Pemkot Surabaya Gandeng Kitakyushu Sediakan Air Siap Minum

Penandatangan naskah hibah oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Hadi Mulyono dengan perwakilan dari Ishikawa Engineering, Kamis (14/1).

Penandatangan naskah hibah oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Hadi Mulyono dengan perwakilan dari Ishikawa Engineering, Kamis (14/1).

Pemkot, Bhirawa
Pemkot Surabaya terus bersinergi dengan berbagai pihak terutama dalam bidang memajukan UMKM. Menggandeng Pemkot Kitakyushu Jepang, Pemkot Surabaya berencana meningkatkan penyediaan air bersih berkualitas siap minum. Tujuannya, membuat mekanisme penyediaan air minum yang aman dan murah.
Sebelumnya, selama dua tahun Pemkot Kitakyushu melalui melalui JICA (Japan International Cooperation Agenency) dan Ishikawa Engineering melakukan penelitian tentang kualitas air minum yang dikelolah pemerintah derah.
Bertempat di Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya, Kamis (14/1) ada penyampaian laporan serta hibah mesin penjernih air yang mampu mengolah air ledeng menjadi air siap minum. Cara kerja mesin yang memiliki panjang 1,2 meter dan lebar 1,1 meter ini adalah air yang sebelumnya ditampung dalam tandon kemudian dipindah ke dalam tabung di dalam mesin dan disinari sinar UV untuk membunuh bakteri.
Setelah itu, dipindahkan ke tabung berisi karbon aktif yang berasal dari arang tempurung kelapa, karbon aktif tersebut berguna untuk menyerap rasa, warna dan menyaring kotoran. Setelah itu, air dari saringan karbon aktif tersebut disinari lagi dengan sinar uv dan siap untuk diminum.
Kepala Divisi Strategi Lingkungan Internasional Kota Kitakyushu Mr Shinichi Ogata menjelaskan, alat yang mampu mengolah air ledeng menjadi air siap minum hingga 300 liter per jam tesebut merupakan salah satu upaya untuk turut menciptakan Kota Surabaya sebagai Green City.
Ogata menceritakan bagaimana Teluk Dokai di Kitakyushu pada 1950 tercemar limbah pabrik dan limbah rumah tangga.
“Kami Pemkot Kitakyusu setiap harinya melakukan sosialisasi kepada ibu-ibu rumah tangga terkait pencemaran yang terjadi. Semakin lama, mereka tersadar dan sempat terjadi protes terhadap pabrik yang tidak melakukan pengelolaan limbah. Peran dari para ibu ini yang juga membantu terjaganya kebersihan air di Kitakyusu. Saya harap, ibu-ibu yang tergabung di KSU Sarinah juga bisa melakukan apa yang dilakukan para ibu rumah tangga di Kitakyushu,” imbuh Ogata yang ditemani seorang penerjemah.
Sedangkan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Hadi Mulyono, mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin selama dua tahun ini.
Ia merasa bantuan dari berbagai stakeholder mampu turut memajukan Kota Surabaya tak hanya di bidang lingkungan, namun juga di bidang ekonomi.
“Setelah diadakan penelitian dari Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup, air olahan KSU Sarinah ternyata memiliki standar yang cukup baik untuk air minum., dan tak kalah dengan air minum dalam kemasan yang dijual di pasaran. Dengan cara ini, KSU Sarinah bisa mendapatkan income dari memproduksi dan memasarkan air minum dalam kemasan produksi mereka sendiri,” tegas Hadi Mulyono.
Ms Katoka Yatsuka dari Institute Global Enviromental Strategies menambahkan apa yang dilakukan di KSU Sakinah ini adalah produksi pengolahan air dengan sekala kecil. Harapannya kerjasama ini akan terus digelar, sebab dia menilai Kota Surabaya merupakan Sister City dengan Kota Kitakyushu.
“Harapannya, air produksi KSU ini dapat dikonsumi setiap hari, tak hanya oleh KSU Sakinah, namun juga seluruh warga kota Surabaya. Ini merupakan salah satu upaya membantu produksi air minum kota surabaya secara mandiri,” imbuh Katoka.
Ketua KSU Sarinah Arien Suryati mengungkapkan, inovasi seperti ini sudah ditunggu oleh pihaknya sejak lama. Harapannya inovasi ini dapat turut mendongkrak perekonomian di KSU Sarinah.
“Nantinya, hasil olahan air ini akan dijual sebagai air minum dalam kemasan 600 ml dan dijual seharga Rp 2.000 untuk yang 1,5 liter dijual seharga Rp 4.000 dan untuk kemasan galon akan dijual seharga Rp 8-9 ribu,” imbuh Arien. [dre]

Tags: