Pemkot Pulangkan 43 PMKS ke Daerah Asal

Wali-Kota-Tri-Rismaharini-ketika-memulangkan-43-PMKS-di-balai-kota

Wali-Kota-Tri-Rismaharini-ketika-memulangkan-43-PMKS-di-balai-kota

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Demi menjaga situasi yang kondusif pasca libur Lebaran, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali memulangkan sebanyak 43 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Bertempat di Taman Surya, Balaikota Surabaya ke-43 PMKS yang terdiri dari pria dan wanita, mayoritas berusia tua dan bahkan ada yang membawa balita, dipulangkan dengan mengendarai mobil dinas Pemkot Surabaya.
Para PMKS ini umumnya berasal dari daerah di Jawa Timur yang mengadu nasib di Kota Surabaya, namun tidak bisa kembali ke daerah asal dikarenakan kehabisan biaya. Sebagian besar dari mereka menjadi pengemis di tempat-tempat wisata, makam dan fasilitas umum lainnya di Kota Surabaya.
Menurut Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini kepada jajaran kepala SKPD dan Muspika Kota Surabaya, serta para PMKS, menginginkan agar nantinya para PMKS ini bisa kembali di Kota Surabaya, bukan sebagai pengemis atau anak jalanan, melainkan menjadi pedagang.
Wali Kota mengucapkan banyak terima kasih kepada para Personel Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) atas usahanya selama melakukan razia, dan juga pendampingan pemulangan para PMKS ke daerah asalnya.
”Saya banyak mengucap terima kasih kepada para personel TKSK yang bekerja keras selama bulan Ramadan. Saya berharap kepada para pendatang tidak lagi kembali ke Kota Surabaya dengan profesi yang sama. Yakinlah bahwa di tempat asal kita bisa bekerja. Tuhan itu adil, jika kita mau berusaha, Tuhan akan memberikan kesempatan,” kata Wali Kota.
Risma menambahkan, untuk memastikan pemulangan PMKS berjalan lancar, dan tidak membuat mereka kembali ke Kota Surabaya. Para personel tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) diminta agar menyampaikan rencana pemulangan tersebut kepada Dinas Sosial Kabupaten dan Kota, atau pejabat di desa tujuan PMKS.
Dengan didampingi kepala Dinas Sosial, Wali Kota berjalan memantau satu persatu mobil yang akan mengantarkan para PMKS ini pulang. Ia juga berpesan kepada para personel tenaga kesejahteraan sosial kecamatan yang ikut menampingi, untuk mempertemukan para PMKS ini dengan pejabat setempat.
Dengan menggunakan 12 mobil dinas milik Pemkot Surabaya, ke-43 PMKS ini dipulangkan ke daerah asalnya di Jawa Timur yang meliputi Madura, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Blitar, Jember dan Lumajang.
Wali Kota menambahkan, upaya Pemkot Surabaya dalam mencegah para PMKS agar tidak datang ke Kota Surabaya adalah, dengan melakukan sidak tim gabungan yang terdiri dari Dinas Sosial, Dinas Kependudukan, beserta jajaran Muspika Kota Surabaya ke tempat-tempat yang berpotensi ditinggali para PMKS.
Pihaknya juga telah menyiagakan para petugas berpakaian preman agar mengelabui para PMKS yang gemar  kucing-kucingan dengan para petugas.
Wali Kota Risma juga  mengatakan, banyak PMKS yang berstatus Psikotik serta berasal dari luar kota Surabaya, mendapat rujukan agar dirawat di Liponsos Keputih milik Pemkot Surabaya.
Meskipun jumlah penderita psikotik di Liponsos Keputih sudah di luar batas, namun Pemkot berupaya agar para penderita ini mendapatkan akses kesehatan yang layak. Seperti pemberian makanan yang sehat dan tempat tinggal yang layak, serta dilakukan pengobatan obat secara teratur.
Sementara itu menurut Kepala Dinas Sosial kota Surabaya, Supomo mengatakan, khusus bulan Ramadan, pihaknya bersama Satuan Polisi Pamong Praja dan Linmas dibantu jajaran Muspika Kota Surabaya, berhasil mengamankan 284 PMKS, yang terdiri dari 28 anak jalanan, 151 gelandangan dan pengemis, dan penderita psikotik (gangguan jiwa) sebanyak 51 orang yang dikirim ke Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
”Terhitung total penghuni Liponsos Keputih kini berjumlah 1465 orang, dan didominasi penghuni penderita psikotik. Karena keterbatasan para personel Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Dinas Sosial hanya bisa memulangkan sebanyak 43 PMKS ke daerah asalnya, yang sebagian besar berasal dari daerah di Jawa Timur,” imbuh Supomo. [dre]

Tags: