Pemkab Lamongan Luncurkan Program Pelita LA

Ketua TPPKK Lamongan Makhdumah Fadeli secara simbolis memberikan bantuan asupan gizi saat di Pendopo Lokatantra. [suprayitno/bhirawa]

Ketua TPPKK Lamongan Makhdumah Fadeli secara simbolis memberikan bantuan asupan gizi saat di Pendopo Lokatantra. [suprayitno/bhirawa]

Lamongan, Bhirawa.
Bidang kesehatan rupanya menjadi perhatian serius Pemkab Lamongan. Usai meluncurkan Program Menuju Lamongan Sehat, upaya menuju kesana sudah dimulai dengan sosialisasi Program Peduli Gizi Balita Lamongan (Pelita LA) di Pendopo Lokatantra, Kamis (18/8).
Untuk mensukseskan program itu, Dinas Kesehatan menggandeng Tim Penggerak PKK Lamongan bersama kader gizi dan UPT Puskesmas di Kecamatan. “Saya merasa senang dan bangga dengan dilaunchingnya program Pelita LA. Karena dengan program ini kita bisa mencetak generasi emas di masa yang akan datang. Kepada para kader gizi, untuk turun langsung ke lapangan. Sehingga mengetahui bagaimana kondisi gizi balita di Kabupaten Lamongan,” pesan Ketua TP PKK Lamongan Makhdumah Fadeli.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Fida Nuraida kepada peserta sosialisasi menjelaskan pemberian gizi pada anak sudah harus dilakukan sejak masih di dalam kandungan. “Pemberian gizi pada anak sudah harus dimulai sejak janin, yakni saat masih di dalam kandungan, ” katanya menjelaskan.
Sedangkan dua tahun pertama, lanjut dia, merupakan masa kritis. Karena di masa itu gangguan gizi yang terjadi bisa bersifat permanen, meskipun setelah masa itu diberi gizi yang cukup, ” ungkap Fida Nuraida.
Fida Nuraida menyebutkan bahwa tujuan program Pelita LA ini adalah untuk mencegah dan menurunkan angka prevalensi gizi buruk yang ada di Kabupaten Lamongan. Kemudian untuk meningkatkan derajat gizi optimal balita, memberikan bantuan, serta panduan penambahan gizi pada balita dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi balita.
Program Pelita LA itu menurut Fida akan dikeroyok melalui beberapa kegiatan. Yakni melalui sosialisasi, praktek memasak di setiap kecamatan, pemberian makanan tambahan (PMT) di seluruh puskesmas dengan total 1.250 paket secara berkelanjutan, PMT pemulihan gizi buruk selama 90 hari makan anak.
Kemudian  membentuk community Feeding Center (CFC). “Jika semua kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten akan memberikan dampak yang signifikan pada penurunan gizi buruk balita di Kabupaten Lamongan, ” jelas Fida Nuraida.
Hal serupa disampaikan Kabid Pengembangan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Ina Mahanani. Gizi buruk akan menimbulkan berbagai dampak, yakni anak mudah sakit, perkembangan fisik tidak optimal, kemampuan motorik rendah, daya saing rendah, yang nantinya akan berdampak pada rendahnya produktivitas. [yit]

Tags: