Pemkab Blitar Belum Cabut Status Tanggap Darurat

keludKelud Masih Siaga
Kabupaten Blitar, Bhirawa
Meskipun status Gunung Kelud turun dari Awas atau level 4 menjadi Siaga atau level 3, Pemkab  Blitar masih belum mencabut status Tanggap Darurat Bencana Letusan Gunung Kelud di Kabupaten Blitar.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Blitar Drs Mujianto mengatakan meskipun saat ini status Gunung Kelud sudah diturunkan menjadi Siaga, Pemkab Blitar belum mencabut status Tanggap Darurat Bencana Letusan Gunung Kelud.
“Klaster penanganan bencana erupsi Gunung Kelud belum dicabut, dan saat ini masih tetap berlaku meskipun statusnya menurun dari Awas ke Siaga,” kata Mujianto, Rabu (26/2).
Sampai saat ini 10 klaster yang menangani bencana Erupsi Gunung Kelud  masih diberlakukan dan belum dicabut, seperti klaster satu atau Posko Utama yang ada di Pendopo Kabupaten Blitar yang masih dioperasionalkan hingga sekarang. “Hal ini dilakukan untuk melakukan monitoring penanganan pasca bencana apakah sudah dilakukan secara keseluruhan atau tidak,” ujarnya.
Di sisi lain, menurutnya sampai saat ini juga masih dilakukan penyisiran di lapangan untuk mengetahui ada tidaknya rumah warga, fasilitas umum maupun fasilitas pemerintah yang terlewatkan untuk penanganan.
“Jika ada persoalan terkait dengan bencana letusan Gunung Kelud, kami masih siap untuk melakukan hal-hal yang diperlukan,” jelasnya.
Bahkan saat ini pihaknya tengah fokus untuk antisipasi adanya lahar hujan atau lahar dingin yang mengancam sebagian wilayah Kabupaten Blitar yang berdekatan dengan sungai lahar yang berada di wilayan utara. Apalagi beberapa hari terakhir ini puncak Gunung Kelud mengalami hujan deras.
“Volume air sungai yang berhulu ke Gunung Kelud ada intensitas kenaikan seperti di Cekdam Kali Kebo yang sempat  terbawa arus, sehingga Pemerintah Daerah bersama pihak terkait segera ke lapangan untuk mengambil langkah-langkah darurat,” terangnya lagi.
Di sisi lain pihaknya juga tetap mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Blitar, untuk tetap menjauh sampai radius 5 km dari puncak Gunung Kelud meskipun statusnya telah menurun ke Siaga. Selama ini meskipun intensitas aktivitas Gunung Kelud tidak seperti sebelumnya, tapi masih membahayakan.  Setiap saat gas beracun bisa keluar.
“Untuk itu kami imbau kepada masyarakat untuk tidak mendekat di radius 5 km terlebih dahulu sampai ada informasi aman dan tidak membahayakan meskipun radius tersebut tidak berpenduduk,” imbuhnya.
Sementara itu erupsi Kelud hingga kini imbasnya masih dirasakan warga yang menetap di lereng gunung. Setelah sempat mengungsi demi alasan keselamatan, kemudian rumah rusak terkena material vulkanik, kini warga dihadapkan dengan kerugian lain yang nilainya tak sedikit.
Berdasarkan data Satlak Penanggulangan Bencana Gunung Kelud Kabupaten Kediri, terdapat ratusan hektare tanaman holtikultura dan palawija milik warga, mengalami kerusakan setelah berhari-hari ditutupi debu vulkanik. Kerugian yang mereka tanggung pun mencapai Rp136 miliar.
Kecamatan Puncu dan Kepung, merupakan area pertanian terparah terkena dampak letusan. Hujan abu vulkanik menyebabkan tanaman cabai siap panen membusuk bahkan rontok hingga tak bisa terselamatkan lagi. “Dalam kondisi normal, ladang saya bisa menghasilkan sedikitnya 30 ton cabai untuk sekali masa tanam,” ujar Sudin, seorang petani setempat.
Nanang, seorang petani lainnya, menyampaikan hal serupa. Tanaman cabai seluas 1,5 hektare miliknya tidak terselamatkan. “Rusak semua, tidak ada yang tersisa,” akunya.
Keduanya berharap mendapat bantuan dari pemerintah, karena kerugian yang mereka tanggung cukup besar. “Sekarang ya pasrah saja,” pungkas keduanya. [htn]

Tags: