Pemkab Sidoarjo Beri Solusi Penderita Osteosarcoma

Pj Bupati Jonathan Judianto menyerahkan bantuan kepada Eli Erawati penderita penyakit osteosarcoma. [achmad suprayogi/bhirawa]

Pj Bupati Jonathan Judianto menyerahkan bantuan kepada Eli Erawati penderita penyakit osteosarcoma. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Pemkab Sidoarjo memberikan jalan keluar dan solusi terhadap Eli Erawati(30) warga Desa Putat, Kec Tanggulangin, Sidoarjo, penderita penyakit Osteosarcoma jenis penyakit tulang/tumor yang sangat ganas. Pemkab Sidoarjo merujuk Eli agar bisa berobat RS dr Soetomo Surabaya agar segera dilakukan amputasi.
Pj Bupati Sidoarjo, Drs Ec Jonathan Judianto MMT yang melihat langsung kondisi penderita, Senin (1/2) memerintahkan kepada jajarannya agar segera diproses rujukannya ke dr Soetomo Surabaya.
Menurut Jonathan, kondisi penyakit Eli stadiumnya sudah sangat tinggi, dalam dua minggu saja membesar. Alhamdulillah dari pihak keluarga juga sudah siap, sementara dari Puskesmas juga sudah siap membantu sepenuhnya untuk kepengurusannya. ”Karena selama ini yang bersangkutan sangat takut untuk berobat. Dalam dua hari ini selalu mengeluh sakit, akhirnya mau untuk dilakukan amputasi,” jelas Jonathan usia memberikan bantuan secara pribadi.
Perlu diketahui, Eli ini seorang ibu rumah tangga yang memiliki tiga orang anak. Kini, dia hanya tinggal bersama orangtua perempuan dan anaknya yang masih kecil. Sedangkan suami dan kedua anaknya tinggal di Kediri. Sebenarnya, ibu muda ini sudah lama menderita penyakit tumor di kakinya. Saat di wawancarai, dia mulai menceritakan asal muasal membengkaknya penyakit tumor hingga menyebabkan lumpuh disekujur tubuhnya.
Ia menceritakan, saat sebelum menikah, dia tiba-tiba tertindih oleh saudaranya. Sedangkan pada saat itu posisi duduknya dirasa kurang tepat. Namun sakit yang dirasakan di kakinya tak seperti yang dirasakan saat ini. Dia menganggap kejadian itu hanya biasa-biasa saja tanpa ada efek besar. ”Dua tahun lalu sebelum saya menikah. Dulu memang terasa sakit. Tapi tak menyangka efeknya sebesar ini,” ujar Eli kemarin.
Menurut Eli, benjolan itu mulai muncul saat dirinya sudah memiliki dua orang anak. Benjolan yang secara perlahan muncul itu belum terasa sakit. Lambat laun, pasca kehamilan anak ketiganya benjolan itu terus membengkak. ”Karena tidak sakit, saya anggap masih biasa. Setelah saya pijet lagi ternyata terus membengkak. Tapi pada saat itu saya masih bisa berjalan,” ungkapnya.
Saat ditanya, apakah dirinya pernah ke dokter sebelumnya. karena keterbatasan ekonomi yang membuatnya masih bisa bertahan di rumah. Selain itu, dirinya juga pernah didatangi pihak Puskesmas yang berada tak jauh dari rumahnya. Pihak Puskesmas menurutnya sepintas hanya menjenguk dan memeriksa kondisinya.
Dia juga pernah ditawari pihak Puskesmas jika hendak ke RS, pihak Puskesmas siap mengantar. ”Pernah kesini dari Puskesmas dua orang bidan. Cuma dilihat saja dan memeriksa. Setelah itu diambil darahnya untuk pemeriksaan. Pihak Puskesmas juga bersedia mengantar kalau saya mau ke RS. Tapi mau gimana lagi saya tak ada biaya,” katanya.
Ketidaksediaanya atas penawaran pihak Puskesmas, selain tak memiliki biaya, juga pernah dirujuk pihak Puskesmas ke RSUD Dr Soetomo Surabaya. Namun hasilnya kakinya terpaksa harus diamputasi. Sedangkan di RSUD Sidoarjo sendiri tak bisa menampungnya.  Makanya harus di rujuk ke RSUD Dr Soetomo. ”Kata dokternya mau diamputasi, tapi saya tak mau. Sudah ke RSUD, tapi katanya tak menampung. Saya hanya dikasih surat selanjutnya di rujuk ke Surabaya,” ungkapnya lirih.
Sementara, Arief Rachman Hakim asal Gedangan Sidoarjo dari Ormas Lazismu Sidoarjo mengungkapkan kesedihannya atas derita yang menimpa ibu muda ini. Menurutnya, tumor ganas yang berada di paha kirinya diperkirakan mencapai 4 kg itu bisa terbilang hanya terbaring lemas menunggu kematian, jika belum ada penanganan yang cepat.
”Saya terenyuh melihat kondisi ibu Eli. Dengan umur yang masih muda, dia harus merasakan penyakit yang terbilang parah. Bahkan termasuk tumor ganas. Jika dibiarkan, kata dokter paling lama bisa bertahan hanya enam bulan. Jika ditangani,  kemungkinan dipotong kakinya dipangkal paha, dan bisa hidup normal asal kemoterapinya sukses,” ujarnya, Saat menjenguknya kemarin. [ach]

Tags: