Pemkot Probolinggo Segera Dirikan Rumah Sakit Rujukan

RSUD dr Moh Saleh yang sudah ofer Overload.(Wap)

Kota Probolinggo, Bhirawa
Tak lama lagi, Rumah Sakit rujukan yang menjadi misi visi Wali Kota Probolinggo, akan terwujud. Tahapan pembangunannya direncanakan akan dimulai tahun 2020. Bahkan, kementrian Kesehatan Jumat kemarin berkunjung ke Kota Probolinggo, melihat langsung RS lama dan lahan RS baru. Hal tersebut diungkap Wali Kota Hadi Zainal Abidin,Minggu 23/6).
Menurutnya, pembangunan rumah sakit rujukan sudah On Progress dan pembangunannya akan dimulai tahun depan (2020). Bahkan dari kementrian kesehatan mengunjungi Kota Probolinggo. Selain melihat langsung kondisi RSUD dr Muhammad Saleh, kemenrian dipimpin oleh Kasubdit Fasyankes Rujukan Ditjen Yankes Kementerian Kesehatan RI, Mujaddid, juga berkunjung ke lahan yang dipersiapkan untuk rumah sakit rujukan. Yakni, di areal yang ada di Kelurahan Sumber Wetan, Kecamatan Kademangan.
Tahun ini sudah dianggarkan akses berupa jembatan dan pagar yang akan dibangun di lahan tersebut. Nantinya, RS yang akan dibangun arahnya ke tipe B. Meski dalam tahapannya akan menjadi RS tumbuh. Di RSUD dr Mohamad Saleh sendiri lingkungannya sudah padat dan tidak mungkin dikembangkan lagi. Banyak pasien yang harus ditampung. Baik dari dalam atau luar Kota Probolinggo.
“Kami berusaha semaksimal mungkin. Semua sudah memberikan arahan. Insyallah sudah semakin mengerucut ke arah pembangunan. Untuk itu mohon dukungan dan doa dari semuanya. Mindsetnya harus begini, kalau tidak kita mulai sekarang, kapan lagi? Tantangan ke depan juga semakin besar,” jelasnya.
Kepala Bappeda Rey Siwigtiyo membenarkan, kalau rumah sakit rujukan akan dimulai tahun depan pembangunannya. Hanya saja pembangunannya tidak sekaligus rampung, tetapi bertahap. Tahapan awal, bangunan fisik yang akan dibangun, pagar dan jembatan yang akan dipakai akses dari jalan raya Profesor Hamka menuju lokasi rumah sakit.
Dananya, dari APBD Kota Probolinggo dan bantuan pemerintah pusat dan provinsi Jawa Timur. Hanya saja, bapak yang biasa dipanggil Tiyok ini, tidak menjelaskan jumlahnya. Tahapan berikutnya, pembangunan fisik gedung pasien serta perkantoran. “Ya, pelan-pelan. Kalau sekaligus, dananya tidak mencukupi,” tandasnya.
Rumah sakit yang baru tersebut lanjut Tiyok akan menempati lahan sekitar 3,8 hektar. Nantinya akan diperluas menjadi 5 hingga 10 hektar. Perluasannya, sebagian akan memanfaatkan tanah asset dan sebagian tanah warga yang berlokasi di sekitar rumah sakit. “Disana nanti, tidak hanya rumah sakit. Ada tempat bermain, kolam dan lain-lain. Ya semacam tempat pariwisata,” tambahnya.
Menurutnya, lahan rumah sakit seluas 10 hektar itu nantinya, tidak seluruhnya untuk fisik rumah sakit, tetapi akan ditata sedemikian rupa, sehingga ramah lingkungan. Tiyok menyebut, master plannya sudah jadi, termasuk review kajian dan review DED-nya. “Nantinya tidak semrawut seperti RSUD yang sudah ada. Semuanya ditata, termasuk parkir. Jadi gedungnya nanti keatas,” tandasnya.
Tiyok mengaku belum mengetahui, kapan rumah sakit yang baru itu ditempati. Yang jelas, setelah sebagian gedungnya rampung digarap. Rumah sakit di wilayah selatan itu akan diberi nama Rumah Sakit (RS) Tumbuh Berkembang dan berstatus kelas C. Mengingat, RS yang dimaksud akan ditumbu-kembangkan hingga menjadi RS rujukan bertipe B. “Ya, seperti itu. Kan kami sudah memiliki RS tipe B. Ya, RSUD dr Muhammad saleh itu, dimana nantinya Rs yang lama tersebut akan menjadi rumah sakit spesialis,” katanya.
Perlahan namun past, seluruh pegawai RSUD mulai dari bagiuan administrasi hingga para medis akan bertahap ditarik ke RS yang baru, hingga RS rujukan tersebut rampung 100 persen. Nntinya RSUD dr Muhammad Saleh yang bertipe B turun menjadi tipe C. Sedang RS rujukan yang awalnya tipe C naik bertipe B. “Nntinya seperti itu. Ya, mamang harus bertahap. Terbentur dana,” papar Habib Hadi
“Kalau mampu tipe D ya gak papa, C juga gak papa. Asal saat membangun langsung operasional. Yang terberat dari pembangunan RS itu, SDM-nya. Kalau mau beli alat atau membangun ruangan itu gampang asal ada duit,” lanjutnya.
Untuk pembangunan RS kelas C, harus ada empat dokter spesialis. Yaitu anak, bedah, obgyn dan penyakit dalam. Untuk tipe B ada dokter sub spesialis. Selain itu standar alat, sarana prasarana dan SDM pun sudah diatur dalam permenkes. Sehingga makin tinggi kelasnya maka makin complicated, tambahnya.(Wap)

Tags: