Pemotongan Gaji Buruh PT IB Malang Dihentikan

Yatimul Ainun Pemilik Perusahaan PT Indonesian Tobacco, Djonny Saksono saat jumpa pers, di Hotel Santika, Kota Malang, Jumat (2/5).

Yatimul Ainun Pemilik Perusahaan PT Indonesian Tobacco, Djonny Saksono saat jumpa pers, di Hotel Santika, Kota Malang, Jumat (2/5).

(LPJ SPSI Tidak Transparan)
Kota Malang, Bhirawa
Di tengah hiruk pikuk peringatan hari buruh nasional, awal Mei kemarin, PT Indonesian Tobbaco (IB), sebuah perusahaan tembakau iris yang beroperasi di kota Malang, tidak mau lagi memotong gaji buruh untuk Sarikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) pada perusahan tersebut. Kebijakan ini diambil, lantaran para buruhnya tidak mau lagi gajinya dipotong, karena SPSI tidak bisa memberikan laporan pertangungjawaban kepada anggotanya.
Joni Saksono, Pemilik PT Indonesian Tobacco kepada wartawan pada akhir pekan kemari, mengutarakan, jika SPSI di tempatnya tidak bisa membuat laporan keuangan. Padahal pihak perusahaan telah memotong gaji karyawan sebesar Rp5000 per orang sejak 6 tahun lalu.
“Para karyawan mengeluh, terkait dengan potongan yang dinilai tidak transparan, mereka minta  keterbukaan uang iuran kepada SPSI,” terangnya.
Pemotongan uang gaji, sebesar Rp 5000 terhadap 400 buruh ini, lanjut Joni sudah berlangsung sejak tahun 2007 silam, namun, dugaan adanya ketidakberesan laporan keuangan sejak 5 tahun belakangan. “Kami sebenarnya tida mau ikut campur masalah ini, namun ini buruh yang meminta keterangan dari SPSI, disisi lain secara moral kita yang melakukan  potongan  gaji para karyawan,” paparnya.
PT Indonesian Tobacco ini sendiri sempat bertemu dengan pihak SPSI untuk meminta kejelasan laporan keuangan. Apa daya, perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1980 ini malah mendapatkan ancaman demo dari SPSI.
“Kita malah diancam, padahal kita ngomong baik-baik, ini hanya karena saya dimintai tolong oleh buruh, bahkan sebelumnya kita juga melakukan voting terkait dengan keinginan para buruh, lebih dari 80 persen mereka ingin SPSI trasnparan,” tandasnya.
Yang mengagetkan dia, setelah ditanya baik-baik, SPSI, tidak memberikan laporan tapi malah akan demo   dengan lima tuntutan yang harus dilakukan oleh perusahaan, salah satunya tidak turut campur dalam pembukuan SPSI. “Ini uang kecil bagi kami, bukan masalah itu, kami tidak  turut campur-pun kita tidak rugi, tapi ini keluhan buruh kami,” tutur Joni.
Tidak adanya transparan SPSI itu diakui oleh, Sri salah seorang buruh di PT Indonesian Tobacco. Dia menyatakan sejak dua periode ini laporan keuangan terkait  pemotongan gajinya tidak ada keterbukaan. “Ngak ada laporannya dulu sih ada, sejak dua periode ini tidak ada laporan sama sekali, kita ingin ada keterbukaan,” kata Sri saat dijumpai di perusahaan.
Pihaknya menyebut bahwa uang potongan gaji sebesar Rp5000 ini digunakan untuk uang pembinaan dan organisasi serta untuk membantu para buruh yang kesusahan. “Kami ingin ada transparan, kemana uang potongan itu,” kata Sri. [mut]

Tags: