Pemkot Probolinggo Raih Adipura Kirana

Wali Kota menyerahkan penghargaan Adipura Kirana kepada Kepala BLH Tutang Heru Aribowo.

Wali Kota menyerahkan penghargaan Adipura Kirana kepada Kepala BLH Tutang Heru Aribowo.

(Terus Lakukan Pembenahan di Berbagai Bidang)
Kota Probolinggo, Bhirawa
Sekitar  700 an undangan menghadiri acara tasyakuran di RTH Kedopok. Acara itu sekaligus sebagai ungkapan terima kasih Pemerintah Kota Probolinggo kepada seluruh elemen masyarakat dan para stakeholder sehingga berhasil  meraih Adipura Kirana.
Penghargaan  itu merupakan adipura ke sepuluh yang diraih oleh Badan Lingkungan Hidup sejak tahun 2006. Adipura Kirana diserahkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada Wali Kota Hj Rukmini pada 22 Juni yang lalu di Kabupaten Siak Propinsi Riau.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota menyerahkan penghargaan tersebut kepada Kepala BLH Tutang Heru Aribowo. Termasuk penghargaan Adiwiyata Tingkat Propinsi Jawa Timur  bagi 5 lembaga pendidikan, diantaranya SMPN 3, SDN Mangunharjo 1, SDN Tisnonegaran 1, SDN Sukoharjo 1, SDN Kebonsari Kulon 1.
“Semua penghargaan ini tidak lepas dari peran serta seluruh masyarakat dan dunia usaha.  Terima kasih atas dukungannya, sehingga penghargaan adipura bisa dipertahankan. Semoga ke depan bisa ditingkatkan meraih Adipura Paripurna,” kata Walikota Hj. Rukmini, Rabu (24/8).
Ia juga berharap masyarakat bisa mengubah perilakunya untuk lebih peduli terhadap kebersihan dan pengelolaan lingkungan.  Dengan begitu segala persoalan yang berkaitan dengan sampah bisa diminimalisir, serta  komunitas yang peduli lingkungan bisa lebih berkembang serta inovatif. Karenanya terus dilakukan pembenahan di berbagai bidang.
Lebih lanjut dikatakannya, di satu sisi, pemerintah daerah memiliki program lingkungan yang komprehensif. Di sisi lain, partisipasi masyarakat terlembagakan dengan baik melalui kemitraan program. Beberapa bentuk kemitraan yang menjadi wadah partisipasi masyarakat sengaja didorong dan difasilitasi Pemkot Probolinggo.
Salah satu wadah yang terbentuk adalah Forjamansa (Forum Jaringan Manajemen Sampah). Itu bentuk kemitraan masyarakat dalam upaya mengelola sampah dan kebersihan lingkungan. Selain itu, ada Papesa (Paguyuban Peduli Sampah), wadah kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam upaya mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang lebih berharga. Kegiatan utamanya berupa pengembangan keterampilan pengelolaan dan daur ulang sampah oleh warga.
Untuk urusan penyadaran masyarakat, dibentuk wadah Pakerling (Paguyuban Kader Lingkungan). Itu bentuk kerja sama dengan warga dalam penyebaran informasi dan pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat. Khusus kalangan remaja difasilitasi Paguyuban Putri Lingkungan, wadah hasil kompetisi yang memacu remaja Kota Probolinggo untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Di Kota Probolinggo, juga ada IMF. Tetapi, itu bukan lembaga internasional, melainkan Informal Meeting Forum. Itu adalah forum pertemuan pelaku industri peduli lingkungan di Kota Probolinggo yang bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup. Selain itu, ada Dewan Pembangunan Berkelanjutan (DPB) yang beranggota elemen masyarakat Kota Probolinggo, yang memberikan kritik dan saran pembangunan berkelanjutan dan selaras dengan lingkungan, tandasnya.
Untuk lebih memotivasi warga, kami sering pula langsung terjun di kegiatan partisipatif. Salah satunya adalah Rembug Kahbi (kampung hijau dan bersih), yaitu forum komunikasi publik yang bertujuan mewujudkan kampung hijau, bersih, dan indah. Kegiatan itu dilaksanakan secara bergiliran di tiap kelurahan dan dipimpin langsung oleh wali kota Probolinggo beserta muspida.
Kegiatan kampanye lingkungan partisipatif yang lain bertajuk Ayo Bersepeda Bersihkan Sampah (ABBS), Ayo Bersih-Bersih Ling- kungan (ABBL), Abang Becak Ber-sihkan Lingkungan (ABBL), dan Program Kali Bersih (Prokasih).
Program lain yang cukup menarik adalah eco-office. Itu adalah gerakan di internal pemerintah Kota Probolinggo untuk menjadi teladan dan contoh bagi masyarakat dalam penerapan kantor ramah lingkungan. Langkahnya sederhana, mulai kalangan internal pemerintah dengan hemat kertas, hemat listrik, hingga hemat air, berlanjut dengan penghema- tan lain yang berujung pengu- rangan pemanasan global.
Program serupa dikembangkan di lembaga pendidikan nonformal melalui eco-pesantren. Yaitu, program pesantren peduli lingkungan. Program itu sekaligus mengimbangi program serupa di lembaga pendidikan formal, yaitu program se- kolah adiwiyata bestari. Kota Probolinggo juga memiliki jaringan interna- sional bidang lingkungan. Yakni jaringan dengan GIZ (Deutche Gesselschaft Fuer In- ternationale-Zusammenarbeit), lembaga kerja sama internasional dari Jerman. [wap]

Tags: