Pemkab Sidoarjo Launching Posko Pengendali Banjir

Posko Pengendali BanjirSidoarjo, Bhirawa
Untuk mengantisipasi banjir di musim penghujan di sebagian wilayah Sidoarjo, Pemkab Sidoarjo telah mendirikan posko pengendali banjir, dengan tujuan agar masyarakat lebih mudah menyampaikan keluhan masalah banjir yang ada di lingkungannya.
Pj Bupati Sidoarjo, Drs Ec Jonathan Judianto MMT di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo, Senin (7/12) kemarin melaunching posko pengendalian banjir di Taman Tanjung Puri Desa Bluru Kidul Sidoarjo.
Keberadaan posko tersebut disambut baik oleh Jonathan, karena nantinya masyarakat dapat menyampaikan keluhan mengenai banjir yang menggenangi wilayahnya, segera dapat tertangani. “Jadi keberadaan posko tersebut dapat mempercepat penanganan banjir yang terjadi bisa diatasi dengan segera,” katanya.
Selain itu,  ia berharap keberadaan posko tersebut dapat lebih dimaksimalkan dalam pengendaliannya, titik-titik banjir terus dilakukan pemantauan. Kepada SKPD terkait untuk terjun langsung dalam mencegah banjir. Penyebab banjir dimintanya untuk dicarikan solusinya. Solusi pertama adalah dengan menyusuri aliran air untuk dilakukan pembersihan saluran yang menghambat. “Kita perlu titik operasional, misalnya ada satu saluran yang buntu, rame-rame kita kerjakan untuk kita bersihkan,” tegas Jonathan Judianto.
Menyikapi kondisi banjir yang ada di Sidoarjo, menurutnya harus dilakukan sejak hulunya yang terdapat di sungai Lengkong itu terbagi dua, Porong Kanal dan Mangetan Kanal, terus terpecah menjadi avoer-avoer yang pintu-pintunya juga tidak di desain untuk pengendalian banjir, tetapi untuk irigasi. Makanya pada ujung-ujung sungai perlu dibuatkan tempat pengontrol air atau buka tutup. Bila air kondisi surut pintu air bisa dibuka. “Apabila air kondisi pasang harus dilakukan penutupan, setelah itu baru dilakukan pompa keluar dengan menggunakan pompa air yang besar,” katanya.
Terpisah, Kepala Dinas PU Pengairan Sidoarjo, Ir Fatkhur Rochman, mengatakan kalau untuk mengantisipasi genangan air hingga banjir yang sudah dilakukan selama ini, difokuskan di tengah kota, seperti alun-alun dan perkotaan. Selain itu pihaknya juga mewaspadai pada empat sungai besar, yakni Kali Pucang, Sidokare, Kemambang dan Kedunguling.
“Titik genangan di Alun-alun dan perkotaan, karena wilayah itu terdapat empat sudah besar yang utama yakni sungai Pucang, Sidokare dan Kedunguling. Termasuk juga sungai Kumambang yang terletak di Buduran, jadi ada 4 sungai itu yang harus diwaspadai,” katanya.
Bila terjadi curah hujan yang cukup tinggi, diatas 100 mm, sudah dipastikan saluran di sungai tersebut tidak mampu. Caranya gimana, kita harus mengendalikan di dam-dam sungai besar itu. Makanya program dari pengairan akan membuat sudetan yang ada di Cemengbakalan. “Sudetan itu fungsinya, barangkali di saluran Pucang tidak mampu akan dibuang ke Kumambang, karena Kumambang tidak sama dengan saluran Pucang, terkadang kondisi airnya lebih rendah,” jelasnya. [ach]

Tags: