Pemkot Surabaya Perkuat Pendidikan Mitigasi Bencana Gempa

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Kepala Penanggulangan Bencana Daerah Linmas Kota Surabaya Eddy Christianto, menyatakan pihaknya sedang memperkuat pendidikan mitigasi bencana gempa. Hal ini dilakukan sebagai upaya preventif apabila terjadi bencana gempa di Kota Pahlawan.
“Kami telah melakukan mitigasi atau upaya mengurangi risiko bencana gempa bumi dengan melakukan sosialisasi di sekolah dan kelurahan. Pendidikan mitigasi bencana sudah diberikan kepada 300-an SMP negeri maupun swasta dan 700-an SD negeri dan swasta di Kota Surabaya,” katanya, Senin (15/10).
Ia menjelaskan, pendidikan mitigasi bencana dan sosialisasi di sekolah-sekolah Kota Surabaya sudah dilaksanakan mulai 9-20 Oktober 2018. Sementara untuk mitigasi bencana kepada warga masyarakat secara umum dilaksanakan secara berkala.
Lebih lanjut, Eddy menerangkan mitigasi bencana sesuai pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
“Untuk penanganan bencana, telah dibentuk sekolah tangguh bencana, kelurahan tangguh bencana dan tiap kantor instansi pemerintahan ada kapten bencana yang tugasnya mengarahkan apa yang harus dilakukan apabila ada bencana. Setiap kantor atau gedung, perumahan juga harus ada titik kumpul,” ujarnya.
Sebelumnya Pakar Geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menuturkan pihaknya telah melakukan penelitian terkait kondisi tanah Surabaya. Penelitian ini ditujukan sebagai sarana mitigasi agar bisa menekan kerugian baik materiil ataupun non materiil akibat gempa.
“Penelitian yang kami lakukan didasarkan pada penemuan adanya dua patahan aktif yang melewati Kota Surabaya yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) awal September tahun lalu,” paparnya.
Ia mengungkapkan kedua patahan itu yakni patahan Surabaya dan patahan Waru. Patahan Surabaya meliputi kawasan Keputih hingga Cerme. Sedangkan patahan Waru yang lebih panjang lagi melewati Rungkut, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Saradan, bahkan sampai Cepu. “Dengan adanya data seperti ini, kita harus memetakan dampak akibat gempa yang dihasilkan,” jelasnya.
Amien menyampaikan selain dipengaruhi kuat oleh struktur bangunan, kondisi tanah juga menjadi parameter untuk melihat efek yang ditimbulkan oleh gempa. Sebab, tanah memiliki karakteristik yang berbeda saat dikenai beban gempa tersebut. “Tanah memiliki karakter sendiri saat terkena gempa, mereka bisa saja mengalami likuifaksi ataupun amplifikasi,” tandasnya. [dre]

Tags: