Pemkab-Perhutani Gelar Ruwatan Hutan Nusantara

Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto SH, bersama Emha Ainun Najib dan jajaran pejabat Perhutani, saat acara Ruwatan Hutan Nusantara di alun-alun Kota, Rabu malam kemarin. [sawawi/bhirawa].

Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto SH, bersama Emha Ainun Najib dan jajaran pejabat Perhutani, saat acara Ruwatan Hutan Nusantara di alun-alun Kota, Rabu malam kemarin. [sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa
Kasus nenek Asyani, asal Desa/Kecamatan Jatibanteng, yang didakwa mencuri kayu jati milik Perhutani, memiliki makna dan manfaat luar biasa bagi segenap komponen di Kota Santri, Situbondo untuk merekatkan kebersamaan. Betapa tidak, usai nenek Asyani menjalani proses persidangan, Pemkab Situbondo bersama Perhutani langsung menggelar sejumlah kegiatan yang membanggakan bagi kemajuan dan kemakmuran Kabupaten Situbondo, di masa mendatang.
Yang terbaru, Pemkab Situbondo bersama Perhutani menggelar ruwatan hutan nusantara dengan menggandeng Emha Ainun Najib sebagai pemimpin dzikir dan solawatan akbar di alun-alun Kota. Tak hanya itu, Perhutani juga mennyuguhkan sejumlah atraksi panggung yang memukau, diantaranya antraksi panggung Kiai Kanjeng, bersama Pagar Nusa Jawa Timur serta parade tumpeng raksasa.
Di hadapan ribuan masyarakat Situbondo dan Forpimda serta pejabat Perhutani, Rabu malam (12/5) panggung Kiai kanjeng menggebrak atraksi bersolawat dan dzikir. Disela-sela acara, pentolan Kiai Kanjeng, Emha Ainun Najib juga memberikan tausiyah segar kepada masyarakat Kota Situbondo. Tak sedikit warga yang ikut bersolawat dan berzdikir bersama Emha Ainun najib, histeris dan menangis tatkala menyebut nama Sang Ilahi.
Emha mengajak waga untuk selalu mengikuti ketentuan Allah dan jadilah Orang Situbondo, yang notabene bagian dari wilayah Indonesia. Sebab Indonesia tidak bakalan ada, kata Emha, tanpa adanya Situbondo. Emha lalu mengibaratkan makanan gado gado yang terdiri dari berbagai macam sayuran. Nah, kata Cak Nun-panggilan akra Emha Ainun Najib-menjaga hutan sama dengan perumpamaan tersebut. “Saya minta Perhutani untuk menjadi BUMN selalu bersama rakyat. Sebab semua aset dan kekayaan Indonesia itu adalah milik rakyat,” ujar Cak Nun.
Sementara itu ketua panitia, Adi Winarno, menegaskan bahwa negara Indonesia dikenal sangat kaya akan sumber daya alam (SDA) hingga mendapat sebutan “GEMAH RIPAH LOH JINAWI” dan “ZAMRUD KATULISTIWA”. Dengan Kekayaan yang dimiliki Indonesia itu, ungkap mantan administratur KKPH Perhutani Banyuwangi Barat itu, terbentang luas SDA dari Sabang sampai Merauke dan dari Rote sampai Talaud. “Tampak tersebar hamparan hutan hingga dasar lautan yang berlimpah. Itu semua merupakan kekayaan sumber daya alam yang bisa menjadi penggerak perekonomian Indonesia,” tegas Adi.
Pengelolaan SDA yang akuntabel, lanjut Adi, idealnya bukan hanya tugas pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Mulai pemerintah kabupaten dan kota bahkan juga desa dan kelurahan. “Utamanya, peran masyarakat juga harus memiliki kepedulian atas kondisi lingkungan, kehutanan dan kekayaan alam lainnya,” tambah Administratur KKPH Perhutani Bondowoso itu.
Menyinggung kegiatan “Ruwatan Hutan Nusantara” dengan tema “Tausiyah Kebangsaan-Menemukan Apa yang Benar, Bukan Siapa yang Benar serta “Halaqah Kehutanan bersama Emha Ainu Nadjib” bertujuan untuk melakukan rekonsiliasi dan duduk bersama pemerintah dan rakyat untuk ikut melestarikan hutan. “Tak bisa dipungkiri, Perhutani beberapa bulan ini diramaikan dengan kasus Asiyani. Hal itu  menjadi salah satu jalan  pembuka mengajak semua pihak untuk sama-sama merawat dan ikut serta melestarikan hutan,” jelas Adi.
Kehadiran Emha Ainun Nadjib di Situbondo, jelas Adi, banyak memberikan pencerahan bagi masyarakat, pihak Perhutani, Pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan lainnya. Karena, Emha banyak menjelaskan cara menjaga kelestarian lingkungan, hubungan masyarakat dan pemerintah, masyarakat dan Perhutani yang bertugas menjaga kondisi hutan. [awi/adv]

Tags: