Pemprov Bentuk Komando Tanggap Darurat

Aktivitas Gunung Bromo terus meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Aktivitas Gunung Bromo terus meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Gunung Bromo Siaga
Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim membentuk Komando Tanggap Darurat untuk bencana erupsi Gunung Bromo. Pembentukan komando ini untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu Gunung Bromo berstatus Awas atau meletus sehingga harus ada tanggap daruratnya.
“Walaupun sekarang masih berstatus Siaga kita tetap melakukan antisipasi yang terburuk. Jika tiba-tiba langsung berstatus Awas, tim komando darurat ini langsung bisa bekerja sesuai klaster yang ada,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim Sudharmawan, dikonfirmasi, Senin (14/12).
Menurut dia, Komando Tanggap Darurat ini dipimpin Sekdaprov Jatim Dr H Akhmad Sukardi MM, dibantu dari TNI, Polri dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Pemprov Jatim yang terkait. “Komando ini membawahi tujuh klaster seperti hunian sementara, kesehatan, logistik air atau sanitasi. Total setiap klaster ada 10 orang sehingga totalnya ada 70 orang,” kata Sudharmawan.
Pejabat yang kini sedang menjadi Pj Bupati Sumenep ini mengatakan, berbagai persiapan juga telah dilakukan BPBD Provinsi Jatim. “Kebutuhan jangka pendek adalah menyiapkan masker, dan buffer stock tinggal dropping saja. Ada sebanyak 16 ribu orang yang tinggal di lima daerah terdekat. Belanja tak terduga masih diproses. Untuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) I seluas 3 km, KRB II 7 km dan KRB III 15 km. Tapi rekomendasi hanya 2,5 km,” jelasnya.
Tak hanya itu, BPBD Provinsi Jatim juga telah melakukan konsolidasi dengan lima daerah di sekitar Gunung Bromo. Yakni Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Lumajang. “Kami akan terus update rencana kontijensi dan susun rencana operasi,” katanya.
Berdasarkan pos pengamatan Gunung Bromo PVMBG, jika sebelumnya tremor amax 3-22 mm dominan 5 mm pada 12-12-2015 pukul 06.00-12.00, maka telah meningkat menjadi 3-28 mm dominan 7 mm pada 13-12-2015 pukul 12.00-18.00. Hingga Senin (14/2) kemarin pukul 06.00, tremor amax 3-29 mm dominan 7 mm. Semburan abu vulkanik juga meningkat menjadi 1.500 m di atas puncak Bromo. Asap kelabu tebal ke arah utara.
“Untuk jalur evakuasi, penduduk kami fokuskan ke Probolinggo, di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura. Untuk empat daerah lainnya hanya terdampak asap. Nantinya, tempat hunian sementara akan memanfaatkan fasilitas umum dan aula bekas Hotel Grand Bromo,” pungkasnya.

Aktivitas Terus Meningkat
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan asap kelabu tebal terpantau bergerak ke arah Barat-Barat Laut. Akibatnya Bandara Abdulrachman Saleh Malang ditutup lagi hingga Senin (14/12).  “Apakah akan dibuka atau ditutup kembali disesuaikan dengan kondisi sebaran asap Gunung Bromo,” ungkapnya, Senin (14/2).
Terkait dengan meningkatnya aktivitas Gunung Bromo maka rencana kontinjensi menghadapi erupsi Gunung Bromo segera diselesaikan. Rapat koordinasi kesiapan (Renkon) disusun di lima kabupaten/kota yang berada di Gunung Bromo yaitu Kabupaten Probolinggo, Malang, Pasuruan, Lumajang, dan Kota Malang.
Ia mengatakan rapat koordinasi kesiapsiagaan erupsi Gunung Bromo telah digelar Selasa (8/12)  diikuti BNPB, PVMBG, BMKG, BPBD, TNI, Polri dan lainnya.
Pemda Kabupaten Probolinggo sudah cukup siap menghadapi kemungkinan erupsi Gunung Bromo. Rambu-rambu peringatan, jalur evaluasi, titik kumpul dan lainnya telah dipasang. Menyiapkan posko lapangan di Kecamatan  Sumber dan Kecamatan Sukapura. Sosialisasi terus ditingkatkan dan disiapkan geladi lapang.
Menyiapkan dana siap pakai Rp 2,5 miliar. Kendala yang dihadapi adalah infrastruktur jalan untuk jalur evakuasi belum memadai. Belum optimalnya jaring komunikasi yang menghubungkan wilayah-wilayah yang terdampak.
Di Kabupaten Lumajang sosialisasi kepada masyarakat terus dilakukan. Masker tersedia 25.000 lembar dari kebutuhan 65.000 lembar. Di Kabupaten Malang renkon sudah final dan proses legalisasi Pemda.
Masyarakat diimbau tetap tenang. Belum perlu ada pengungsian. Erupsi Gunung Bromo adalah strombolian. Berdasarkan sejarah letusannya tidak ada erupsi yang besar.

Alami Kerugian Ekonomi
Meningkatnya aktivitas Gunung Bromo mulai berimbas terhadap industri di Jatim. Industri penerbangan terkena imbas dengan penutupan Bandara Abdulrahman Saleh yang berada di Malang. Selain itu warga sekitar yang menggantungkan hidupnya dari hasil sayur-sayuran harus meninggalkan ladang.
Wiyono Pontjoharyo, Drs, MM, Ak, pemerhati sosial dan ekonomi di Jatim mengutarakan nilai kerugian yang ditanggung bukan hanya dari masyarakat sekitar, tetapi hampir semua masyarakat Jatim mengalami kerugian. Industri penerbangan harus membatalkan penerbangan, penumpang pesawat yang akan melakukan kegiatan ekonominya harus bergeser menuju bandara yang tidak ditutup seperti Bandara Juanda. “Kalau bicara bencana alam memang dampaknya bisa memukul kondisi ekonomi makro Jatim. Pariwisata, rakyat sekitar, penerbangan, bahkan jalan penghubung antar kota di Jatim jika terkena abu vulkanik bisa berdampak tertundanya pengiriman sembako,” ujarnya, Senin (14/12) kemarin.
Wiyono melanjutkan, keyakinan jika pariwisata Bromo juga mengalami penurunan wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestik secara drastis. Karena pemerintah, melalui instansi terkait telah melarang wisatawan mendekat dengan Puncak Bromo karena alasan keamanan.
“Keunggulan Bromo adalah melihat pemandangan terbitnya matahari dengan pemandangan yang indah. Area padang pasir, dan area padang rumput yang kerap dijadikan obyek foto. Saat ini bisa saja dilarang karena dikhawatirkan letusan tersebut terjadi sewaktu-waktu. Tetapi yang terpenting bagaimana keselamatan harus diutamakan, di luar kebutuhan ekonomi,” imbuhnya.
Meskipun rencana evakuasi besar-besaran belum dilakukan, tetapi pemerintah bisa menyiapkan berbagai kegiatan di penampungan. Kegiatan tersebut bisa dengan memberikan pelatihan seperti pembuatan aneka kerajinan tangan, atau pengolahan hasil panen agar dapat dijual kepada wisatawan dengan bentuk yang unik.
“Seperti di Malang, mereka bisa menumbuhkan kegiatan UMKM dalam pembuatan keripik tempe dengan berbagai variasi rasa. Kalau di Bromo, masyarakat bisa diajarkan membuat keripik bayam, karena di sana usaha sayuran cukup bagus. Tentunya dengan kemasan yang  rapi, sehat sehingga wisatawan tertarik,” tutupnya. [iib,geh,wil]

Tags: