Pemkab Sumenep Miliki Satgas Penyakit Mulut dan Kuku

Sekda Sumenep, Edy Rasyadi.

Sumenep, Bhirawa
Pemerintah Kabupaten Sumenep telah membentuk Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pasalnya, akhir-akhir ini jumlah penyakit sapi terus bertambah, bahkan tidak sedikit sapi yang sudah mati.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumenep Edy Rasyadi mengatakan, saat ini pemerintah telah membentuk satgas PMK. Penanggung jawab penuh ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.

“Kami di Pemkab Sumenep telah membentuk satgas PMK. Ini kami lakukan untuk mengantisipasi bertambahnya penyebaran penyakit mulut dan kaki,” kata Edy Rasyadi, Selasa (21/06).

Menurut Edy, dalam Satgas PMK yang telah dibentuk, pihaknya melibatkan TNI dan Polri yang akan memback up semua kegiatan pencegahan penyakit hewan tersebut. Tugas Satgas PMK adalah mengurangi mobilisasi hewan dengan dibentuk beberapa posko.

“Satgas juga nanti akan di backup oleh TNI dan Polri. Mudah-mudahan penyebaran virus ini segara berakhir, karena kita akan menghadapi idul adha, dimana masyarakat biasanya banyak yang berkurban,” ujarnya.

Lebih lanjut ia memaparkan, mendekati hari raya qurban, pihaknya mengaku telah membuat surat edaran terkait hewan kurban. “Kalau ada hewan, utamanya sapi yang sakit telah ada tenaga medis kesehatan hewan yang akan mendatangi lokasi untuk memeriksanya,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Arif Firmanto, melalui Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh. Zulfa mengatakan, DKPP terus mengantisipasi penyebaran PMK dengan memaksimalkan pengawasan kesehatan hewan ternak dan pengamatan berdasarkan gejala di pasar-pasar hewan dan centra hewan ternak.

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai PMK dan pencegahannya juga akan terus digalakkan kepada peternak supaya PMK ini bisa ditangkal.

“Kita edukasi masyarakat juga agar selalu memberikan disinfektan pada kandang-kandang ternak agar tidak terserang wabah PMK,” kata Zulfa.

Zulfa menambahkan, tingkat resiko kematian hewan ternak yang terjangkit virus PMK ini hanya 5 persen, itupun kasus kematian tertinggi pada hewan usia muda. Masyarakat juga diharapkan tidak panik, karena virus ini tidak membahayakan terhadap kesehatan manusia. “Dagingnya juga aman dikonsumsi. Jadi tidak usah khawatir,” pungkasnya. [sul.dre]

Tags: