Pemkab Situbondo Rangkul BI, Perhutani – Puslitkoka

Sekda Situbondo Syaifullah, bersama Kepala KPH Perhutani Bondowoso, Adi Winarno dan kepala BI Jember saat menjadi pembicara acara 'dialog potensi ekonomi daerah di pendopo Sabtu kemarin (3/9). [sawawi/bhirawa].

Sekda Situbondo Syaifullah, bersama Kepala KPH Perhutani Bondowoso, Adi Winarno dan kepala BI Jember saat menjadi pembicara acara ‘dialog potensi ekonomi daerah di pendopo Sabtu kemarin (3/9). [sawawi/bhirawa].

(Mengupas ‘Dialog Potensi Ekonomi Daerah)
Situbondo/Bhirawa.
Guna ikut menyebarluaskan potensi kopi unggulan khas Situbondo, yang bernama kopi arabika dan robusta Kayu Mas, Pemkab merangkul Bank Indonesia wilayah Jember, KPH Perhutani Bondowoso dan Perhutani Banyuwangi Barat serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakau (Puslitkoka) Jember, dalam sebuah diskusi bertema ‘dialog potensi ekonomi daerah Situbondo’ Sabtu pagi kemarin (3/9). Acara digelar di pendopo Kabupaten dengan menghadirkan pembicara utama, Sekda Syaifullah, Administratur Perhutani Adi Winarno dan Kepala BI Jember Muhammad Lukman Hakim.
Dalam kegiatan yang dimulai pukul 09.00 wib tersebut, hadir beberapa praktisi ekonomi Situbondo, Camat dan seluruh pimpinan SKPD serta kalangan kelompok tani (koptan) kopi di Situbondo. Menurut Administratur KPH Perhutani Bondowoso, Adi Winarno, potensi kopi khas Kayu Mas, memiliki sisi keunggulan dibidang rasa dan teksturnya sehingga layak untuk dikemas dengan lebih profesional.
Untuk itu, kata mantan Administratur Perhutani Banyuwangi Barat itu, dirinya mendukung penuh acara diskusi dengan jdul ‘dialog potensi ekonomi daerah Situbondo’ kemarin. “Saya mendukung penuh kegiatan ini,” papar Adi Winarno.
Usai dialog, salah satu pelaku usaha kopi, Kayu Mas, Situbondo, Didik Suryadi, sempat mempertanyakan keseriusan Pemkab Situbondo dan elemen perbankan dalam memberdayakan usaha tani kopi di Kota Santri. “Sampai saat ini peran Pemkab dan perbankan kurang maksimal dalam peningkatan usaha tani kopi di Situbondo,” ujar Ketua Kelompok Tani Kopi Sejahtera Kayu Mas, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo tersebut.
Didik juga menyayangkan perbankan Situbondo yang enggan menyalurkan pinjaman modal terhadap para petani kopi di Situbondo, khususnya petani kopi di Kayumas. Seharusnya, kata Didik, Pemkab Situbondo dan kalangan perbankan meniru kepeberpihakan Pemkab Bondowoso dalam pengelolaan kopi sehingga kopi Bondowoso kini sudah lebih dulu mendunia. “Selama ini petani kopi Kayumas tidak pernah dapat fasilitas modal kredit dari perbankan di Situbondo,” kritik Didik.
Lebih lanjut Didik mengatakan, dalam hal permodalan, pembinaan dan pendampingan untuk pengembangan kopi arabika dan robusta asli Kayumas Situbondo, para petani kopi Situbondo menggunakan modal sendiri. Selain tidak mendapat dukungan modal dari perbankan di Situbondo, ungkap Didik, petani kopi Situbondo juga tidak difasilitasi oleh Pemkab Situbondo.
Padahal di Pemkab Bondowoso, kata Didik, perhatiannya dalam  mendukung para petani untuk meningkatkan potensi ekonomi daerah pengembangan kopi sangat nyata. “Jika di Kabupaten Bondowoso, Bupati-nya mendukung dan memfasilitasi para petani kopi agar lebih meningkat keberadaan potensi ekonominya, khususnya di bidang usaha kopi,” beber Didik.
Didik menambahkan, kopi Kayumas sudah berada sejak zaman kolonial Belanda dan hingga saat ini merupakan kopi berkualitas dunia. Namun sayang, aku Didik, kualitas kopi Kayumas yang mendunia ini, sangat asing di Kabupatennya sendiri.
“Kopi Arabica Kayumas Situbondo sangat familier di Negara-Nagara Eropa, khususnya Belanda. Tapi, ironisnya kopi yang dihasilkan dari perkebunan rakyat Desa Kayumas, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo ini, kurang dikenal di negerinya sendiri,” papar Didik.
Untuk itu, imbuh Didik Suryadi, dengan dilaksanakannya Dialog Potensi Ekonomi Daerah Pengembangan Kopi Situbondo yang digelar Bank Indonesia Cabang Jember bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Situbondo serta Perhutani Bondowoso/Banyuwangi, pihaknya meminta kepada perbankan dan Pemkab Situbondo mau bersama-sama memperhatikan petani kopi Situbondo agar kopi Arabica Kayumas yang sudah dikenal di dunia dan pernah merebut juara 1 Nasional Festival Kopi Indonesia ini, semakin berkembang dan dikenal di Tanah Air.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah Pemkab Situbondo Drs. H. Syaifullah MM, ketika dimintai tanggapan keluhan petani kopi tersebut, mengatakan sebenarnya Pemkab Situbondo sudah memfasilitasi petani kopi Kayumas dengan berbagai kegiatan. Namun demikian, Syaifullah akan menampung keluhan petani kopi Situbondo. “Nanti masukan dari para petani kopi itu akan disampaikan kepada Bupati Dadang Wigiarto,” tegas Sekda Syaifullah. [awi]

Tags: