Pemkab Abaikan Balita Gizi Buruk

Zulfia Rindana Putri, balita berusia 11 bulan penderita gizi buruk yang terabaikan pemerintah dalam gendongan ibunya.(ristika/bhirawa)

Zulfia Rindana Putri, balita berusia 11 bulan penderita gizi buruk yang terabaikan pemerintah dalam gendongan ibunya.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Kampanye pemberantasan kemiskinan dan gizi buruk oleh Pemkab Nganjuk melalui tim penggerak PKK hingga saat ini masih lantang disuarakan. Namun demikian, pengidap gizi buruk di Nganjuk yang menimpa balita masih relative tinggi. Seperti dialami Zulfia Rindana Putri balita berusia 11 bulan anak pasangan suami istri, Paini (36) dan Binarti (32) warga RT 01/RW 05 Dusun Brayung Desa Sumberurip Kecamatan Berbek yang berat badannya hanya empat Kg saja.
Kondisi ini diperparah dengan kondisi Binarti, ibu si balita yang menderita epilepsi dan sering Kambuh. Ketika penyakitnya kambuh, sang ibu tidak mau menyusui Zulfia. “Setiap penyakit epilepsy ibunya kambuh, Zulfia saya bawa ke tetangga dan minta tolong untuk disusui, sebab saat kambuh, ibunya tidak mau menyusui,” kata, Warni (53) nenek Zulfia.
Sedangkan bapaknya yang pekerja serabutan, hanya pasrah menerima nasib anaknya karena memang ekonominya bisa dibilang kurang mampu. Warni juga mengatakan, selama ini Zulfia belum mendapatkan bantuan Jamkesmas.
Sebenarnya, keluarganya sudah mengantongi surat keterangan tidak mampu dari kepala desa setempat. Namun surat keterangan miskin untuk pengajuan Jamkesmas itu ditolak oleh pihak Dinas Kesehatan. Padahal, keluarga Paini dan Binarti benar-benar tergolong tidak mampu. “Surat keterangan tidak mampu dari desa itu oleh Dinas Kesehatan distempel jangan menggunakan hak orang miskin dan juga jangan pura-pura mengaku orang miskin nanti benar menjadi orang miskin,” keluh Warni.
Kejadian pahit juga terjadi saat Zulfia dibawa ke bidan desa untuk imunisasi dan ditindik, karena oleh bidan tersebut tidak dilayani. “Saat Zulfia saya mintakan imunisasi dan minta tindik, ada penolakan dari bidan,” ujar Warni.
Warni mengaku, kedua orang tua Zulfia tidak mampu membawa cucunya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Pekerjaan serabutan yang ditekuni Paini, bapak dari Zulvi ditambah hasil mengelola sawah yang hanya secuil, tidak mungkin untuk membiayai cucunya ke rumah sakit.
Akibat kekurangan gizi tersebut, Zulfia mengalami keterlambatan pertumbuhan, bahkan diduga kuat balita ini kekurangan asupan gizi sejak dalam kandungan, hingga dia tidak bisa tumbuh layaknya anak seusianya.
Di rumahnya yang sederhana dan berlantai semen namun sudah banyak yang mengelupas, keluarga Zulfia berharap Pemkab Nganjuk melalui PKK Kabupaten Nganjuk peduli dengan gizi buruk yang menimpa Zulfia. Sehingga baliho dan spanduk serta slogan pemberantasan gizi buruk bukan sekedar pencitraan saja. [ris]

Rate this article!
Tags: