Pemkab Sidiarjo Tanamkan Budi Pekerti Pelajar

Wakil Bupati MG Hadi Sutjipto bersama istrinya memotivasi anak-anak saat peringatan HAN 2015 di GOR Sidoarjo. [achmad suprayogi/bhirawa]

Wakil Bupati MG Hadi Sutjipto bersama istrinya memotivasi anak-anak saat peringatan HAN 2015 di GOR Sidoarjo. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Lingkungan anak-anak, pelajar maupun remaja kini sudah sangat memprihatinkan. Sedikit sekali ruang untuk berbuat baik, karena derasnya suguhan kebebasan mengakses internet dalam genggamnya. Efeknya sangat merugikan generasi muda. Untuk mengendalikan kondisi ini, Pemkab Sidoarjo membangkitkan kembali pelajaran budi pekerti di sekolah, pada anak-anak usia dini atau usia emas.
Ada seorang camat mengaku, prihatin dengan kondisi anaknya yang sulit dikendalikan saat memegang handphone. Anaknya sering tidur di malam hari, dalam kamarnya. Dikiranya belajar, ternyata hanya bermain-main HP. Akhirnya dia membujuk anaknya agar bisa mengendalikan ‘permainan’ HP yang sudah sangat luar luar biasa itu, agar bisa dikurangi. ”Saya mengakui, kalau penanaman budi pekerti terhadap anak sangat kurang. Karena kami selaku orangtua, keduanya sebagai pekerja, jadi sangat kurang dalam mengawasi dan membimbing kondisi anak,” keluhnya.
Kondisi ini tak hanya dialami seseorang saja, bahkan hampir semua anak-anak seperti itu. Para guru-guru di sebuah SMP juga banyak yang mengeluhkan, anak-anak sekarang ini minat untuk belajar itu sangat kurang. Mereka lebih senang bermain-main dengan handphonenya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Pemkab Sidoarjo Drs Mustain Baladan M Pd I, mengatakan, untuk menanamkan karater anak, budi pekerti anak itu tak harus penuh di sekolahan. Justru menurutnya, peran serta orangtua yang diutamakan. Di sekolah yang menggunakan sistem full day pun tak ada jaminan kalau anak menjadi baik 100%. Kalau tak didukung orangtua yang terus aktif ikut mendidik, menanamkan budi pekerti terhadap anak-anaknya.
Sementara Wakil Bupati MG, Hadi Sutjipto SH MM, yang mantan Kepala Dindik Sidoarjo, menjelakan kalau membentuk karakter anak, berperilaku yang baik. Selain orangtua para guru-gurunya juga harus sudah dibekali perilaku yang baik pula. Mendidik anak itu harus dengan hati, harus didampingi betul. ”Saya dulu masih di sekolah, masih anak-anak, guru-guru kita itu sangat luar biasa,” katanya.
Kepada guru-guru PAUD dan TK/RA dalam mendampingi anak-anak harus sepenuh hati. Sebagai ibu dan bapak hendaknya mendidik anak-anak dengan tulus dan ikhlas. Agar bisa menjadi anak yang baik, tumbuh kembang dengan baik. ”Saat usia emas anak-anak harus di dididik dengan baik, karena pendidikan yang baik akan melekat betul pada usia dini,” tegasnya Pak Tjip sapaan sehari-hari, usai menghadiri peringatan HAN (Hari Anak Nasional) 2015 di GOR Sidoarjo beberapa waktu lalu.
Guru juga harus memberikan pendidikan yang baik, ketulusan hati yang baik, keikhlasan untuk mendidik anak-anak ini menjadi generasi bangsa yang baik. Maka pembelajaran sopan santun, budi pekerti ini harus ditekankan. Jadi bukan hanya muridnya yang dituntut paham, tetapi gurunya juga harus lebih paham. Memang kondisi pendidikan soal budi pekerti sangat kurang, secara resmi kurikulum itu dulu sudah dihapus, tetapi kini diharapkan masing-masing sekolah itu juga memberikan pembelajaran budi pekerti. Maka penerapan Perda bagi anak-anak yang muslim, lulus sekolah dasar harus bisa baca tulis Alquran itu sudah ada sejak lama. [ach]

Tags: