Pemprov Gandeng Jerman Tingkatkan SDM di Jatim

Gubernur Dr H Soekarwo menerima kunjungan Dubes Jerman Michael Von Ungern Sternberg di Gedung Grahadi Surabaya.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Jatim memiliki masalah serius di bidang Sumber Daya Manusia/SDM. Dimana, sebanyak 38 persen tenaga kerja di Jatim tidak punya keterampilan khusus atau unskilled. Untuk meningkatkan kualitas SDM di Jatim, Pemprov Jatim terus meningkatkan kerjasama dengan Jerman khususnya di bidang pendidikan vokasional.
“Kami ingin ada kerjasama pendidikan vokasional dengan Jerman misal pelatihan jangka pendek selama enam bulan. Target kami, Tahun 2020 mendatang 38 persen tenaga unskilled ini bisa diturunkan menjadi 10 persen,” terang Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim saat menerima kunjungan Duta besar Jerman untuk Indonesia, Michael Freiherr von Ungern-Sternberg di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (8/6).
Pakde Karwo mengatakan, kerjasama ini sendiri telah berjalan sebelumnya. Salah satunya dalam hal pelatihan bagi siswa SMK dan pelatihan pembuatan produk melalui Balai Latihan Kerja (BLK) mini. Ke depan, ia berharap kerjasama ini bisa terus ditingkatkan, terutama dalam meningkatkan kualitas SMK di Jatim.
Di bidang investasi, lanjut Pakde Karwo, Pemprov Jatim telah dan akan memberikan empat jaminan bagi investor Jerman yang akan menanamkan investasinya di Jatim. Empat jaminan tersebut yaitu soal perijinan, lahan, power plan atau ketersediaan listrik, serta iklim buruh yang kondusif. “Soal perijinan semua diurus oleh Pemprov dengan terukur dan terstandar, kemudian soal ketersediaan listrik, di Jatim sendiri ada 2.800 megawatt,” jelasnya.
Ditambahkannya, sejak Tahun 1974 sampai April 2017, ada 35 perusahaan Jerman yang berinvestasi di Jatim, dengan total investasi sekitat 156 juta USD. Sementara di bidang perdagangan, dari bulan Januari sampai April 2017, Jatim defisit lebih 24 juta USD dengan Jerman. Dimana ekspor sebesar 100 juta USD dan impor sebesar 124 juta USD. “Impor ini sebagian besar berupa mesin industri,” katanya.
Sementara itu, Dubes von Ungern-Sternberg, menyambut baik kerjasama Pemprov Jatim dengan Jerman terutama soal pendidikan vokasional. Menurutnya, kurikulum pendidikan vokasional di Jerman disesuaikan dengan industri yang ada. Dimana, sebanyak 2/3 pendidikan vokasional dilakukan di perusahaan atau industri yang ada. “Di Jerman ada kerjasama antara sekolah dengan perusahaan, sehingga siswa lebih banyak praktek,” jelasnya.
Dalam pertemuan ini, Dubes von Ungern-Sternberg juga membahas soal pembangunan energi baru, seperti pemanfaatan energi geothermal. Hal ini dikarenakan iklim atau cuaca di Indonesia, terutama Jatim, sangat baik. Ia juga menyambut baik komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim global.
Terkait impor mesin yang dilakukan Jatim,  Dubes von Ungern-Sternberg mendukung langkah ini. Menurutnya, kualitas mesin buatan Jerman sangat baik dan terjamin. Selain itu, Jerman termasuk tiga negara besar pengekspor mesin. “Jadi keputusan anda membeli mesin dari Jerman sangat tepat,” terangnya.
Sementara itu, pluralisme menjadi salah satu isu yang menarik perhatian Dubes von Ungern-Sternberg saat bertemu Gubernur Soekarwo. Ia menggambarkan bagaimana akhir-akhir ini pluralisme menjadi isu hangat di Indonesia. Ditambah, banyak teror yang menimpa sejumlah negara di Eropa, dan terakhir kemarin di UK. Ia meminta pendapat Pakde Karwo terkait masalah ini, ditambah Jatim terdiri dari banyak etnis dan budaya.
Menjawab pertanyaan Dubes von Ungern-Sternberg, Pakde Karwo menjelaskan bahwa di Jatim, pluralisme bisa dikembangkan dengan baik. Salah satu solusi menghadapi pluralisme adalah dengan kebudayaan dan membuka ruang publik. “Di Indonesia, Islam sangat moderat karena berakulturasi dengan kultur masyarakat. Jadi dasarnya adalah adalah kultur atau budaya, bukan kekerasan atau perang,” ungkapnya.
Di Jatim sendiri, lanjut Pakde Karwo, yang dikedepankan adalah dialog atau musyawarah mufakat. Ketika ada masalah, pemimpin membuka diskusi dengan masyarakat melalui ruang publik. Solusinya bukan hanya dari peraturan tapi juga budaya. “Kalau budaya, kita semua adalah keluarga besar,” kata Pakde Karwo.
Ditambahkannya,  selama tiga tahun terakhir, Jatim dianggap oleh pemerintah  pusat sebagai provinsi yang paling kondusif dan aman. Pakde Karwo mencontohkan, di Jatim sendiri ketika ada demonstrasi, gubernur atau wakil gubernur akan melakukan dialog dengan para demonstran. “Ketika ada demo kami akan melakukan kontrak atau perjanjian dengan demonstran, sehingga tidak sampai anarkis,” tutupnya. [iib]

Tags: