Pemprov Bentuk Kebijakan Khusus

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Bisa dikatakan Juli tahun ini kebutuhan masyarakat sedang berada pada puncak-puncaknya. Betapa tidak, berbagai kebutuhan ada di bulan ini mulai puasa, lebaran, biaya persiapan masuk sekolah hingga kenaikan Tarif Daftar Listrik (TDL). Dampaknya, inflasi akan meroket jika pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan khusus.
Karena itu Pemprov Jatim telah menyiapkan beberapa strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Caranya dengan memastikan stok dan suplai kebutuhan bahan pokok di pasaran aman.
“Tak hanya stoknya yang aman, tapi juga harganya harus dijaga agar tak mengalami kenaikan yang di luar ambang batas. Kalaupun naik, dipastikan tidak sampai memberatkan masyarakat,” kata Asisten II Sekdaprov Jatim Bidang Ekonomi dan Pembangunan Hadi Prasetyo, Rabu (2/7).
Untuk menekan harga tersebut, pemprov sudah meluncurkan program subsidi angkut. Tim stabilisasi harga juga telah dibentuk untuk mengawasi beberapa komoditas di antaranya gula, beras, minyak goreng, tepung, daging sapi, telur, cabai serta daging ayam.
Dengan jaminan subsidi angkut, kata Hadi Pras, warga diharapkan tidak panik sehingga harga pasar juga tak mengalami kepanikan dan meningkat. Selain subsidi, beberapa operasi pasar juga telah disiapkan dengan menggandeng bulog, produsen gula, tepung, serta minyak goreng.
Meski berbagai program sudah diluncurkan, Hadi Pras memprediksi, inflasi pada bulan ini tetap diperkirakan akan meningkat karena empat faktor yaitu kenaikan TDL, puasa, lebaran, dan memasuki tahun baru ajaran sekolah.
“Kalau TDL tidak bisa kita hindari karena ini kewenangan pusat. Yang bisa kita lakukan adalah minta masyarakat untuk lebih berhemat dan mengatur ulang pengeluaran,” katanya.
Sedangkan untuk tahun ajaran baru, Pemprov Jatim sudah sejak lama mengucurkan program pendamping BOS (Bantuan Operasional Sekolah) di antaranya dengan BOS Daerah, serta BOS khusus Madrasah Diniyah. “Saya optimistis inflasi kali ini tak sebesar tahun lalu, karena tahun lalu juga berbarengan dengan kenaikan BBM,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim M Sairi Hasbullah mengatakan inflasi Jatim pada Juni 2014 sebesar 0,36 persen atau lebih rendah dibandingkan kinerja inflasi nasional di periode sama yakni 0,43 persen. Namun, jika dibandingkan Mei lalu, terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,53 di bulan Mei menjadi 111,93 pada bulan Juni 2014.
Kenaikan tersebut dipicu kelompok bahan makanan sebagai penyumbang inflasi tertinggi sebesar 0,19 persen. Dengan komoditas utamanya bawang merah, telur ayam ras, daging ayam ras, bawang putih dan tomat sayur.
“Penyebabnya itu karena curah hujan di beberapa wilayah masih tinggi, sedangkan untuk ayam ras, banyak yang terserang penyakit,” jelasnya.
Sementara itu, satu-satunya kelompok yang menghambat inflasi yakni kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -0,01 persen. Hal ini disebabkan turunnya tarif kereta api. “Dari kondisi ini, menjadi tantangan besar bagi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk segera menyikapinya,” tandasnya. [iib]

Rate this article!
Tags: