Pemprov Jatim Segera Tambah UPT RS Kusta

Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf berdialog dengan salah satu pasien saat meninjau RS Kusta di Sumberglagah, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Selasa (27/1).

Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf berdialog dengan salah satu pasien saat meninjau RS Kusta di Sumberglagah, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Selasa (27/1).

Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim berencana menambah Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Kusta (UPT RS Kusta). Alasannya letak RS Kusta yang dimiliki Pemprov Jatim saat ini di Kediri dan di Pacet Mojokerto,  dinilai terlalu jauh dari daerah yang menjadi penyebaran kusta.
“Saya kira perlu ada penambahan UPT untuk menanggulangi penyakit kusta ke daerah-daerah yang menjadi penyebaran penyakit kusta. Mungkin perlu dibuat UPT di Jatim wilayah utara maupun Madura sebagai upaya untuk mengurangi  jumlah penderita kusta,” kata Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat meninjau RS Kusta di Sumberglagah, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Selasa (27/1).
Menurut dia, penambahan UPT tersebut seharusnya bisa dilakukan dengan cepat mengingat jumlah penderita kusta di Jatim terbanyak di Indonesia. Bahkan, Jatim masuk dalam urutan tiga besar dengan jumlah penderita terbanyak di dunia.
Selain penambahan UPT tersebut, Gus Ipul, sapaan lekat Saifullah Yusuf, juga mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk memperkuat preventif dan promotif dalam menangani penyakit kusta. Dengan cara ini, diharapkan jumlah data dan kasus penderita kusta lebih akurat.
“Semakin banyak data yang masuk jumlah penderita kusta akan semakin banyak. Dengan begitu, pemerintah akan lebih mudah dalam memetakan dan mengatasi penyakit kusta,” jelas mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini.
Saat ini, penanganan secara kuratif untuk penyakit kusta telah dilakukan di dua rumah sakit kusta di Jatim. Penanganan juga dilakukan di Puskesmas, yakni meliputi perawatan dan pelayanan bagi pasien kusta. Penanganan secara kuratif tidak boleh dijadikan sebagai prioritas utama akan tetapi juga perlu secara  preventif dan promotif.
“Tindakan nyata tersebut diwujudkan dengan turun langsung ke lapangan untuk menjemput para pasien kusta melalui UPT yang dimiliki Dinas Kesehatan Jatim. Hasilnya kelihatan, jumlah penderita kusta bertambah. Hal tersebut bukan hasil yang jelek, akan tetapi merupakan kemajuan bagi Jatim. Karena makin banyak pasien kusta yang terdeteksi dini, makin banyak yang bisa diobati sejak awal,” ujarnya.
Gus Ipul menegaskan, penyakit kusta bisa disembuhkan apabila dideteksi sejak dini. Di mana, pengobatan sejak awal bagi yang terindikasi penyakit kusta akan dilakukan. “Sebagian besar masyarakat malu untuk memeriksakan diri, dan baru ke rumah sakit ketika penyakit kusta sudah menimbulkan efek pada organ tubuhnya. Paradigma seperti itu keliru, oleh sebab itu preventif dan promotif dalam menangani kusta perlu dilaksanakan, ” ucapnya.
Setiap tahunnya, jumlah penemuan penderita baru kusta cukup banyak, pada 2012 sebanyak 4.807 pasien. Pada 2013 turun menjadi  4.132 pasien. Pada 2014 ini, jumlah penderita turun lagi menjadi 3.153 pasien. “Hal itu menunjukkan, pentingnya peran serta instansi kesehatan dan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini penyakit kusta,” paparnya.
Indonesia menduduki peringkat kasus baru terbanyak ketiga setelah India dan Brasil. Jatim adalah provinsi dengan kasus kusta terbanyak di Indonesia. Jumlah penderita baru di Jatim merupakan 15 persen pasien di ASEAN dan 24,5 persen pasien di Indonesia.
“Kabupaten dengan jumlah pasien baru terbanyak pada 2014 adalah Kab Sumenep dengan 516 pasien, Kab Sampang sebanyak 386 pasien dan Kab Bangkalan sebanyak 249 pasien,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dr Harsono menjelaskan program pemberantasan penyakit kusta di Jatim mulai dilaksanakan sejak 1989 yang meliputi wilayah Gerbangkertasusila dan dikembangkan ke seluruh  kabupaten/kota. Pada 1994 penderita kusta yang telah diobati sebanyak 11.427 pasien dengan angka prevalensi 3,40 per 10.000 penduduk.
Pada 2014, jumlah penderita yang diobati sebanyak 4.047 pasien dengan prevalensi 1,05 per 10.000 penduduk. “Diharapkan pada 2017, angka prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk atau jumlah pasien yang diobati kurang dari 3.800 pasien,” jelasnya.
Setiap tahun, penderita kusta yang dapat menyelesaikan pengobatan Multi Drugs Treatment (MDT) rata-rata sebanyak 5.300 orang. Sejak awal program pada 1994 sampai dengan 2014 , Pemprov Jatim telah menyembuhkan 132.021 penderita kusta. [iib]

Tags: