Pemimpin Inovatif Sejatinya Merupakan Agen Perubahan

Judul Buku : Bunga Rampai Karya Ilmiah Widyaiswara
Penulis : Dr Hary Wahyudi, SH, Msi
Pengantar : Dr Soekarwo
(Gubernur Jawa Timur – Widyaiswara Ahli Utama Kehormatan)
Penerbit : Dwiputra Pustaka Jaya Surabaya
Tebal buku : 140 + x halaman
Peresensi : Wahyu Kuncoro SN
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Bhayangkara (Ubhara) – Surabaya 

Menyimak sepintas isi buku yang berisi bunga rampai Karya Ilmiah Widyaiswara ini bisa jadi akan berkesimpulan bahwa tulisan-tulisan yang disajikan berasal dari para penulis yang berbeda dengan kompetensi masing-masing yang tinggi. Kesimpulan itu tidak terlalu keliru, mengingat beragam topik yang disajikan diulas secara baik. Ini terbaca, bukan saja dari kedalaman analisa berikut ketajaman kesimpulan yang ditariknya, tetapi juga penyajian tulisannya yang renyah dan asyik untuk dinikmati. Namun siapa sangka, ternyata buku bunga rampai ini merupakan tulisan dari satu orang saja yakni Widyaiswara Utama Badan Diklat Provinsi Jawa Timur Dr Hary Wahyudi, SH, Msi. Ini berarti, seorang Hary Wahyudi memiliki kapasitas yang mumpuni untuk mengulas berbagai persoalan yang berbeda dengan sama-sama apik dan menariknya.
Ada enam tulisan yang berasal dari makalah yang telah disampaikan penulis pada saat mengikuti konperensi internasional yang telah diselenggarakan beberapa kampus di antaranya Lembaga Administrasi Negara, Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Surabaya, dan sebagainya.
Mulai dari topik tentang politik, kepemimpinan, birokrasi, hingga kewirausahaan. Masing-masing topik diulas sama baiknya antara satu topik dengan topik yang. Inilah yang membuat kesusahan untuk menebak dimana sebenarnya tulisan yang mencerminkan kompetensi utamanya. Namun kegalauan itu dengan sendirinya bisa terjawab setelah mengenali perjalanan pendidikan berikut perjalanan karier yang pernah dilewatinya. Artinya, tulisan yang dibuat tidak bisa dipisahkan dari suasana kebatinan dan lingkungan saat tulisan itu dibuatnya. Penulis buku ini memiliki kemampuan dan semangat yang kuat untuk mendokumentasikan perjalanan pemikirannya dalam sebuah buku. Dengan kata lain, tulisan-tulisan yang dihasilkan merupakan pantulan dari interaksi intelektualnya dengan realitas dan persoalan yang terjadi saat itu. Kesungguhan dan kejujurannya dalam membaca realitas membuat semua tulisannya dalam buku ini selalu aktual dan relevan untuk jadi pemikiran banding pemikiran yang berkembang.
Dalam topik yang pertama misalnya, penulis menyajikan makalah tentang Rekontruksi Penyelesaian Sengketa Pemilu dalam Peradilan Pemlu yang Terpadu di Indonesia. Tulisan ini jelas tidak bisa dipisahkan dari interaksi Hary Wahyudi dalam mengamati proses politik yang terjadi yang saat itu banyak digaduhkan dengan banyaknya sengketa pemilu. Problem itulah yang kemudian memanggil gairah intelektualnya untuk mengeksplorasi persoalan yang ada untuk kemudian ditemukan jalan keluarnya. Dalam topik ini, Hary Wahyudi menawarkan tiga rekomendasi. Pertama, menindaklanjuti amanat konstitusi pasal 22 E UUD 1945 perlu dibentuk peradilan pemilu dibawah ruang lingkup Mahkamah Agung yang memiliki kompetensi kewenangan mengadili sengketa pemilu. Peradilan Pemilu merupakan integrasi/penyatuan kewenangan dari PTUN, MK, Pengadilan Negeri dan DKPP. Kedua, pelanggaran Pidana dalam Pemilu tidak diadili dalam pengadilan negeri, karena pelanggaran, kejahatan pidana dalam politik lebih kental bermotif latar belakang politik, sehingga kurang tepat kalau masuk dalam peradilan umum. Ketiga, pengadilan pemilu berkedudukan pada tiap-tiap provinsi, apabila tidak puas keputusan dalam pengadilan pemilu bisa mengajukan ke Mahkamah Agung.
Daya kritis dan inovasi Hary Wahyudi juga bisa dibaca dari makalahnya yang berjudul Pentingnya Diklat Laboratorium Inovasi Kepemimpinan untuk Meneguhkan Entrepreuner Agen Perubahan Pada Instansi Pemerintah. Topik ini seolah ingin meneguhkan kepeduliannya dalam mendorong jiwa-jiwa entrepreuneur di lingkungan pemerintahan yang selama ini juga menjadi concern Gubernur Jatim Soekarwo. Dalam topik yang harusnya menjadi bacaan wajib para birokrat ini Hary Wahyudi ingin menyampaikan bahwa pemimpin inovatif sesungguhnya merupakan agen perubahan.
Beranjak dari hasil identifikasi tersebut maka dapat dinyatakan bahwa satu faktor penting penentu keberhasilan perubahan lingkungan suatu organisasi adalah adanya komitmen keteladanan yang nyata dari individu sebagai project leader. Project Leader sebagai agen perubahan yang merupakan individu atau kelompok anggota organisasi dari tingkat pimpinan sampai dengan staf yang dapat menggerakkan perubahan pada lingkungan kerjanya dan sekaligus dapat berperan sebagai role model bagi setiap individu organisasi dalam melakukan inovasi pembaharuan.
Secara khusus dalam bagian ini, Hary Wahyudi juga menekankan peran Widyaiswara dan institusi lembaga kediklatan sebagai agen perubahan. Peran yang bisa dimainkan di antaranya adalah menggali ide-ide inovasi baik yang berangkat dari permasalahan yng dihadapi, merencanakan aksi inovasi yang komprehensif, melaksanakan coaching inovasi secara fokus dan konsisten. Dan untuk mengembangkan peran tersebut Hary juga menawarkan ide agar para Widyaiswara mengembangkan pola pikir positif, kreatif inovatif di dalam pembelajaran. Widyaiswara juga harus meningkatkan kompetensi dan inovasi dalam bentuk penulisan dan lisan yang relevan, memiliki wawasan, keahlian dan ketrampilan sesuai perannya. Dan tak lupa harus menyusun direktori inovasi sebagai instrumen untik menjaring inovasi.

———– *** ————

Tags: