Pemkab Sidoarjo Terus Bergerak Turunkan Angka Stunting

Suasana penggalangan dukungan penurunan angka stunting di Kecamatan Porong. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur telah mencatat jika Sidoarjo memiliki angka tertinggi kasus stunting di Jatim. Jumlahnya mencapai 24.439 balita. Data itu berdasarkan elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) di 38 kabupaten/kota di Jatim per 25 November 2019.
Melihat kondisi tersebut, Pemkab Sidoarjo melalui Dinas Kesehatan terus bergerak turun melakukan upaya menekan atau menurunkan angka stunting. Secara bertahap telah dimulai dari wilayah Kecamatan Porong.
Seperti yang telah dilakukan di wilayah Kecamatan Porong Sidoarjo, yakni dengan mengadakan ‘Gebyar Ayo Cegah Stunting’ yang dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo yang didampingi Plt Camat Porong Imam Mukri dan Plt Puskesmas Porong Djoko Setijono.
Plt Camat Porong Imam Mukri Afandi mengatakan mulai tahun 2021 ini ditiap-tiap kecamatan mendapat anggaran Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) sebesar Rp 400 juta. Oleh karena itu, saya beharap dana tersebut bisa digunakan dengan sebaik-biknya.
“Mohon dana ini digunakan oleh Puskesmas untuk mendukung penurunan stunting,” harap Imam Mukri, (12/3) kemarin.
Sementara itu, Plt Kepala Puskesmas Porong Djoko Setijono juga menambahkan kalau di Kecamatan Porong 22 persen anak dalam keadaan stunting. Porong masuk dalam lokus keempat untuk penurunan angka stunting di Sidoarjo.
“Stunting permasalahan gizi kronis sejak dalam kandungan. Jadi kalau mau mencegah ya lintas sektor harus terlibat,” ujarnya. Lanjutnya, diantaranya Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Dinas Perumahan, Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (Perkim CKTR), Dinas Pangan dan Pertanian. Mulai dari penyediaan air bersih, jamban bersih sehingga ibu hamil tidak mudah tertular infeksi. Hingga penyediaan gizi yang cukup untuk masyarakat.
“Jika pada masa balita mengalami stunting, maka akan menjadi remaja stunting yang akan mengalami gagal tumbuh, sehingga berdampak pada ibu hamil dengan status gizi kurang dan lahir bayi dengan berat badan rendah bila tidak ditangani dengan maksimal,” katanya.
Sedangkan Kepala Dinkes Sidoarjo-drg Syaf Satriawarman, Sp Pros menghimbau kepada masyarakat agar dimasa pertumbuhan, perbaikan gizi anak harus terus dilakukan dengan baik. “Kita perbaiki gizinya. Kita beri vitamin. Karena usia pertumbuhan sampai 18 tahun,” jelasnya. [ach]

Tags: