Pemkab Nganjuk Dorong Petani Produksi Tanaman Organik

Mendorong produk pertanian organik, Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi meninjau langsung salah satu petani sayur organik di Kecamatan Bagor.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Pemkab Nganjuk mendorong petani untuk mengembangkan inovasi di bidang pangan agar mampu bersaing dengan daerah lain. Program Nganjuk sehat, merupakan kegiatan rintisan untuk mendorong petani memproduksi sayuran dan tanaman yang bebas pestisida.
Saat ini Pemkab Nganjuk telah mengembangkan beras sehat di wilayah Kecamatan Tanjunganom, bawang merah sehat di Kecamatan Sukomoro dan sayur sehat di Kecamatan Bagor. Terkait program Nganjuk sehat tersebut, akan ada kucuran dana dari APBN khusus untuk beras sehat dengan luas lahan sekitar 460 hektar.
“Kami pemerintah daerah berupaya mendorong petani agar mampu memproduksi hasil pertanian dengan kualitas organik,” jelas Wakil Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi kepada Bhirawa.
Marhaen mengungkapkan, mengapa beras organik lebih mahal dibandingkan dengan beras biasa, budidaya sawah organik memang membutuhkan biaya mahal karena selain harus mengubah kebiasaan petani dalam perlakuan penggunaan pupuk pestisida.
Selain itu juga membutuhkan lahan luas yang tidak terkontaminasi pestisida kimia dan juga membiasakan pola tanam serempak agar bisa memutus siklus hidup hama dan penyakit tanaman.
Sedangkan untuk kebun sayuran organik masih memungkinkan berbiaya murah walaupun tidak memiliki lahan luas, yaitu dengan menggunakan system rumah jaring.
Keuntungan menggunakan rumah jaring ini adalah penggunaan pestisida kimia dapat diminimalisasi atau malah ditiadakan, suhu didalam rumah jaring dapat dipertahankan dalam kondisi konstan, menghindari hujan deras agar tidak terlalu banyak air dan tiupan angin kencang yang dapat merusak daun sayuran.
“Pertumbuhan bibit sayuran 99% berhasil tanpa kendala berarti, penggunaan pupuk hingga panen tidak banyak karena terserap tanaman secara optimal sehingga biaya dapat ditekan,” terang Marhaen Djumadi, setelah menyaksikan proses tanaman sayur secara hidroponik di Desa Ngumpul Kecamatan Bagor.
Untuk komoditi pertanian organik ini, Pemkab Nganjuk juga akan mendorong Dinas Pertanian untuk melatih petani melalui petugas penyuluh lapangan (PPL) untuk penggunaan pupuk organik yang berbasis bakteri. Apalagi pupuk tersebut didesain serba guna yaitu selain untuk penyubur tanaman sekaligus juga penyubur tanah juga dapat menekan pertumbuhan bakteri dan jamur.
Marhaen Djumadi bahkan sempat memberikan estimasi ekonomis terhadap biaya produksi lahan untuk sayuran organik. Rumah jaring ukuran 3,5 m x 10 m, menggunakan rangka bambu dan atap fiber membutuhkan biaya sekitar Rp 3,5juta s/d Rp 4 juta.
Hasil panen bila ditanami bayam dapat mencapai lebih dari 1000 ikat, asumsi dengan harga grosir bayam biasa di pasar Rp.1.000 s/d Rp.1.200 per ikat maka pendapatan sekali panen masa tanam 20 hari maka lebih dari Rp. 1 juta. harga bayam biasa dipasar tradisional Rp 1500 s/d Rp 1800 per ikat sedangkan organik berkisar Rp2000 s/d Rp 2200.
“Walaupun tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida, tetapi semua komoditas sayuran yang ditanam petani hasilnya sangat bagus dan memuaskan,” pungkas Marhaen Djumadi.(ris)

Tags: