Pemprov Imbau Pedagang Tak Naikkan Harga Lebih 10 Persen

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo saat mengadakan sidaj di Pasar Pucang Surabaya pada tahun lalu, Harga kebutuhan pokok Ramadan dan Lebaran tahun ini lebih stabil berkat operasi pasar yang digelar di 38 kabupaten dan kota.

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo saat mengadakan sidaj di Pasar Pucang Surabaya pada tahun lalu, Harga kebutuhan pokok Ramadan dan Lebaran tahun ini lebih stabil berkat operasi pasar yang digelar di 38 kabupaten dan kota.

Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim mengimbau kepada seluruh pedagang di Jatim, agar tak menaikkan harga kebutuhan pokok selama Ramadan dan Lebaran hingga diluar batas. Batas normal kenaikan harga tersebut menurut pemprov berkisar antara 5 – 10 persen saja.
“Kita sudah beberapa kali sosialisasikan kepada kabupaten/kota, di televisi dan radio, agar pedagang menaikkan dagangannya yang wajar. Sehingga tak memberatkan konsumen yang ingin membeli bahan pokok. Wajarnya ya antara 5 – 10 persen,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jatim, Dr Ir Budi Setiawan MMT, dikonfirmasi, Kamis (3/7).
Menurut dia, dengan tingginya permintaan akan membuat psikologis pedagang untuk menaikkan harga. Menaikkan harga itu, dianggap wajar dan normal. Meski demikian, Budi mengimbau dengan tegas agar kenaikan itu tak memberatkan konsumen.
Dijelaskan, stok selama Ramadan dan lebaran aman, tidak terjadi kekurangan. Bahkan stok tersebut cukup hingga tiga bulan ke depan. Para produsen pabrikan akan meningkatkan produksinya hingga 30 – 50 persen dari produksi hari biasa.
“Yang kita jaga sekarang adalah, agar harga kebutuhan pokok tak mengalami kenaikan terlalu tinggi, dan agar tak terlalu murah. Sebab ada beberapa stok yang sangat murah seperti cabai yang hanya sekitar Rp10 ribuan. Kalau harga cabai anjlok terus, justru akan memberatkan petani,” ungkapnya.
Berdasarkan pantuan harga di 130 pasar di Jatim, harga kebutuhan pokok bisa terkendali walaupun ada yang naik. Seperti daging ayam, daging sapi, telur, bawang merah dan bawang putih. Meski naik, kata Budi, masih bisa dianggap wajar karena tak sampai 10 persen lebih.
Untuk menekan kenaikan harga, Pemprov Jatim telah berupaya dengan cara mengadakan operasi pasar di 38 kabupaten/kota. Operasi pasar ini murni anggarannya dari Pemprov Jatim, bukan dari kabupaten/kota. Daerah hanya sebagai mitra untuk mencarikan titik pasar mana yang ditempati operasi pasar. Sedangkan petugas operatornya dari Bulogmart.
“Jadi, kalau ada daerah yang mengaku-aku menggelar operasi pasar itu tidak benar. Sebab itu murni ide Pak Gubernur dan uangnya juga dari Gubernur. Kita bekerjasama dengan Bulogmart untuk menggelarnya. Dan manfaatnya sangat besar sekali. Itu dibuktikan hingga sampai saat ini harga masih stabil,” paparnya.
Dengan adanya operasi pasar ini, lanjutnya, cukup ampuh menekan psikologi para pedagang yang ingin menaikkan harga. Dengan banyaknya stok di pasaran, secara otomatis pedagang yang ingin menaikkan harga dengan tinggi harus berfikir dua kali. Karena barang yang dijual operasi pasar lebih murah dari harga umum di pasaran.
“Nanti kalau sudah dirasa cukup, operasi pasar ini kita hentikan. Akan tidak menjadi baik jika operasi pasar ini terus kita gelar. Jika sesuai rencana, operasi pasar ini kita gelar mulai 30 Juni sampai 26 Juli. Tiap kabupaten/kota ada dua titik dan suarabaya empat titik,” pungkasnya. [iib]

Tags: