Kota Madiun, Bhirawa
Dalam upaya pemusnahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Keluhan /Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, sekitar 300 M3 sampah setiap harinya, Pemkot Madiun melalui Dinas Kebersihan Pertamanan (DKP), berhasil mengolah sampah menjadi gas metan (semacam gas elpiji. Red) dan minyak tanah yang disalurkan ke 195 kepala keluarga (KK) di sekitar TPA.
“Khusus gas metan diberikan ke warga Dukuh Gembel Kelurahan Manguharjo 120 KK dan di Dukuh Pelet Kelurahan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun 75 KK, Sedang hasil olahan sampah plastik dijadikan minyak tanah diberikan kepada warga yang membutuhkan yang semuanya itu secara gratis,” kata Ir. Suwarno, MM, Kepala DKP Kota Madiun kepada Bhirawa, Senin (23/3).
Menurut Suwarno, pengolahan sampah menjadi gas metan seperti terurai diatas, DKP Kota Madiun, modal awal Rp 80 juta dana APBD II 2012, (sejak tiga tahun lalu hingga sekarang). Yang mana hasilnya berupa diberikan kepada warga sekitar TPA. Caranya, gas metan dibuatkan jaringan perpipaan gas metan dari TPA kepada rumah warga disekitar TPA saja belum melebar lebih luas.
Hal itu karena terbatasnya dana untuk pembuatan jaringan perpipaan gas metan dari TPA ke rumah warga yang ternyata cukup besar pendanaannya. Karena itu, perawatan jaringan perpipaan gan metan tersebut selanjutnya diserahkan warga setempat.
Meski begitu kata dia, dalam pemberian gas metan kepada warga sekitar TPA tidak pandang bulu, asalkan rumahnya terjangkau jaringan perpipaan dari TPA, semuanya diberikan saluran gas metan agar mereka bisa ikut memanfaatkan gas metan hasil produksi pengolahan sampah dari TPA tersebut.
“Karena itulah Pak Wali Kota Madiun, Bambang Irianto, SH. MM mengintruksikan agar gas metan yang disalurkan lewat perpipaan ke rumah warga sekitar TPA Manguharjo diberikan secara gratis. Karena ini, merupakan atas kepedulian Pemkot Madiun kepada warganya agar kehidupannya lebih sejahtera daripada sebelumnya,” papar Suwarno mengutip penegasan Wali Kota Madiun kepadanya setelah DKP berhasil mengolah sampah di TPA Manguharjo menjadi gas metan tersebut.
Ditanya, apakah keberhasilan DKP dalam mengolah sampah menjadi gas metan ini, tidak ada rencana diperluas jaringan perpipaan gas metannya. Spontan, Suwarno mengatakan, langkah awal atau sementara dikerjakan sesuai kemampuan atau anggaran yang ada dulu. Namun tidak menutup kemungkinan, nantinya kedepannya jelas akan dikembangkan lebih luas lagi.
Tentang masalah bahan baku sampah untuk memproduksi gas metan jelasa Suwarno, sementara ini bahan baku sampah untuk memproduksi gas metan di TPA Manguharjo Kota Madiun tidak ada kendala atau masalah. Sebab, di Kota Madiu yang terdiri dari 29 kelurahan di tiga kecamatan itu terdapat sampah basah dan kering sekitar 300 M3 atau sekitar 100 ton sampah setiap harinya. Sehingga selama ini soal bahan baku sampah untuk produksi gas metan tidak ada kendala atau kesulitan.
Menurut Suwarno, pengolahan sampah menjadi gas metan seperti yang diproduksi DKP Kota Madiun melalui TPA di Kelurahan Manguharjo itu, di Jawa Timur baru terdapat di Kabupaten, Kota Malang dan di Kota Blitar juga melakukan uji coba. Sedang di Kabupaten dan Kota lainnya di Jawa Timur, pengolahan sampah menjadi gas metan, sementara ini belum ada.
Belum Bisa 24 Jam
Pemberian gas metan hasil produksi olahan sampah di TPA Manguharjo Kota madiun kepada warga sekitar TPA secara gratis dibenarkan oleh warga setempat. Misalnya diakui oleh Siti Moandorah dan Yanto warga Dukuh Gembel Kelurahan Manguharjo kepada Bhirawa, Senin siang (23/3).
Keduanya mengaku kalau setahun lalu di Dukuh Gembel Kelurahan Manguharjo diberikan gas metan hasil olahan sampah dariTPA yang tak jauh dari rumahnya, awalnya warga ditarik Rp90 ribu untuk biaya pemasangan jaringan perpipaan gas metan.
Selanjutnya, karena perawatan atau pengelolaannya diserahkan warga, lalu warga diadakan tarikan uang Rp 2 ribu setiap bulannya untu biaya perawatan atau untuk perbaikan jika ada pipa yang rusak. “Kalau soal tarikan uang Rp 2 ribu tiap bulannya tidak masalah Mas. Tetapi saluran gas metannya sering mati. Artinya ketika gas metan itu digunakan tidak bisa menyala. Ya untuk mengatisipasi itu kami beli gas tabung 3 Kg untuk persiapan, Sebab gas metan disini belum ful menyala 24 jam,” kata Siti seraya menyalakan gas metan ditunjukkan kepada Bhirawa Senin siang (23/3).
Hal senada juga diakui Tumini dan Gandari warga Dukuh Palet Tegalrejo Keluhan Ngegong Kecamatan Manguharjo Kota Madiun mulai September 2014 lalu warga Dukuh Pelet mendapat bantuan gas metan gratis dari TPA Kota Madiun.
Karena itu warga pemakai gas metan dikenakan iuran awalnya Rp 2 ribu tiap bulan untuk biaya perawatan jaringan perpipaan gas metan. Kemudian belum lama ini tarikan uang naik menjadi Rp5 ribu tiap bulannya. Karena jelas peruntukkannya, warga tidak mempermasalahkannya. [dar]