Pemkot Bangun Sekolah Baru Pengganti SDN Gading III

Suasana SDN Tambaksari I di Jalan Mundu 53 tampak lengang setelah sekolah mengatur kembali jam sekolah, Senin (20/2) kemarin. Pengaturan kegiatan belajar mengajar ini dilakukan setelah seluruh siswa SDN Gading III menumpang di SDN Tambaksari I karena terbelit kasus sengketa kepemilikan tanah. [gegeh bagus setiadi]

Dindik Surabaya, Bhirawa
Sengketa lahan SDN Gading III yang berimbas terhadap proses belajar mengajar siswa membuat Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya cepat-cepat mengambil sikap. Pemkot mengebut pembangunan gedung sekolah baru untuk SDN Gading III yang kini masih menumpang di SDN Tambaksari I.
Kepala Dindik Surabaya Ikhsan menuturkan, pembangunan gedung baru tersebut lokasinya tidak jauh dari sekolah asal. Dengan demikian, warga di sekitar tetap bisa memanfaatkannya. Sambil menunggu gedung tersebut dibangun, para siswa dikatakannya akan tetap difasilitasi untuk antar jemput ke sekolah yang digabung.
“Mudah-mudahan tahun ini sudah bisa ditempati gedung barunya. Lokasinya dekat dengan sekolah yang lama, masih dalam satu kelurahan. Nanti seluruh siswa, guru dan kepala sekolahnya akan kembali lagi seperti semula,” terang Ikhsan ditemui, Senin (20/2).
Disinggung soal status sekolah, Ikhsan mengaku bahwa SDN Gading III tetap ada dan tidak dimerger (gabung). Meski siswa dan guru saat ini kegiatannya berpusat di SDN Tambaksari I, namun manajemen tetap sendiri-sendiri.  “Pinjam fasilitasnya saja, manajemen tetap sendiri-sendiri,” kata dia.
Ikhsan yakin, meski menggabung proses belajar mengajar tidak akan terganggu. Sebab, kebutuhan kelas untuk siswa yang menggabung semuanya tercukupi.
SDN Gading III sejatinya bukan satu-satunya sekolah yang memiliki masalah soal kepemilikan aset. Sebab, di beberapa sekolah lain seperti SDN Ujung 13, 14 dan 15 juga memiliki masalah yang sama. Selain itu SMPN 18 dan SMPN 27 Surabaya juga masih berdiri di atas lahan bukan milik Pemkot Surabaya.
Ikhsan menuturkan, sekolah-sekolah tersebut berdiri di atas lahan milik TNI AL dengan perjanjian pinjam pakai.  Selain menggunakan lahan milik TNI AL, sejumlah sekolah juga diketahui menggunakan lahan milik PT KAI. Di antaranya ialah SDN Sidotopo Wetan 112, SDN Sidotopo Lor 68 dan SDN Wonokusumo Lor Baru 1. “Pinjam bukan sewa, jadi tidak pakai bayar,” pungkas Ikhsan.

Atur Jam Masuk
Sementara itu berpindahnya seluruh siswa SDN Gading III ke SDN Tambaksari I membuat sesak sekolah yang beralamat di Jalan Mundu 53. Imbasnya siswa SDN Tambaksari I yang berjumlah 750 yang semula masuk pagi harus terbagi. Pihak sekolah SDN Gading III pun harus mengikuti aturan main jam masuk sekolah yang telah ditentukan.
Pantauan Harian Bhirawa di SDN Tambaksari I, Senin (20/2) kemarin pagi, suasana tampak lengang. Tidak ada tanda-tanda sekolah tersebut overload lantaran ketambahan 460 siswa dari SDN Gading III. Terlihat dua penjaga sekolah yang berada di gerbang sekolah yang sama-sama mengawasi keluar masuknya para siswa.
Rinciannya, ada delapan rombongan belajar dari SDN Gading III yang terbagi masuk pagi dan siang di sekolah SDN Tambaksari I. Empat rombongan belajar masuk pagi dan empat rombongan lagi masuk siang. Untuk kelas V dan VI jadwal masuk mulai pukul 6.30 hingga 11.30. Untuk kelas III dan IV jadwal masuk mulai pukul 12.00 hingga 16.00. Sisanya, kelas I dan II ditampung di SDN Tambaksari III yang terletak di Jalan Salak yang lokasinya tidak jauh dari SDN Tambaksari I.
Penjaga Sekolah dari SDN Gading III Barto Lomeusu mengatakan bahwa siswa SDN Gading III harus mengikuti aturan yang ada di SDN Tambaksari I dan III ini. “Jadi yang mengatur jam belajar siswa dari SDN Tambaksari I dan III. Karena kami di sini hanya tamu,” katanya saat ditemui di gerbang SDN  Tambaksari I kemarin.
Menurut dia, setiap harinya para siswa diangkut menggunakan bus yang telah disediakan Pemkot Surabaya untuk pergi maupun pulang sekolah. Namun, tak sedikit ia menjadi jujukan pertanyaan yang dilontarkan wali murid yang menjemput saat pulang sekolah. Ia selalu ditanyai sampai kapan sekolah barunya dibangun.  “Kami sendiri sampai sekarang belum mengetahui pastinya kapan jadi gedung sekolah yang baru,” ujarnya.
Karena seringnya ia menjadi jujukan wali murid untuk bertanya, ia pun menyempatkan diri untuk melihat lokasi yang rencana akan dibangun gedung sekolah baru yang ada di Gading Karya. Namun, ia belum melihat tanda-tanda akan adanya pembangunan tersebut. “Kami hanya melihat tanah kosong yang telah ditempeli plang bertulis tanah milik Pemkot Surabaya,” jelasnya.
Sementara, penjaga sekolah SDN Tambaksari I Yogo Herwato menyebutkan ada 20 ruangan yang digunakan proses belajar mengajar. Dari total tersebut, yang awalnya hanya cukup untuk siswa SDN Tambaksari I, saat ini harus terbagi yakni sebagian masuk pagi dan siang hari.
“Sebenarnya total itu hanya cukup untuk siswa SDN Tambaksari I saja. Dari yang semula masuk pagi, saat ini ada yang masuk siang hari,” katanya.
Ditanya apakah overload, ia menyebutkan pasti overload kalau tidak disesuaikan jam belajarnya karena jumlah siswa SDN Tambaksari I sendiri tergolong banyak. “Kalau dibilang overload, ya pasti overload,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya Maria Eka Theresia Rahayu mengatakan bahwa Pemkot Surabaya akan segera melakukan inventarisir kembali tanah-tanah yang dijadikan untuk pendidikan. Mulai dari pengamanan fisik dengan diberikannya tanda dan pagar hingga dokumen-dokumennya. “Ini bentuk antisipasi Pemkot Surabaya agar tidak terjadi lagi (kasus SDN Gading III) ,” katanya.
Menurut Yayuk sapaan akrab Maria Eka Theresia Rahayu, permasalahan sengketa kepemilikan lahan di SDN Gading III sudah inkrah di pengadilan. Dengan begitu, Pemkot Surabaya telah menyiapkan lahan untuk gedung sekolah SDN Gading III yang baru di Jalan Gading Karya 1 dengan luas 1.250 m2. “Ini masih dalam tahap proses lelang yang nantinya akan dikerjakan pada tahun ini juga,” jelasnya. [tam,geh]

Tags: