caleg yang siap bertarung berebut kursi wakil rakyat. Jumlah ini berasal dari 20 partai politik yang mengikuti konstelasi pileg 2019. Dari jumlah tersebut terdapat 4.774 caleg laki-laki dan 3.194 caleg perempuan yang tersebar 80 daerah pemilihan yang tersebar di seluruh nusantara sehingga dapat dibayangkan betapa riuh dan hiruk pikuk kampanye, mereka bakal berkompetisi meraih dukungan suara di kantong-kantong daerah pemilihan masing-masing. Oleh karena itu sangat wajar bila “gerakan” para caleg diikuti oleh gelombang baliho, poster, spanduk yang masif, memenuhi sudut dan sepanjang jalan. Nyaris tidak ada ruang kosong (space) yang notabene kalah dengan deretan foto dan gambar para caleg. Ruang sosial dan fisik Indonesia dalam dalam beberapa bulan terakhir serasa seperti memasuki wisata baliho, poster, foto, dan gambar. Betapa tidak, ruang fisik masyarakat penuh dengan atribut kampanye pemilu terutama calon legislatif.
Hampir sepanjang jalan, gang, jalan lingkungan penuh baliho yang sangat masif bahkan cenderung mengganggu estetika pemandangan. Pepohonan, tanaman, taman sepanjang jalan seakan harus mengalah pada hamparan potret sang calon wakil rakyat. Penggunaan media baliho menjadi salah satu contoh yang paling sering dimanfaatkan sebagai media kampanye yang dinilai mampu mengajak masyarakat untuk memilih. Sebagai alat (tools) yang paling mudah dilihat (eye cacthing) dianggap paling efektif dalam “serangan darat” tersebut. Namun dibalik itu ada yang tak terpikiran bahwa pasca pemilu tentu barisan dan deretan baliho caleg akan menjadi limbah baliho atau barang yang “berbahaya” dalam konteks lingkungan yang menggunung dan diperkirakan bisa berton-ton. Nantinya tumpukan limbah sampah baliho yang notabene berbahan dasar plastik akhirnya akan memenuhi TPS atau TPA. Mungkin sebagian di daur ulang, atau digunakan untuk kepentingan lain seperti sebagai penutup kedai warung PKL maupun namun yang pasti, komoditas sampah plastik baliho kian takterelakkan yang pada gilirannya menjadi problem lingkungan.
Bahan Dasar
Baliho, poster, spanduk dan sejenisnya pada umumnya memiliki bahan dasar plastik jenis vinil, polimer, polypropylene, nilon, dan polyethylene terephthalate (PET) dimana diperlukan tata kelola sebagaimana sampah plastik, mulai dari pemanfaatan kembali melalui daur ulang dengan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) produk sampah plastik dan bahkan bila memungkinkan dapat digunakan sebagai bahan sumber energi alternatif. Mengapa baliho, poster, spanduk seringkali di pakai? Karena bahan-bahan tersebut multifungsi, terjangkau, mudah untuk dipindah-pindahkan posisinya, mudah sekali untuk digulung, awet serta praktis atau simple. Baliho dan poster dan sejenisnya juga dapat sebagai media ajang promosi atau media iklan yang terkadang bersifat persuasif atau sekedar mengenalkan diri, atau suatu produk tertentu. Selain itu juga sebagai ajang narsistik simbolik para caleg misalnya.
Saat ini produk baliho merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya mesin cetak digital yang semakin canggih. Selain waktu pembuatan yang lebih singkat, kemampuan menghasilkan secara kuantitas dan kualitas semakin tinggi mengikuti permintaan dan selera pasar. Kondisi tersebut kian masif di era modern dan digitalisasi sekarang ini dimana sektor periklanan dan advertising kini menjadi ujung tombak dalam pengembangan berbagai usaha bisnis mengikuti derap laju perekonomian sehingga jangan sampai kemajuan jaman justru abai dan tidak mengindahkan pengarustamaan pembangunan lingkungan. Sadar lingkungan sehat, aman dan nyaman merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap kelangsungan lingkungan dan kehidupan yang aman dan sehat melalui gerakan sadar dampak sampah plastik yang kini cenderung kian mencemaskan bagi manusia baik saat ini maupun bagi generasi anak cucu kelak.

——— *** ———-

Rate this article!
Tags: