Peminat UKBI Jatim 80 Persen Didominasi Mahasiswa

Para mahasiswa dari Univertas Negeri Surabaya saat mengikuti UKBI sebelum masa pandemi Covid 19. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Peminat UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) di Jawa Timur ternyata masih didominasi para mahasiswa yang mencapai 80%. Sementara 20% sisanya diminati para guru, karyawan dan masyarakat umum serta pelajar. Namun datanya terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Data yang terhimpun di Kantor BBJT (Balai Bahasa Jawa Timur) di Siwalanpanji Buduran Sidoarjo, tercatat jumlah peserta UKBI di Jawa Timur, tahun 2017 sebanyak 808 peserta, 2018 sebanyak 1.022 peserta, tahun 2019 sebanyak 2.501 peserta.
Sementara tahun 2020 yang masih berjalan dan dalam kondisi pandemi Covid 19 hingga kini baru mencapai sebanyak 379 peserta. Dari seluruh kegiatan ini, BBJT berhasil menyumbang penerimaan negara sebesar Rp846.490.000 PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak),” terang Kepala BB Jawa Timur, Dr Asrif MHum, Jumat (2/10) siang.
Asrif menjelaskan, minimnya masyarakat untuk ikut menguji kemampuannya dalam Berbahasa Indonesia yang baik dan benar ini, karena memang tidak ada dorongan yang kuat dari pihak pemerintah daerah. Padahal di wilayah Jawa Timur ini sebanyak 38 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sekitar 40 juta jiwa. ”Jadi, regulasinya yang jelas dan tegas selama ini memang belum ada. Sehingga sangat minim sekali peminatnya. Padahal untuk mengukur kemampuan Berbahasa Indonesia ini sangat dipenting sekali,” tegasnya.
Sehingga Asrif berharap, pemerintah daerah bisa memberikan regulasinya. Agar standar ukuran kemahiran Berbahasa Indonesia masyarakat Jatim, khususnya Sidoarjo ini bisa terpantau dengan jelas. ”Bisa juga sebagai persyarakatan jadi pegawai, bahkan para guru – guru ini juga sangat penting untuk diikutikan UKBI. Bisa juga sebagai syarat akreditasi sekolah,” harap Asrif.
Jadi sejuah mana pentingnya UKBI ? ”Sangat penting sekali, terutama saat digunakan alat komunikasi nasional. Bila mereka sudah mampu memiliki standar Berbahasa Indonesia, maka mereka tidak akan sulit untuk berkomikasi dengan berbagai kalangan.
“Juga untuk mengetahui, apakah kompetensi Berbahasa Indonesia saya, sudah baik atau belum, sudah memenuhi standar atau belum. Dengan adanya UKBI ini akan bisa diketahui,” jelas Asrif yang didampingi Ka TU BBJT, Ary Setyorini SPd.
Ary Setyorini menambahkan, banyak sekali perguruan tinggi yang ikut UKBI, selain untuk mengukur kemahiran Berbahasa Indonesianya, sekaligus sebagai sertifikasi pendamping kelulusan. ”Bahkan ada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya itu justru jurusan kedokteran yang diikutkan. Jurusan bahasanya malah tidak diikutkan,” katanya.
Jadi UKBI itu sarana untuk mengukur kemahiran seseorang dalam Berbahasa Indonesia lisan dan tulis. Yang diujikan adalah bagaimana memahami pendengaran, memahami bacaan, menulis dan berbicara. ”Selain itu UKBI juga menguji seseorang dalam penerapan kaidah Bahasa Indonesia,” jelas Ary Setyorini. [ach]

Tags: