Pemkot Mojokerto Terkesan Pasif Garap Gas Methan

5-Foto Benta-1 (Gas Negara 2-KarKota Mojokerto, Bhirawa
Pemkot Mojokerto ternyata masih belum merespon potensi alternatif berupa gas methan. Padahal selama hampir setahun lebih 15 kepala keluarga (KK) di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan, Kec Magersari menikmati suplai energi alternatif, gas methan untuk kebutuhan memasak sehari-hari.
Namun program rintisan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Mojokerto itu stagnan, bahkan kadangkala para ‘pelanggan’ dipaksa bersabar beralih ke elpiji hingga berhari-hari manakala ada kerusakan  perangkat jaringan.
Warga hanya bisa berharap program kerjasama dengan sebuah LSM lingkungan itu dikembangkan lebih luas, sehingga keberadaannya sebagai pengganti elpiji yang harganya terus merangkak naik. ”Hampir setahun ini warga terutama sekitaran TPA pakai gas sampah ini,” aku Suwarno warga setempat, Kamis (12/2) kemarin.
Pria paruh baya ini mengungkapkan, manfaat dari sumber daya sisa rumah tangga ini. Apinya bagus, sama seperti elpiji. Kita menggunakannya untuk kebutuhan memasak sehari-hari,” tambahnya.
Meski demikian, dari program ini bukannya tak ada masalah sama sekali. Sejak sepekan lalu, suplai gas methan ke rumah warga tersendat. Hal ini dikarenakan adanya kerusakan blower di rumah instalasi yang berfungsi menyedot dan mengalirkan gas ke rumah-rumah. ”Seminggu ini blowernya rusak sehingga gasnya tak mengalir,” ungkap Suwarno.
Tidak hanya itu, karena keterbatasan anggaran dan peralatan, pihak DKP terpaksa mengatur jadwal pemberian gas ke konsumen. Gas dialirkan mulai jam 05.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sebab jika tidak, maka kompresornya akan panas dan tidak ada anggaran untuk bayar listrik.
Sumber energi alternatif di TPA ini disedot dari 12 sumur berkedalaman 20 meter di lokasi pembuangan sampai. Bhirawa mendapati, gas metan yang diambil dari sumur-sumur itu dialirkan melalui jaringan pipa kecil berukuran 2 dim kedalam ruang instalasi sebelum akhirnya didistribusikan ke rumah-rumah warga disekitaran TPA.
Penyalurannya sendiri sangat sederhana hanya menggunakan blower yang diputar oleh dinamo kecil pompa air yang telah dimodifikasi dengan kipas. Kipas inilah yang menyedot dan mendorong gas metan dari sumur ke pelanggan.
Ditemui terpisah, Kepala DKP Kota Mojokerto, Suhartono didampingi Kabag Humas Pemkot Mojokerto, Dodik Heryana mengungkapkan keinginannya mengembangkan proyek ini. ”Ini adalah program yang sangat bagus, karena bisa menyediakan energi alternatif yang murah bagi masyarakat,” ujarnya.
Tahun ini, tambahnya, DKP berencana mengembangkannya sehingga hasilnya bisa dirasakan masyarakat setempat. ”Kita akan mengembangkan potensi ini. Kemampuan gas kita besar sehingga bisa menyuplai lebih dari 100 KK,” tandasnya.
Namun untuk itu, Suhartono mengaku perlunya Perda sebagai payung hukumnya. ”Kita butuh Perda sebagai payung hukum dan itu akan kita ajukan bersama-sama dengan Raperda yang lain,” paparnya.
Ia berharap, jika upaya memaksimalkan proyek ini berhasil nantinya akan ia serahkan pengelolaannya kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Alasannya, penyerahan tanggungan ini membuat manajemen lebih sehat. Sehingga jika ada permasalahan bisa langsung ditangani. Selain menyiapkan payung hukum, secara teknis pihak DKP bersiap mengganti pipa jaringan dan blower dengan ukuran yang lebih besar. Dan butuh dana yang tak murah untuk pengadaan pipa yang bertugas mendistribusikan gas metan ini ke rumah warga. [kar]

Keterangan Foto : Suwarno, menunjukkan instalasi gas metan sebelum didistribusikan ke rumah warga, Kamis (12/2) kemarin. [kariyadi/bhirawa]

Tags: