Pemkot Surabaya Gelar Workshop Green Building Awareness Award

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemkot, Bhirawa
Pemkot Surabaya melalui Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya menggelar Workshop Green Building Awareness Award (GBAA) 2014 Senin (20/10) kemarin. Tujuan acara ini adalah mendorong masyarakat untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.
Dalam acara workshop tersebut acara tersebut menghadirkan keynote speaker Maria Anityasari dari ITS untuk memberi materi terkait aspek dan strategi pengelolaan bangunan hijau. Selain itu pemilik gedung yang ada di Surabaya juga hadir dalam acara workshop.
Menurut Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeko Surabaya, AA Gede Dwijayawardana mengatakan, workshop tersebut merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk mewujudkan kota Surabaya ramah lingkungan.
”Dengan adanya award ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarat untuk mewujudkan lingkungan yang berwawasan lingkungan,” katanya.
Sementara itu Dosen ITS Tim Pendamping GBAA, Maria Anityasari menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara penyumbangan emisi CO2 terbesar di Asia.
Untuk mereduksi salah satunya dengan bangunan yang hijau. Tahun ini awarding hanya untuk meningkatkan kesadaran bukan untuk audit yang detail.
Maria menambahkan, peserta akan melakukan self asessment enam kriteria. Yakni, tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi air, sumber & siklus material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan manajemen lingkungan dalam bangunan.
Pakar dari ITS ini menegaskan, kota Surabaya selama ini identik dengan slogan green yang menandakan sebagai kota yang ramah lingkungan. Diantaranya ada istilah green city, green school dan sebagainya. Identitas Surabaya sebagai ‘kota hijau’ itu bahkan sudah tersohor hingga skala internasional.
Menurut Maria kota Surabaya telah menjadi pioneer dalam mewujudkan green city dan eco city. Bangunan gedung bakal berumur panjang, 20-30 tahun. Jika bangunan tidak didesain dengan konsep green building, akan menyumbang pemanasan global. Apalagi, berdasarkan data dari Leadership in Enviromental Design (LEED), bangunan gedung menyumbang sampai 50 persen karbon.
”Untuk bisa seperti itu, yang harus dilakukan yakni memberikan pengetahuan, acuan dan pedoman, memberikan pendampingan teknis, serta memberikan reward dan punishment. Dan yang tidak kalah penting, kegiatan ini bukan upaya sporadis, tetapi masyarakat diberi kesadaran,” ujar Maria. [dre]

Tags: