Pemkab Madiun Boyong Pengrajin untuk Study Banding

??????????Pemkab Madiun, Bhirawa
Pemerintah Kabupaten Madiun, melalui Humas dan Protokol memboyong beberapa pengrajin ke Desa Wisata Gerabah, di Dusun Kasongan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY), Sabtu dan Minggu (22,23/11).
Selain para pengrajin gerabah dari Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, turut serta dalam rombongan yakni staf Disperindagkopar dan puluhan wartawan dari media cetak maupun elektronik yang bertugas di wilayah Kabupaten Madiun.
Menurut Kabag Humas dan Protokol Pemkab Madiun, Drs. Heri Supramono, study banding dimadsudkan agar para pengrajin gerabah di wilayah Kabupaten Madiun, mampu meningkatkan produksinya seperti halnya pengrajin gerabah di Desa Wisata Kasongan, Bantul.
“Dalam arti, hasil study banding ini dapat meningkat dari segi kwalitas dan kwantitas. Setelah study banding ini, kami berharap para pengrajin gerabah di Kabupaten Madiun mampu bersaing dengan pengrajin dari Kasongan,” kata Kabag Humas dan Protokol, Drs. Heri Supramono, kepada wartawan.
Sementara, menurut Adit dan Yonan perajin gerabah dari Desa sewulan Kecamatan Dagangan Kab. Madiun yang diikut sertakan study banding ke Desa Wisata di Dusun Kasongan Bantul DIYteng ini, mengatakan, kalau dulu perajin gerabah di Desa Sewulan Kecamatan Dagangan Kab. Madiun itu banyak. Namun lambat laun menurun dratis bahkan selarang ini tinggal 2 orang perajin gerah.
Masalahnya, lanjut Adit, selain perajin gerabah sulit pemasarannya, juga kurangnya modal. Juga terdesak dengan bahan perabot rumah tangga dari plastik. Lebih dari itu, kurang adanya pembinaan dari Pemkab Madiun dalam hal ini Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata (Diskoperindagpar) Kab. Madiun.
“Ya sekarang ini, perajin gerabah di Desa Sewulan tinggal dua orang itu, karena memang sudah sulitnya mencari pekerjaan. Juga karena adanya perajin gerabah seperti itu, tinggalan dari nenek moyang kita yang perlu dilestarikan,”katanya.
Lebih dari itu, warga di Desa Sewulan memilih bekerja atau mburuh tani yang setiap hari mendapatkan uang ketimbang menjadi perajin gerabah, baru se minggu sekali menerima uang. “Inilah yang menjadikan warga nggan melanjutkan/menekuni sebagai perajin gerabah. Meski demikian, kami yakin kalau ada pembinaan dari Disperindagpar Kab. Madiun, warga akan menekuni perajin gerabah kembali,” jelas Adit memberikan alasan.
Karena itu kata dia, agar perajin gerabah di Desa Sewulan bisa hidup dan berkembang lagi, hendaknya perlu adanya pembinaan dari Disperindagpar Kab. Madiun. “Ya, setelah mengikuti study banding ini, kami akan berupaya mencontoh perajin yang ada di Kasongan Kab. Bantul DIY tersebut,” pungkas Adit.
Sedang menurut Tarno staf dari Disperindagpar Kab. Madiun ysang mengikuti study banding ke Desa Wisata Gerabah Kasongan Kab. Bantul mengakui, kalau selama ini dari Disperindagpar Kab. Madiun sangat minim mengadakan pembinaan ke perajin gerabah di Desa Sewulan, karena beranggapan perajin gerabah di Desa Sewulan itu kurang diminati warga atau perajin gerabah itu sendiri.
Ini terbukti semakin hari semakin berkurang bahkan sekarang ini dari peluhan perajin  tinggal dua orang perajin gerabah yang masih bertahan. “Karena itu, setelah study banding ini, akan dilaporkan ke Pimpinan dengan harapan akan lebih memperhatikan kepada perajin gerabah di Desa Sewulan,” katanya Tarno meyakinkan.
Sementara itu, Kabid Perindustrian Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindag) Kabupaten Bantul, Kesi Herawati, mengatakan, sebenarnya di Bantul tidak hanya dikenal dengan pengrajin gerabahnya saja. Pasalnya di wilayah ini, ada 73 sentra industri. Di antaranya pembuatan wayang kulit, kerajinan kulit untuk tas dan sepatu.
“Selain itu ada kerajinan mebelair dan batik. Cuma memang yang dikenal kan gerabahnya. Kalau jumlah pengrajinnya mencapai 18.424 pengrajin yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul,” terang Kabid Perindustrian Dinas Perindag Kabupaten Bantul, Kesi Herawati, kepada wartawan, saat menerima rombongan dari Madiun di UPT Koperasi Satya Bawana, Kasongan.
Dijelaskannya, bahkan dalam hal ekspor mebelair, Bantul merupakan penyumbang devisa terbesar di seluruh Daerah Istimewa Yogjakarta yang meliputi empat kabupaten dan satu kota. “Kabupaten Bantul merupakan penyumbang devisa terbesar dalam hal ekspor mebelair. 70 persen ekspor di wilayah DIY, berasal dari Bantul. Cuma terkadang kita kesulitan bahan baku dan harus mengambil barang setengah jadi dari Jepara, Jawa Tengah,” pungkas Kesi.
Usai menerima rombongan dari Madiun, kemudian masing-masing menyerahkan cindera mata. Humas Pemkab Madiun menyerahkan lambang Kabupaten Madiun, sedangkan Dinas Perindagkop Bantul menyerahkan miniatur tokoh wayang Kresna. [dar]

Keterangan Foto : Tampak seorang peraji gerabah di Desa Kasongan Kab. Bantul DIY tengah mengerjakan gerabah berbagai macam pesanan dari pelanggan. [sudarno/bhirawa]

Tags: