Pemkot Probolinggo Desak Hak Paten Karapan Sapi Brujul

Kerapan sapi brujul berpacu di arena lumpur masa tanam padi.

Kerapan sapi brujul berpacu di arena lumpur masa tanam padi.

Kota Probolinggo, Bhirawa.
Pemerintah Kota Probolinggo tengah berupaya mendapatkan hak paten Karapan Sapi Brujul dari pemerintah pusat. Dengan demikian, karapan tersebut akan resmi sebagai event khas Kota Probolinggo. Sampai saat menjadi salah atu ikon wisata daerah tersebut, menjadi tntonan yang ditunggu-tunggu warga Probolinggo dan sekitarnya.
Hal ini diungkapkan Wali Kota Probolinggo, Hj. Rukmini, Senin (29/8). “Saat ini sudah proses pengajuan hak paten ke pemerintah pusat. Berharap dalam waktu dekat hak paten tersebut sudah kami terima,” kata Wali Kota Rukmini.
Menurutnya, lomba Karapan Sapi Brujul mendapat respon positif masyarakat luas. Tidak hanya di Probolinggo, tapi juga di luar daerah. Respon itu terlihat dari jumlah penonton yang membeludak.
Selain mengajukan lisensi, pemkot juga menyiapkan pacuan khusus untuk karapan ini. Aset pemkot berupa sawah di Jl KH Syafi’i yang biasa disewakan kepada petani, kini menjadi lintasan karapan sapi brujul. “Silakan mengadakan event setiap bulan,” paparnya.
Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata (Dispobpar) Agus Efendi menambahkan, bukan hanya Karapan Sapi Brujul yang disiapkan landasan khusus. Karapan Sapi Merah dan Karapan Kambing, juga mendapat fasilitas serupa.
Lintasan untuk Karapan Sapi Merah berada di Jl Progo, Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok. Adapun lintasan bagi Karapan Kambing, ada di Jl Semeru, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan. “Surat-surat sawah sudah ada di kami. Orang sudah tidak bisa sewa untuk ke 3 lahan pertanian tersebut,” paparnya.
Lebih lanjut wali kota Hj. Rukmini mengayakan, karapan sapi tak hanya identik dengan Madura. Di Probolinggo, event serupa juga ada. Namanya, karapan sapi brujul. Sapi yang dikarap, adalah sapi yang biasa digunakan untuk membajak sawah di lintasan penuh lumpur.
Event lomba karapan sapi brujul ini, digelar di Jl. Kya Safi’i kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Lomba yang diikuti setidaknya 50 pasang sapi. Ketua Paguyuban Sapi Brujul, Hairul Mustafa mengatakan, karapan sapi brujul merupakan ciri khas Kota Probolinggo sejak era nenek moyang. Karapan biasa dilakukan setelah panen padi, sebagai ajang berkumpul petani. “Karena perkembangan teknologi, sapi brujul dihilangkan. Orang membajak sawah dengan traktor. Sejak setahun terakhir, karapan sapi brujul ini kami galakkan lagi dalam bentuk lomba,” katanya.
Layaknya tradisi nenek moyang dulu, lomba karapan sapi brujul juga dimaksudkan sebagai wadah silaturrahim petani, utamanya yang punya sapi brujul. Event ini, digelar tiga kali dalam setahun. diharapkan dengan adanya lintasan yang permanen yang disediakan pihak pemerintah kota maka even ini bisa dilaksanakan kapan saja sepanjang tahun.
Lebih lanjut walikota Hj. Rukmini mengatakannya, Kerapan sapi (brujul, red.) mencapai masa kejayaan di sekitar tahun 1985. Kurang lebih dari sekitar tahun 85′ sampai 90’an. “Dulu kalau ada orang sunatan atau manten, kerapan sapi itu ditanggap. Dikarciskan. Lapanganan kerapnya ditutup dengan sesek, dan yang mau nonton harus bayar,” terangnya, menggambarkan suasana kejayaan pelaksanaan kerapan sapi brujul.
“Lalu, (kerapan, red.) sapi brujul jadi vakum sejak peristiwa carok yang melibatkan peserta dan panitia penyelenggara, bahkan sampai menewaskan petinggi kelurahan Curahgrinting waktu itu. Kerapan (sapi brujul, red) baru ada, baru diaktifkan kembali, di tahun 2009. Pada event perdana SEMIPRO,” kisahnya.
H. Mansyur, adalah penggagas lahirnya Kerapan Sapi Brujul di Kota Probolinggo (di tahun 1984). Kerapan Sapi Brujul merupakan salah satu ciri khas (atau potensi andalan) yang dimiliki Kota Probolinggo. Selain itu, event karapan sapi brujul juga dimaksudkan untuk menarik wisatawan. Baik lokal maupun manca negara, tambahnya. [wap]

Tags: