Pemkot Probolinggo Bakal Tindak Bangunan Liar Kali Banger

Kondisi kali Banger di Kota Probolinggo makin memprihatinkan.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Tidak hanya membersihkan sampah Kali Banger. Pemkot Probolinggo harus berani membersihkan bangunan liar di sekitar Kali Banger. Usulan ini disampaikan Agus Rudianto Ghaffur, Ketua RW 12, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Tanpa bangunan liar, harapannya kebersihan Kali Banger, selalu terjaga.
“Langkah membersihkan Kali Banger sudah banyak dilakukan DLH. Mulai pemasangan filter di Kali Banger, sampai menerjunkan relawan Kali banger. Tapi perlu diingat, di atas Kali banger ini banyak berdiri bangunan liar,” ujarnya Selasa 7/11..
Pria yang juga ketua DPRD Kota Probolinggo ini menuturkan, perlu langkah nyata dari Pemkot untuk membersihkan bangunan liar. “Terutama bagi calon-calon wali kota-wakil wali kota. Adakah yang punya program serius untuk membenahi Banger. Termasuk membersihkan bangunan liar,” katanya.
Bangunan liar banyak berdiri di atas Kali Banger. Bahkan ada juga warga yang mendirikan warung di pinggir kali. Bangunan liar ini bentuknya beragam. Ada yang berupa tempat penyimpanan alat kematian, WC liar, maupun bangunan tambahan milik warga, paparnya.
“Bangunan warung di stren kali ini seharusnya tidak boleh. Nah beranikah untuk menindak ini,” tantangnya.
Sunjoto, Kabid Penanggulangan dan Penanganan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo tidak membantah adanya bangunan liar tersebut. “Memang bangunan liar ini menyulitkan petugas untuk membersihkan. Namun untuk menindak ini bukan masuk kewenangan DLH,” ungkapnya.
Menurutnya, bangunan liar ini menambah sampah di Kali banger. “Warga bisa seenaknya membuang sampah ke sungai. Padahal DLH tidak kurang-kurang membersihkan sampah ini,” ujarnya.
Seperti pemasangan filter di sepanjang ruas Kali banger yang berjumlah total sembilan filter. “Filter ini akan menyaring sampah-sampah yang masuk ke Kali banger. Jadi bisa terpantau juga di titik mana yang banyak sampahnya, maka di daerah itu banyak yang buang sampah,” tandasnya.
Lebih lanjut Agus Rudianto Ghaffur menuturkan, kota Probolinggo tahun ini memang berhasil meraih Adipura. Namun, di balik itu, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi soal penataan lingkungan.
Salah satunya, seperti kondisi Kali Banger di Jalan Pattimura, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan yang kondisinya memprihatinkan. Kali setempat kini bak jadi tumpukan sampah. Kondisi itu pun dikeluhkan warga setempat. Selain menimbulkan bau tak sedap, keberadaan sampah itu juga mengundang nyamuk, kilahnya.
“Kami tiap bulan ada iuran untuk tukang sampah. Sampah itu diangkut setiap pagi. Jadi, kecil kemungkinan kalau warga sekitar yang buang. Di sisi lain, sampah itu berasal dari hilir sana. Belum lagi, tiap pagi ada saja pengendara yang berhenti dan membuang sampah di sungai,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tutang Heri Aribowo mengatakan, tahun ini urusan sampah dari hulu hingga ke hilir merupakan tanggung jawab Dinas Pengerjaaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Sehingga, pihaknya tak memiliki kewenangan untuk melakukan pembersihan.
Untuk 18 petugas yang dibentuk dengan melibatkan warga sekitar, memang divakumkan. “Kalau untuk saat ini kami tak bisa melakukan apa-apa. Setelah menjadi wewenang DLH lagi, maka relawan tersebut akan kembali difungsikan. Setiap petugas itu mendapatkan honor Rp 275 ribu tiap bulannya. Dan, untuk sisanya akan digunakan untuk perawatan,” tambahnya.(Wap)

Tags: