Pemkot Surabaya Seriusi Revitalisasi Kawasan Dolly

Karikatur DollySurabaya, Bhirawa
Pemkot Surabaya terus melakukan revitalisasi untuk membangunan kawasan eks lokalisasi Dolly dan Jarak. Saat ini Pemkot tengah mematangkan pembangunan konsep tampak kampung di lokasi tersebut.
Sekkota Pemkot Surabaya Hendro Gunawan menegaskan bahwa saat ini konsep tampak kampung itu sedang disiapkan. Sebab 18 Juni mendatang adalah peringatan tepat satu tahun penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak. Menurut Hendro saat ini pemkot sedang berupaya untuk menambah pembebasan lahan.
“Bagi warga yang ingin menyerahkan lahannya untuk dibebaskan maka silahkan kita akan dengan senang hati membeli dengan anggaran APBD kita,” tegas Hendro.
Karena dalam konsep tampak kampung yang dirancang pemkot, nantinya kawasan eks lokalisasi Dolly dan Putat akan dibangunkan beberapa fasilitas umum.
Mulai dari puskesmas, posyandu, sekolah dan juga kantor polisi. Tidak hanya itu, infrastruktur disana akan juga diperbaiki. Dengan begitu seluruh jejak prostitusi yang masih tersisa di sana akan sepenuhnya pudar.
Terkait pembebasan lahan untuk kelancaran integrasi tapak kampung itu dikatakan Hendro memang dilakukan bertahap. Sampai akhir tahun lalu Pemkot bahkan mengeluarkan dana Rp 65 miliar untuk revitalisasi eks lokalisasi Dolly dan Jarak. Dana tersebut termasuk dana untuk pembebasan lahan. Akan tetapi saat ini diperkirakan masih membutuhkan banyak lahan yang perlu diakuisisi pemkot.
“Kita akan bebaskan lahan sebanyak-banyaknya, monggo warga yang berkenan untuk tnahnya kita beli akan langsung kita akuisisi,” imbuhnya.
Tidak hanya soal revitalisasi dalam hal infrastruktur, sampai saat ini Pemkot Surabaya juga masih terus melakukan untuk pembinaan dan pelatihan warga terdampak di eks lokalisasi tersebut.
Kepala Bappemas KB Surabaya Nanis Chairani menjelaskan pelatihan keteampilan masih terus diberikan. Ada empat pelatihan yang sampai saat ini diberikan. Yaitu memasak, handy craft, menjahit dan juga membatik. Pelatihan ini dilaksanakan setiap bulan di Kecamatan Sawahan di 19 Keluharan.
“Yang sudah ikut sekitar 100 orang. Sebanarnya kendalanya adalah warga banyak yang tidak mau untuk diajak pelatihan, padahal kita ada uang transpornya juga,” katra Nanis.
Yuang tyranspor memang diberikan sebesar Rp 25 ribu. Tapi banyak yang tidak mau ikut pelatihan juga karena tidak minat. Oleh sebab itu dikatakan Nanis pihaknya sebelum mengadakan pelatihan selalu ditawarkan pada warga pelatihan apa yang kini sedang dibutuhkan dan diinginkan.
Namun kendalanya juga adalah memang dalam pelatihan ini Pemkot tidak membrikan bantuan modal. Hanya memberikan pelatihan. Akan tetapi untuk pelatihan menjahit kini pemkot sedang mencarikan CSR agar bisa dipakai untuk bantuan modal bagi warga. (geh)

Tags: