Pemkot Surabaya Telusuri Epidemioligi DBD

drg Febria Rahmanita

drg Febria Rahmanita

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Menghadapi musim panca roba yang tak menentu, warga kota Surabaya diimbau untuk tetap waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Sebab puncak DBD di Surabaya diperkirakan akan berlangsung pada April 2015.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Surabaya, drg Febria Rahmanita,
menegaskan, sebelum kegiatan fogging dilakukan, pihak puskesmas telah melakukan  penyelidikan epidemiologi.
Kegiatan epidemologi untuk melihat apakah dalam radius 100 meter dari lokasi terjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) positif terdapat jentik-jentik nyamuk Aedes Aegepty.
”Penyelidikan Epidemioligi (PE) itu  untuk melihat apakah 100 meter di lokasi itu terkena atau tidak,” tegasnya Selasa (31/3).
Febria menegaskan, untuk menghadapi puncak penyakit Demam Berdarah, seluruh Kecamatan melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) setiap minggu sekali.
Dari tahun ke tahun, kasus DBD selalu ditemukan dan jumlahnya fluktuatif. Dalam lima tahun terakhir, kasus DBD di Surabaya paling tinggi terjadi di tahun 2010 dengan 3.379 kasus. Lalu di 2011, turun jauh menjadi 1.008 kasus.
Di tahun 2012, kasus DBD kembali naik menjadi 1.091 dan kembali naik menjadi 2.207 kasus di tahun 2013. Dan pada 2014 lalu, upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya lewat program pemberantasan sarang nyamuk (PSN), membuat kasus DBD turun menjadi hanya 816 kasus.
Di Surabaya, Kecamatan Sawahan (kelurahan Putat), menjadi kawasan dengan paling banyak kasus DBD. Ini dikarenakan lokasi pemukiman yang padat dan dari hasil inspeksi Dinkes Surabaya juga ditemukan banyak barang  bekas menumpuk yang bisa menampung air hujan.
Kecamatan yang jumlah kasus nya juga banyak yakni Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Bubutan. Sementara Kecamatan Tandes dan Kecamatan Wonokromo yang padat tahun lalu lumayan tinggi, untuk tahun ini sudah turun.
Untuk mengantisipasi DBD Dinkes meminta masyarakat untuk selalu tanggap minimal melaporkan jika di sekitar tempat tinggalnya ada yang terserang DBD.
”Laporkan segera ke puskesmas terdekat. Dalam waktu 1 x 24 jam setelah laporan masuk kami akan melakukan fogging di lokasi. Pengasapan dilakukan jika ada warga yang positif kena DBD,” ujarnya.
Menurut Febria, apabila  dalam suatu kawasan tersebut ternyata negatif dari penyakit DBD, Dinas Kesehatan akan menyelidiki lokasi lain yang menjadi tempat aktifitas korban selain di rumah.
Febria juga menjelaskan jumlah penderita DBD di Surabaya sekitar 176 orang. Rianciannnya, jumlah penderita pada Januari ada 59 orang, Februari 87 orang, dan Maret 30 orang. [dre]

Tags: