Pemkab Mojokerto Gelar Ruwat Agung Nuswantoro

Wabup Mojokerto Pungkasiadi menuangkan air suci dalam rangkaian ruwat agung Nuswantoro di pendopo agung Trowulan.  (kariyadi/bhirawa)

Wabup Mojokerto Pungkasiadi menuangkan air suci dalam rangkaian ruwat agung Nuswantoro di pendopo agung Trowulan. (kariyadi/bhirawa)

Kab,Mojokerto, Bhirawa.
Pemkab Mojokerto menggelar  Prosesi pencampuran sapta tirta(tujuh sumber mata air) kraton Majapahit yang dibingkai dalam seni drama kolosal bertema pemerintahan Mojopahit ke-dua dengan Raja Uri Sri Jayanegara,. peristiwa itu menjadi salah satu nyawa penting dari rangkaian event budaya tahunan Kabupaten Mojokerto, yakni Ruwat Agung Nuswantoro Majapahit 1950. Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, menjadi salah satu sosok penting yang didaulat untuk melakukan prosesi tersebut, pada Jumat (7/10) malam di Pendopo Agung Trwoulan.
Kepala Disporabudpar (Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata) Kabupaten Mojokerto, Ustadzi Rois, menuturkana jika pengumpulan air dari ketujuh sumber berbeda telah dilakukan dengan sakral satu hari sebelumnya.
“Kita telah melakukan unduh-unduh patirtaan (mengumpulkan air) dari tujuh sumber berbeda kraton Majapahit. Antara lain petirtaan Siti Inggil di Bejijong Trowulan, petirtaan Tribuwana Tungga Dewi di Klinterejo Sooko, petilasan Prabu Hayam Wuruk Desa Panggih Trowulan, petirtaan Putri Campa di Unggahan Kecamatan Trowulan, petirtaan Kubur Panjang/Sumber Towo di Desa Unggahan Trowulan, sumur Sakti Gajah Mada di Beloh Kecamatan Trowulan, dan terakhir di sumur Upas Candi Kedaton Desa Sentonorejo Trowulan,” terangnya.
Rois juga menambahkan jika tujuh sumber air tersebut, selanjutnya digunakan untuk Ruwatan Sukerto massal gratis di Pendopo Agung tanggal 8 Oktober 2016 (Sabtu kemarin, red). “Peserta Ruwatan Sukerto massal berjumlah 428 anak, baik yang dewasa maupun remaja. Animonya sangat bagus, ruwatan tahunan ini tidak hanya menarik minat masyarakat Kabupaten Mojokerto saja. Bahkan ada peserta asal pulau Bali yang daftar, disamping Kediri, Lamongan dan juga Blitar,” tambahnya.
Sementara itu Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi menyiratkan harapan besar terhadap event tahunan ini. Dirinya ingin agar Ruwat Agung Nuswantoro bisa menjadi agenda pariwisata dan menjadi branding khas Kabupaten Mojokerto.
“Pemerintah Kabupaten Mojokerto melalui Disporabudpar khususnya, berharap agar Ruwat Agung Nuswantoro yang hampir tidak pernah absen kita gelar tiap tahun, menjadi produk wisata budaya khas Kabupaten Mojokerto. Ruwat Agung Nuswantoro sangat kuat untuk ditonjolkan dari sisi brandingnya. Animo masyarakat cukup tinggi, bahkan sampai luar daerah. Pariwisata yang berkembang dengan baik, tentu akan memberi kontribusi besar terhadap pemerintah daerah,” papar wakil bupati.
Suami Yayuk Pungkasiadi ini juga berpesan agar selalu bangga dengan kebudayaan tradisional tempat kelahiran. Ia menilai jika budaya adalah kekayaan yang tidak terkira harganya. Ruwat Agung Nuswantoro adalah media ideal khususnya bagi masyarakat Kabupaten Mojokerto, untuk terus mengenal dan menjaga warisan besar para leluhur.
“Ruwat Agung Nuswantoro 1950 Saka/2016 Masehi bisa dijadikan kilas balik kehidupan masyarakat, dan menjadi tonggak untuk lebih dekat dengan para leluhur lewat warisan budaya yang diturunkan. Dengan Ruwat Agung Nuswantoro, mari kita bangun kebersamaan dengan prinsip ‘Rumongso melu handarbeni, wajib melu hanggondheli, mulat saliro hangroso wani,” pesannya.
Dalam prosesi pencampuran sapta tirta Kamis malam lalu, wakil bupati juga didaulat untuk mengukuhkan anggota pengurus Dewan Lembaga Pelestari Adat dan Budaya Kabupaten Mojokerto. Hadir juga dalam acara ini unsur Forkopimda Kabupaten Mojokerto, SKPD, serta  tokoh-tokoh lintas agama dan adat budaya. [kar]

Tags: