Pemkot Berencana Hapus Ajang Cak dan Ning

Cak dan NingPemkot Surabaya, Bhirawa
Mulai tahun ini masyarakat Surabaya tidak lagi disuguhi ajang pemilihan Cak dan Ning yang selama ini menjadi salah satu ikon kota Pahlawan. Keputusan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya menegaskan menghentikan ajang pemilihan Cak dan Ning tahun ini karena tidak dianggarkan dalam APBD 2015.
Kepala Disbudpar Wiwiek Widayati, Sabtu (14/3) saat dikonfirmasi membenarkan tahun ini tidak ada anggaran untuk penyelenggaran pemilihan Cak dan Ning Surabaya. Ia juga menyebut  selama ini peran dan fungsi Cak dan Ning Surabaya masih kurang optimal.
Lebih lanjut, ia juga menyebut, sebelum APBD 2015 digedok, pihaknya telah berupaya berkomunikasi dengan Dewan Kehormatan Can dan Ning Surabaya. Dewan Kehormatan tersebut terdiri dari Cak dan Ning Surabaya senior.
“Kami berupaya berkounikasi dengan dewan kehormatan untuk membicarakan tentang bagaimana mengoptimalkan duta wisata Cak dan Ning. Karena selama ini memang ada komplain tentang fungsi duta wisata kita,” tutur Wiwiek.
Dari komunikasi yang dilakukan memang sempat ada telaah. Tetapi, menurut Wiwiek, masih belum ada keputusan dan belum ada komunikasi lanjutan. Akhirnya anggaran untuk Cak dan Ning tidak dimasukkan di APBD 2015.
Namun, meski begitu, wanita berkacamata ini menuturkan bahwa untuk penyelenggaran cak dan Ning masih ada peluang. Menurutnya masih ada ruang upaya untuk peingkatan dan optimalisasi Cak dan Ning Surabaya.
“Kesempatan untuk masih ada, kami berniat akan mengajukan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK), dengan begitu kalau memang ada PAK, maka bisa diselenggarakan November,” tutur Wiwiek.
Sedangkan Ketua Umum Paguyuban Cak dan Ning Surabaya Tsaqib Abdurrahman menuturkan bahwa keputusan tersebut murni dibuat sepihak oleh Disbudpar. “Kami memang pernah diajak diskusi dengan Disbudpar, sempat ada selintingan bahwa pemilihan Cak dan Ning akan dibuat dua tahun sekali. Tidak lagi setiap tahun,” tutur Tsaqib saat dikonfirmasi Bhirawa, Minggu (15/3).
Namun, dalam diskusi tersebut pihak paguyuban sepakat untuk menolak. Sebab, adanya perubahan mekanisme tersebut dikhawatirkan akan mengubah image pemilihan cak dan Ning Surabaya yang sudah menjadi tradisi setiap tahunnya.
Namun, lanjut Tsaqib,akhirnya Disbudpar memutuskan untuk tidak lagi menggelar ajang Cak dan Ning dalam tahun ini. Bahkan sampai saat ini, lanjut Tsaqib, Disbudpar juga belum menegaskan akan mengubah menjadi dua tahun sekali atau menghapus selamanya ajang tersebut.
Dirinya mengakui, beberapa alasan Pemkot menghentikan Cak dan Ning adalah lantaran adanya kinerja Cak dan Ning Surabaya dianggap kurang optimal. Tapi, menurutnya tidak sepatutnya jika Disbudpar akhirnya memutuskan untuk tidak menggelar pemilihan Cak dan Ningmulai tahun ini.
“Kalau memang ada kekurangan kami menerima jika memang ada kritik dan saran. Tapi kan tidak harus dihentikan, bisa saja dievaluasi,” tegasnya.
Sebenarnya, lanjut Tsaqib, berdasarkan anggaran dasar mereka, paguyuban Cak dan Ning adalah organisasi kepemudaan yang sifatnya independen. Dengan demikian perhelatan pemilihan Cak dan Ning sifatnya independen.
Hanya saja untuk anggaran pemilihannya memang ada sinergi dengan pemkot. Sehingga anggarannya dibebankan pada pemkot dalam hal ini Disbudpar yang memegang kendali sebagai leading sector.
“Jadi kalau menyelenggarakan dengan sumber dana lain tidak masalah, tapi kami tetap menghormati pemkot juga. Karena pada dasarnya kami juga dalam bekerjanya untuk mengembangkan parisiwasata kota Surabaya,” tandasnya.
Dalam operasional sehari-harinya pun, Cak dan Ning tidak sepenuhnya didanai oleh Disbudpar. Ada biaya yang mereka peroleh melalui pengajuan proposal ke pihak luar untuk mendapatkan sponsorship.
Lagipula, terkait kinerja yang kurang optimal, menurut Tsaqib, kinerja Cak dan Ning Surabaya juga tidak bisa dibilang buruk. Mereka juga masih aktif melakukan kegiatan-kegiatan pemuda yang bersifat sosial, dan juga kegaitan yang bersifat protokoler. Hal tersebut tetap mereka lakukan.
Selain itu, Tsaqib menyampaikan bahwa saat ini mulai banyak di media sosial yang menanyakan pada paguyuban Cak dan Ning, kapan pendaftaran akan dibuka. Sebab normalnya bulan maret begini sosialisasi sudah mulai dilakukan. Terkait hal tersebut mereka hanya bisa diam dan belumm bisa menjawab. Sebab mereka sendiri juga tengah memperjuangkan agar event tersebut bisa masih terselenggaran tahun ini.
“Cak dan Ning itu asli Surabaya, itu ajang kreatifitas pemuda Surabaya. kami masih sangat berharap kegiatan ini tidak dihentikan begitu saja,” pungkasnya. [geh]

Tags: