Pemkot Batu Kehilangan Dokter – Tokoh Paralayang

OKota Batu, Bhirawa
Para pejabat dan staf Pemerintah Kota (Pemkot) Batu tiba dari halaman Balai kota Batu maupun Kantor SKPD, Senin (12/5) pagi. Dengan menggunakan kendaraan, mereka langsung menyusuri jalan raya menuju sebuah rumah di Jl.Kastubi nomor 99, Desa/Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Rumah itu adalah milik dr. Santoso Budiarjo, yang tewas setelah mengalami kecelakaan dalam olah raga Paralayang.
Santoso Budiarjo adalah seorang tokoh paralayang yang juga menjadi penggagas dari pengembangan paralayang di Kota Batu. Pria berusia 49 tahun ini selain pegiat paralayang juga merupakan dokter yang dikenal sangat ringan tangan dalam membantu.
Selain itu, ia merupakan staf Pemkot Batu yang saat ini duduk sebagai Kepala Puskesmas Batu. “Tentu saja berita kematian dokter Santoso pada pukul 07.15 WIB tadi pagi (kemarin-red) sangat mengejutkan kami. Karena itu kami semua langsung datang melayat ke rumah duka,” ujar Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso.
Kedatangan rombongan pejabat pemkot ini menambah suasana duka dan haru di rumah duka. Tak hanya pejabat pemkot, anggota dewan dan para pegiat olah raga paralayang juga turut memenuhi tenda di halaman depan rumah duka.
“Memang selama masa hidupnya, almarhum mudah bergaul dan ringan tangan dalam membantu orang lain. Karena itu kami sangat merasa kehilangan seorang dokter sekaligus tokoh paralayang,” tambah Ketua Pengcab paralayang Kota Batu, Hari Purwanto.
Sosok Santoso Budioarjo sangat tepat dijadikan salah satu tokoh paralayang di tanah air. Almarhum pernah mengikuti PON maupun Porprov Kalimantan Timur dalam ajang paralayang. Apalagi kematiannya juga saat melakoni olah raga yang membutuhkan keberanian tinggi ini.
Diketahui pada Kamis (1 Mei 2014) lalu, almarhum melakukan latihan paralayang di Batu. Hal ini dilakukan untuk persiapan latihan paralayang untuk Sea Games yang akan dilakukan di Bogor. Namun saat almarhum terbang dengan paralayangnya, tiba-tiba angin kencang atau turbulensi melintas di jalur terbang alhamrhum.
Sebagai penerbang paralayang berpengalaman, ia pun dengan sigap mengambil jalur alternatif untuk pendaratan di daerah Songgoriti. Sayangnya, dalam uapaya pendaratan darurat itu, parasut almarhum tersangkut di pohon puinus setinggi 10 meter. Nampaknya dahan yang menjadi penghalang parasut itu tak kuat menahan beban dan patah. Akibatnya, almarhum langsung terjatuh dari ketinggian 10 meter dengan posisi tengkurap.
Saat itu juga almarhum ditolong warga setempat dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit dr.Saiful Anwar (RSSA) Malang. Kondisinya yang parah membuat almarhum tidak bisa beranjak dari ranjang RSSA. Akhirnya kondisi terus memburuk hingga kepala Puskesmas Batu ini dipanggil Yang Maha Kuasa.
Sebenarnya, rekan-rekan almarhum di paralayang sempat menyarankan agar almarhum berhenti tidak terbang untuk sementara karena pada tahun tahun lalu Santoso Budiarjo sempat melakoni operasi tulang leher. Dan saat ini bekas operasi itu belum dinyatakan sembuh.
Di rumah duka itu, Nampak istri almarhum duduk didampingi ketiga putrinya. Yaitu,  Santi, Frisca dan Citra. Dari ketiganya, hanya si bungsu yang masih menuntut ilmu sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Malang Raya.
Suasana ini menambah rasa kehilangan seluruh staf di pemkot. Almarhum ringan tangan, dan kerja tak kenal waktu. Ketika ada teman-temannya di jajaran pemkot yang sakit, almarhumj langsung datang membantu. Demikian juga ketika wali kota Batu, Eddy Rumpoko (ER) sakit, almarhum juga langsung hadir. Tak heran ketika keranda jenazah menuju pemakaman, banyak orang yang berebut untuk ikut menopang/memanggul keranda tersebut. [nas]

Keterangan Foto : Suasana duka sangat ketara ketika para pejabat Pemkot Batu datang ke rumah duka. [nas/bhirawa]

Tags: