Pemkab Magetan Akhirnya Perbaiki Rumah Mbah Sadikun

(Netizen dan Pers Berpadu)

Magetan, Bhirawa
Sepanjang hari Mbah Sadikun riang gembira berjoget menari di depan masyarakat desa Sempol, Kecamatan Maospati, Magetan. Pria uzur 87 tahun itu, meluapkan rasa gembiranya ketika rumahnya yang nyaris roboh, akhirnya diperbaiki oleh Pemkab Magetan, Sabtu (26/1).
Di sela deru mesin alat berat bego yang merubuhkan rumahnya – bahkan di depan Bupati Magetan Suprawoto – Mbah Sadikun terus berjoget sambil mengembangkan senyumnya, sebagai ekspresi kebahagiannya.
“Atiku bungah. Omahku dibangun apik. Matur suwun Pak Bupati,” kata Mbah Sadikun yang pernah berprofesi sebagai pemain wayang orang di masa mudanya.
Rumah Mbah Sadikun seluas 459 meter per segi terletak di tepi Jalan Raya Sempol, Maospati, Magetan. Rumah tua itu dihuni Mbah Sadikun sendiri. Dinding temboknya rapuh. Atap gentingnya banyak celah berlubang menembus langit. Bila hujan turun, airnya mengguyur masuk ke dalam rumah berlantai tanah liat. Mbah Sadikun pun tidur di emperan rumahnya berselimut sarung, menahan dingin yang menyergap tulang belulangnya yang semakin renta.
Penderitaan Mbah Sadikun hidup di rumah tak layak huni itu, mengundang rasa iba netizen Magetan. Video pendek yang mengisahkan Mbah Sadikun hidup sebatang kara dalam kondisi papa. Dua anaknya tinggal di luar kota, tak pernah menjenguknya.
Keseharian Mbah Sadikun berkegiatan seadanya. Kadang ia diminta membersihkan halaman rumah tetangganya atau diminta membantu bekerja di sawah sebagai buruh tani.
Dia hidup sendiri sejak isterinya wafat tahun 1972. Perjalanan hidupnya banyak dihabiskan di panggung kesenian wayang orang, dengan peran utama sebagai kera putih, Hanoman.
Video viral Mbah Sadikun direspon kalangan jurnalis Magetan yang memberitakan kegetiran hidup Mbah Sadikun, dan ditanggapi cepat oleh Bupati Magetan, Suprawoto.
“Terima kasih kepada teman-teman pers untuk kepeduliannya pada kondisi sosial masyarakat di Magetan. Pers telah melakukan cover booth side dengan baik,” kata Suprawoto menjawab pertanyaan wartawan apakah tidak marah dengan liputan Mbah Sadikun yang nestapa.
Menurut Suprawoto, rumah tak layak huni di Magetan jumlahnya mencapai tujuh ribu unit. Ditargetkan, tiap tahun akan diperbaiki sebanyak seribu unit secara bertahap.
Sejak video Mbah Sadikun viral dan pemberitaan di media gencar, berbagai sumbangan masyarakat mengalir kepada Mbah Sadikun. Badan Pelaksana Bencana Daerah (BPBD) Magetan memberikan seperangkat family kit berupa peralatan mandi, selembar tikar, jerigen gallon air minum, selembar selimut, dan terpal. “Tahap kedua nantinya, akan dikirim tambahan gizi berupa kacang hijau, kacang merah, kedelai, dan biscuit,” ungkap Kasi Darlog BPBD Magetan, Fery Yoga Saputra.
Hingga pekan lalu, terhimpun uang tunai dari dermawan sebanyak Rp 3 juta untuk mbah Sadikun. Juga bantuan sembako, dan selimut serta perlangkapan sholat dari PMI Magetan.
Perbaikan rumah Mbah Sadikun dibangun dengan konsep rumah standar permanen, berdinding tembok setinggi 3,25 meter, lebar bangunan 4,5 meter, dan panjang bangunan 7,25 meter.
“Disain rumahnya sudah jadi, dengan RAB seratus juta rupiah,” jelas Plh Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magetan, Muchtar Wahid.
Bangunannya dirancang memiliki ruang tamu, satu kamar tidur, sebuah dapur untuk peralatan masak kompor, bukan masuk dengan tungku kayu, dan sebuah kamar mandi. “Kita targetkan satu bulan sudah selesai,” jelas Muchtar Wahid yang juga Kabid Bina Marga PU Kabupaten Magetan.
Permintaan Mbah Sadikun agar rumah barunya nanti diarahkan menghadap ke timur, dipenuhi oleh Pemkab Magetan. “Mbah Sadikun berharap banyak cahaya matahari yang bisa masuk ke dalam rumahnya,” kata Bupati Suprawoto yang berbaur dengan relawan dari BPBD Magetan, Tagana, dan unsur TNI AD serta Lanud Iswahyudi, beberes menurunkan genting rumah Mbah Sadikun, sebelum bangunannya dirobohkan untuk diperbaiki menjadi rumah layak huni. [wardianto/bhirawa]

Tags: