Pemkot Malang Fasilitasi Sertifikasi 400 UMKM

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Malang, Bhirawa
Pemkot Malang, Jatim tahun ini berencana memfasilitasi sekitar 400 usaha mikro kecil menengah (UMKM) di daerah itu guna menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN (MEA).
Kepala Dinas Koperasi dan UMK Kota Malang Anita Sukmawati di Malang,mengatakan sertifikasi bagi UMKM tersebut merupakan program tahunan dan dibarengkan dengan pelatihan sebagai upaya menyiapkan para pelaku industri kecil agar lebih siap dalam menghadapi pasar bebas ASEAN.
“Sertifikasi yang dilakukan itu meliputi kemampuan dan peningkatan manajemen pelaku UMKM. Bahkan, kami juga mengupayakan agar pelaku usaha mikro kecil ini bisa mendapatkan kredit lunak dari perbankan sebagai modal,” ujar Anita, Minggu (17/1).
Ia mengemukakan anggaran untuk sertifikasi UMKM tersebut dari Anggaran Pendapatan dan Belanda Daerah (APBD) 2016. Dari 1.030 UMKM di Kota Malang, belum banyak bersertifikasi. Dan, langkah Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang yang dilakukan pertama kali adalah menyelenggarakan evaluasi efektivitas pemfasilitasan untuk sertifikasi tersebut.
Menurut Anita, setiap UMKM nantinya disiapkan anggaran untuk sertifikasi sebesar Rp500.000 hingga Rp1 juta. Nilai itu sesuai tarif yang dipatok lembaga sertifikasi. Rencananya, dinas akan bekerja sama dengan lembaga sertifikasi yang dinaungi Universitas Merdeka Malang.
“Dana itu dipakai untuk pelatihan rutin. Pelatihan bagi UMKM tersebut antara lain, pembuatan sulam pita, pengolahan kain perca, dan pembuatan kue kering. Pemakaian dana paling tinggi untuk proses sertifikasi bagi UMKM ini memang untuk pelatihan berbagai produk,” ucapnya.
Sebelumnya Anita mengakui untuk saat ini memang belum bisa membantu seluruh UMKM agar mendapatkan sertifikasi karena akan dilakukan secara bertahap. “Kami akan melakukan secara bertahap dan Insya Allah nanti akan terlayani semua. Namun, sebelumnya UMKM tersebut diseleksi oleh bagian khusus dan tidak menutup kemungkinan seleksi juga diselipkan dalam pelatihan-pelatihan yang kami gelar,” tuturnya.
Sementara itu, salah seorang perajin keramik, Syamsul Arifin, mengatakan sebelum MEA diberlakukan, sebenarnya perajin keramik sudah dihadapkan pada persaingan antarnegara, khususnya dengan Tiongkok yang memiliki keramik motif khas oriental.
Untuk bersaing, kata Syamsul, para perajin membuat segmen dan model berbeda. Keramik Dinoyo memilih desain bergaya natural minimalis. Beberapa bahkan tidak dibuat finishing glossy untuk menciptakan kesan natural.
Kalau kami mendesain produk seperti gaya oriental Tiongkok, kita akan kalah karena kualitas keramik Tiongkok juga bagus,” ucap Syamsul. [mut,ant]

Tags: