Pemkab Trenggalek Imbau Nelayan Jangan Tangkap Bayi Ikan

Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak

(Untuk Kesejahteraan Berkelanjutan)

Trenggalek, Bhirawa
Pemkab Trenggalek memastikan mendukung upaya kementerian kelauatan dan Perikanan menghentikan penangkapan bayi ikan dan bayi udang /lobster (benur) oleh nelayan sebagai bagian dari kesejahteraan berkelanjutan.
Dalam kunjungannya ke Pantai Prigi Kabupaten Trenggalek Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti di Kabupaten Trenggalek, Selasa (5/2) menekankan keberlanjutan dan kesejahteraan bagi nelayan sangat penting .
Untuk itu,lanjut Menteri Susi , perlu kiranya nelayan menyadari oentingnya tidak menangkap bayi ikan dan benur. “Dengan masih banyaknya penangkapan tersebut, diminta adanya himbauan kepada seluruh masyarakat untuk menghentikan penangkapan terhadap bayi-bayi ikan.” Ujarnya saat kunjungan yang didampingi Bupati Trenggalek, emil Elistianto Dardak.
Saat kunjungan kerja (kunker) Menteri Susi di wilayah pantai Prigi Watulimo Trenggalek menyatakan, bahwa kedepan akan terus ditekankan tentang keberlanjutan dan kesejahteraan. Tentang kedaulatan sendiri dirasa saat ini pencurian ikan sudah tidak ada.
“Keberlanjutan sendiri bisa diartikan tentang keberlanjutan ikan agar terus ada. Misal tentang penangkapan bayi ikan tuna, kalau bisa mbok ya jangan ditangkap. Perbesar lobang jaringnya, sehingga bayi ikan yang masih belum layak tidak tertangkap,” tuturnya.
Dijelaskan Susi, salah satu upya mencegah agar bayi ikan tidak ikut tertangkap adalahg dengan memodifikasi lubang jarring milik nelayan. Menurutnya dengan memperbesar lubang jarring , bayi tuna yang belum layak tidak terjaring, karena tuna itu jika besar bisa mencapai bobot 100 kilogram. Jadi kalau yang masih bayi biarkan besar dulu.
” Untuk itu himbauan harus terus digaungkan. Seperti benih lobster di Trenggalek sendiri cukup banyak, maka janganlah di tangkap. Karena jika benihnya ditangkap nanti lobster nya makin tidak ada,” jelasnya.
Kasus kelangkaan ikan akibat ikut tertangkapnya bayi ikan , menurut Menteri Susi, sudah terjadi pada jenis ikan Sidat yang saat ini sudah sulit sulit dicari.
“Tentang semua itu, solusinya ya berhenti mengambil benih-benih lobster dan bayi ikan lainnya, jika ada sikat saja yang mengambil bayi ikan tersebut,” tegasnya
Terpisah Emil menjelaskan yakin bahwa pengembangan jatty sebagai alternativ break water yang bisa bermanfaat untuk kapal-kapal ukuran yang lebih besar bisa terlaksana. Karena itu semua akan terus memantapkan posisi sebagai salah satu pusat perikanan di selatan pulau jawa.
“Nanti juga akan ada salah satu break water yang akan dibenahi, namun semua itu nanti akan dilakukan kembali kajian oleh kementerian, untuk memastikan itu semua. Serta agar segera terselesaikan,” terangnya
Dikatakan oleh Emil Dardak bahwa, terkait benur atau bayi lobster memang sangat memprihatinkan. Karena jika benur tersebut dibiarkan besar maka lobsternya banyak bisa menjadi tambahan rejeki untuk masyarakat.
“Dalam rangkaian kegiatan tadi, juga telah diselesaikan berita acara serah terima tanah, sehingga apa yang menggantung secara administratif telah selesai,” terang Emil Dardak
“Saya sangat prihatin terkait penangkapan benur, karena memang sudah sangat sulit dicari. Padahal jika lobster nanti bisa banyak maka akan bisa meningkatkan ekonomi. Dengan cara dijual ke luar atau sebagai daya tarik pariwisata setempat,” tuturnya
Namun pada kenyataannya Emil mengatakan, sulit sekali saat ini untuk mencari lobster. Sehingga untuk menangani itu semua, kemarin telah di coba menjadikan problem ini sebagai isu kunjungan menteri agar setelah ini bisa dilakukan penanganan.
“Dipastikan nanti akan terus dikawal, karena juga akan menjadi kebijakan kepala daerah baru. Namun itu semua nanti juga akan terus kita suport dari provinsi,” tutupnya ( Wek)

Tags: