Pemkot Surabaya Ajak Tiga Delegasi UCLG Aspac Lihat Bangunan Sejarah

Rombongan delegasi UCLG Aspac saat melihat Monumen Tugu Pahlawan, Rabu (12/9). [trie diana/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Untuk menyambut delegasi United Cities and Local Goverment (UCLG) Asia Pasific (Aspac) yang telah datang mulai, Rabu (12/9), Pemkot Surabaya mengajak berkeliling kota (city tour) Surabaya.
Sebanyak 3 negara di antaranya Jerman dan Taiwan yang mengikuti serangkaian agenda pra kongres UCLG Aspac pada 13-15 September menjejaki tempat sejarah di Surabaya yaitu Monumen Tugu Pahlawan dan Museum House of Sampoerna.
Berangkat dari Gedung Convention Hall Dyandra pukul 09.00 menggunakan moda transportasi bus, para delegasi terlebih dahulu singgah di Monumen Tugu Pahlawan. Selama perjalanan, rombongan dijelaskan berbagai macam infrastruktur modern maupun tradisional serta tata kelola kota yang ada di Kota Surabaya.
Setibanya di Monumen Tugu Pahlawan, rombongan diajak berkeliling untuk melihat sekaligus mengingat kembali rentetan cerita sejarah perjuangan pertempuran yang terjadi di Kota Pahlawan dan barang-barang zaman perjuangan.
Representative pemerintah asal Jerman Ify (26) sangat takjub dan tertarik melihat berbagai macam cerita serta koleksi sejarah yang ada di dalam museum. Baginya, tempat ini sangat bagus untuk generasi muda agar dapat mengingat dan mengenang jasa para pahlawannya.
“Pertama kali ke Surabaya dan saya sangat tertarik melihat benda-benda sejarah di sini. Akan menjadi cerita saat pulang ke Jerman,” kata Ify di sela-sela acara, Rabu (12/9).
Sekitar 45 menit mengitari seisi barang dan mendengar cerita sejarah perjuangan di museum Tugu Pahlawan, beberapa delegasi melanjutkan perjalanan menuju House of Sampoerna. Setibanya di sana, mereka disuguhi senyum pegawai dan aroma kretek yang sudah melegenda di Kota Surabaya sejak 1913.
Salah seorang petugas dengan cakap menjelaskan sejarah singkat museum dan silsilah keluarga Sampoerna kepada para delegasi. Beranjak ke lantai 2, rombongan nampak takjub dan antusias saat melihat cara kerja pembuatan rokok Sigaret Kretek Tangan (STK) yang semuanya dikerjakan kaum hawa.
Saking takjubnya, beberapa delegasi memberanikan diri untuk mempraktekkan cara pembuatan hingga pengemasan rokok kretek yang kini dihuni lebih dari 1.700 pekerja.
New Cities Goverment asal Taiwan Kan Chuan Lin (30) mengaku senang. Alasannya, baru pertama kali dirinya melakukan hal semacam itu. “Dapat ilmu baru dan itu terlihat sangat indah,” ungkapnya.
Selain itu, Chuan – sapaan akrabnya mengapresiasi jam kerja yang diterapkan di perusahaan Sampoena. Menurutnya, pemberlakuan 7 jam kerja sesuai dengan aturan dan itu akan membuat pekerja merasa nyaman saat bekerja.
“Itu peraturan yang manusiawi dan perlu diterapkan di beberapa negara yang masih memperkerjakan pekerjanya di atas 7 jam,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Banda Aceh Fadhil. Dia sangat senang dan kagum melihat cara kerja pembuatan rokok yang masih mempertahankan cara tradisional. “Ada nilai seni yang dipertahankan dan itu sangat bagus,” jelasnya.
Adapun para delegasi akan melanjutkan city tour ke Jembatan Suroboyo, Kenjeran malam harinya. Mereka, akan melihat berbagai macam hiburan dan atraksi keindahan Jembatan Suroboyo diterangi gemerlap lampu warna-warni dan iringan musik jazz. [dre]

Tags: