Pemkab Belum Diajak Bicara Pembangunan Kilang Minyak

DR.Budi Wiyana M.Si Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Tuban.

DR.Budi Wiyana M.Si Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Tuban.

Tuban, Bhirawa
Meski pemerintah pusat sudah memastikan menunjuk investor asal Rusia untuk rencana pembangunan kilang minyak di Tuban. Namun, rupanya pemerintah daerah setempat belum mendapatkan informasi dan koordinasi kembali terkait hal tersebut oleh pemerintah pusat maupun Pertamina. “Soal kesepakatan dengan investor yang akan melaksanakan proyek maupun kapan dimulai pembangunan kilang belum ada kordinasi sampai kesana,” kata DR.Budi Wiyana M.Si Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Tuban (29/5).
Belum adanya koordinasi dari pemeritah pusat atau Pertamina dikarenakan saat ini rencana itu masih dalam tahap awal. “Saat ini memang masih ranahnya dipusat, koordinasi nanti setelah perencanaan proyek dimulai, memang pak Persiden dalam berbagai media masa megatakan proyek itu akan dimulai 2017 nanti,” terang Budi.
Ke depan, pembangunan kilang minyak di Tuban oleh PT Pertamina diharapkan mampu menjadi peluang lapangan kerja bagi putra daerah Tuban. Untuk itu Pemkab akan mengusulkan ada pemberian pendidikan dan pelatiha bagi lulusan SMA dan sederjat di Tuban untuk emenuhi spesifikasi tenaga yang dibutuhkan saat kilang Tuban beroperasi.
“Kilang direncanakan beroperasi 2021,  akan kami usulkan,  nanti ada semacam rekrutmen tenaga bagi lulusan SMA dan sederajat yang kemudian mendapatkan pendidikan untuk memenuhi spesifikasi kebutuhan tenaga kerja saat kilang beroperasi,” harap mantan kepala Bappeda Tuban ini.
“Artinya tenaga putra daerah itu harus menjadi perioritas, jangan bilag jika didaerah tidak ada tenaga lantas dari luar daerah tidak diutamakan, namun bagaimana caranya perusaahaan kami dorong agar menciptakan spesifikasi tenaga itu dari putra daerah dengan cara melatihnya,” terang Budi.
Unruk diketahui, setelah penandatanganan frame work agreement pembangunan Grass Root Refinery Tuban, PT Pertamina (persero) tetap mendominasi saham kepemilikan Kilang Tuban, Kilang baru berkapasitas 300 ribu Barel Per Hari (BPH) tersebut, produksi terbesarnya Gasolin. Selain Gasolin masih ada dua produk lagi yang diproduksi. Tercatat 30 sampai 35 persen untuk Diesel, dan sekira 20 persen untuk petrochemical.
Sementara, Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan setelah dimulainya tahap ground breaking pada 2018, kilang ini diharapkan beroperasi tiga tahun kemudian. Mantan Direktur PT Semen Indonesia Tbk ini sepakat sumber crude dalam agreement 45 persen dijanjikan Rosneft. Sedangkan 55 persen lainnya Pertamina. Meskipun sudah ada kesepakatan namun, angka tersebut belum dapat dipastikan. “Penyebabnya Pertamina dan Rosneft masih melakukan perhitungan lebih spesifik,” ungkapnya.
Terpilihnya Rosneft Rusia menjadi mitra pembangunan Kilang Tuban setidaknya ada 6 alasan. Pertama, kemampuan untuk menyuplai minyak mentah atau crude. Rosneft memiliki sumber crude yang sangat besar. Kedua, aspek finansial di mana keuangan harus kuat untuk menjamin investasi.
Ketiga, Rosneft berpengalaman dalam mengoperasikan kilang. Keempat, perusahaan asal Rusia memilki sejarah panjang dalam berinvestasi di luar negeri. Kelima, Rosneft menguasai teknologi kilang. Terakhir, strategi Rosneft sejalan dengan Pertamina.
Beberapa kelebihan tersebut diharapkan mampu, menutupi kebutuhan minyak dalam negeri. Sehingga dapat menekan impor berbagai produk yang dihasilkan dari minyak mentah. “Untuk masa feasibility study (FS) pembangunan Kilang Tuban ditargetkan selesai pada 2017,” tambahnya.
Selesainya Residual Fuel Catalytic Cracking (RFCC) Kilang Cilacap pada 2015 lalu, kapasitas Kilang Indonesia mencapai satu juta barel per hari. Tapi secara efektif baru 850 ribu Bph. “Kondisi ini mendukung pentingnya kilang baru,” sambung Dwi Soetjipto saat bertandang di Bumi Wali Tuban. [hud]

Tags: